EDURANEWS, JAKARTA-Nahdiana selaku Asisten Deputi Gubernur Bidang Budaya raih predikat pujian dalam sidang ujian terbuka program Doktoral ilmu Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta di Aula Sidang Gedung Bung Hatta (29/01).
Menurut Ketua Sidang ujian terbuka Prof Dedi Purwana menyebut bahwa predikat pujian yang diraih oleh Nahdiana berdasarkan beberapa kriteria prestasi diantaranya masa studi kurang dari 4 tahun, publikasi artikel pada jurnal internasional bereputasi, dan indeks prestasi akhir yang memenuhi syarat dalam raihan pujian.
Dalam penutupnya prof Dedi menyebut bahwa sejak program pascasarjana UNJ berdiri 1978, Nahdiana adalah lulusan doktor ke 5.050.
Adapun susunan sidang ujian terbuka Nahdiana diantaranya Prof Dedi Purwana sebagai ketua, Prof Unifah Rosyidi sebagai co-promotor, Prof Suryadi selaku sekretaris sidang, Prof Bedjo Sujanto selaku penguji internal, Dr. Fahkrudin Arbah, Dr. Ir. Teguh Trianung Djoko Susanto penguji internal, Tatang Muttaqin, S. Sos, M. Ed, Ph. D, penguji eksternal.
Nahdiana sejak awal telah berkarir sebagai guru SMAN 106 Jakarta dan berlanjut menjadi birokrat di pemerintahan DKI Jakarta hingga akhirnya menjabat Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dan saat ini sebagai Asisten Deputi Gubernur Bidang Budaya hingga hari ini.
Selain sibuk sebagai birokrat, Nahdiana juga aktif berkarya menulis buku baik sebagai penulis tunggal dan penulis bersama pada isu-isu pendidikan.
Dalam ujian terbuka itu dirinya mengulas disertasi bertema “Pengaruh Pemenerimaan Peserta Didik Baru, Pembiayaan, Pelatihan, dan Kepemimpinan, Transformasional Terhadap Tata Kelola SMA Negeri di Provinsi DKI Jakarta”.
Dalam sambutannya Prof Unifah Rosyidi menyebut pembahasan disertasi bertema tata kelola pendidikan memegang peranan penting agar organisasi berjalan dengan baik dalam mencapai tujuan organisasinya.
Menjamin Pendidikan Berkualitas
Dalam paparannya, Nahdiana menyebut tema disertasinya itu berangkat dari kegelisahannya mengenai gap yang terjadi dengan hadirnya opini label sekolah seperti unggulan, favorit dan pengelompokan lainnya.
Hal ini menurut Nahdiana telah menciptakan gap ekstrem dalam sistem pendidikan satuan sekolah yang hal itu diperlihatkan dari gap peminatan masyarakat.
“Jadi ada sekolah yang sangat diminati masyarakat dan kurang diminati,” ungkapnya saat menjawab penguji sidang.
Nahdiana beranggapan jika gap ini dibiarkan secara terus-menerus maka akan berdampak buruk terhadap tata kelola pendidikan. Padahal menurutnya, sekolah seharusnya memiliki kualitas yang setara antara satu dengan lainnya.
“Tata kelola pendidikan dan sekolah harus menjamin terciptanya pendidikan berkualitas,” katanya.
Dirinya mengungkapkan bahwa masalah sebenarnya adalah perihal tata kelola, oleh sebab itu dirinya mencoba menekankan analisa kuantitatif melalui variabel PPDB, pembiayaan, pelatihan, kepemimpinan transformasional terhadap tata kelola.
Nahdiana mengungkapkan dari hasil analisis perhitungan kuantitatifnya telah memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung antara pemenerimaan Peserta Didik Baru, Pembiayaan, Pelatihan, dan kepemimpinan transformasional terhadap tata kelola SMAN di DKI Jakarta.
Menurutnya, hasil analisanya itu dapat menjadi rujukan dalam rekomendasi kebijakan pendidikan dan menjadi perhatian oelh para pemangku kebijakan, tentu tidak terlepas dirinya sebagai birokrat.
Seperti disebutkan oleh Dr. Fakhrudin Arbah bahwa persoalan pendidikan tidak pernah berhenti, bahkan dirinya mengemukakan berbagai kebijakan yang ada dengan paradigma barunya belum berhasil membenahi masalah tata kelola pendidikan.
“Peneliti di samping bagian dari birokrasi tetapi memunculkan critical thinking dan melihat masalah dalam aspek tata kelola, ini yang menjadi penting aspek critical thinking dari orang yang berada di dalam pemerintah,” katanya.
Dirinya berharap karya disertasi Nahdiana dapat menjadi obat dan jawabandalam mengurai masalah serius mengenai tata kelola dalam satuan pendidikan sekolah di DKI Jakarta.