Pembelajaran menggunakan media alam menjadi pilihan yang selaras dengan kurikulum merdeka. Selain buku, alat peraga, internet dan juga literasi lainnya, alam merupakan media edukasi yang memberikan banyak pembelajaran bagi siswa agar melihat sendiri kondisi dan situasi, dan membandingkannya dengan teori yang diterima. Terjun langsung ke alam dan mempraktikkan teori. Pada dasarnya ini masuk pada model Pembelajaran Berbasis Eksperimen atau Eksperimental Learning.
Model Experiential Learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan, untuk langsung melakukan sesuatu.
Menurut ahli Kolb dalam Silberman (2014) pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) adalah suatu model pembelajaran yang mengaktifkan pembelajaran untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung atau belajar melalui tindakan. Proses belajar secara edukatif, berpusat pada pelajar, dan berorientasi pada aktivitas. Refleksi secara personal tentang suatu pengalaman dan memformulasikan rencana untuk menetapkan apa yang telah diperoleh dari pengalaman sains untuk konteks sains yang lain adalah faktor kritis dalam menjaga efektivitas pembelajaran.
Program Kunjungan Edukatif yang dilakukan Sekolah Islam Nabilah, Batam, setiap semester. Pada semester satu TP 2022-2023 ini dari Sekolah Islam Nabilah mengadakan Kunjungan Edukatif ke Ekowisata Lingkungan Pantai dan Hutan Mangrove, Pandang Tak Jemu, Nongsa, Batam.
Untuk memasuki kawasan Ekowisata tersebut perlu membayar uang kontribusi kebersihan sebesar Rp10.000,00/tiket sedangkan anak-anak di bawah lima tahun bebas biaya kontribusi. Di tempat itu kita bisa menikmati hamparan hutan mangrove seluas 7 hektar yang membentengi pantai Kampung Tua Bakau Serip, Nongsa.
Dengan kegiatan menanam pohon mangrove sebagai bentuk kepedulian lingkungan pantai ini dapat menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan khususnya wilayah perairan atau pantai.
Dalam kegiatan Kunjungan Edukatif dengan kegiatan penanaman pohon mangrove ini, sekolah didampingi Gerry D Semet, Pengelola Ekowisata Mangrove Pandang Tak Jemu.
Ciptakan Kepedulian Lingkungan Pada Siswa
Kepedulian terhadap lingkungan sekitar tentu saja harus menjadi usaha dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk kalangan akademisi khususnya siswa dan guru. Sebagai generasi penerus bangsa yang akan mewarisi lingkungan, maka siswa perlu diperkenalkan pada usaha melestarikan lingkungan sekitar.
Pengenalan siswa terhadap lingkungan dan pelestariannya dapat dimulai dari mengenal karakteristik kawasan dari lingkungan tersebut, dalam hal ini adalah hutan mangrove. Juga bagaimana siswa memahami usaha untuk memperbaiki kerusakan lingkungan itu sendiri.
Hingga saat ini telah banyak pihak yang melakukan penanaman mangrove di hutan Mangrove Pandang Tak Jemu mulai dari organisasi masyarakat peduli lingkungan, instansi pemerintah hingga perusahaan-perusahaan besar di Indonesia. Banyaknya pihak yang terjun langsung untuk menyelamatkan daerah mangrove. Pengelola wisata mangrove Pandang Tak Jemu, Hanindar mengatakan, sebelum pandemi pengunjung yang datang ke mangrove Pandang Tak Jemu adalah wisatawan mancanegara dari Tiongkok, Korea, Singapura, dan Malaysia
Sehingga juga menjadi motivasi bagi siswa dan guru untuk ikut serta dalam kegiatan pelestarian lingkungan, khususnya lingkungan Hutan Mangrove, Pandang Tak Jemu, Nongas dalam rangkaian pengabdian kepada masyarakat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari Kunjungan Edukatif dari Sekolah Islam Nabilah berupa penanaman pohon mangrove ini adalah: 1. Meningkatkan kesadaran siswa terhadap pentingnya keutuhan ekosistem. 2. Memberikan pengalaman baru pada siswa mengenai tata cara penanaman pohon mangrove 3. Menambah pengetahuan siswa mengenai pengelolaan buah mangrove sebagai sarana pemanfaatan buah mangrove.
Hutan mangrove atau mangrove adalah sejumlah komunitas tumbuhan pantai tropis dan sub-tropis yang didominasi oleh pohon dan semak tumbuhan bunga (Angiospermae) terestrial yang dapat menginvasi dan tumbuh di lingkungan air laut (Setyawan et al, 2002).
Tahapan Kunjungan Edukatif
Dalam kegiatan Kunjungan Edukatif dari Sekolah Islam Nabilah ini ada dua tahapan. Tahapan pertama adalah Persiapan Sebelum Kegiatan: 1. Survei Lokasi Pertama pada Hari Sabtu, tanggal 3 Desember 2022. 2. Berkoordinasi dengan Pengelola Ekowisata Lingkungan Pantai dan Hutan Mangrove, Pandang Tak Jemu, Nongsa, Batam. 3.Menyiapkan Administrasi baik surat permohonan Kunjungan Edukatif dari Sekolah Islam Nabilah, ataupun pembiayaan.. 4. Kesepakatan tentang aturan-aturan yang harus ditaati siswa dalam Kunjungan Edukatif. 5. Menyusun Tahapan Acara-acara yang akan dilakukan pada saat hari pelaksanaan kegiatan Kunjungan Edukatif 6. Memastikan pada hari pelaksanaan Kunjungan Edukatif tidak ada instansi lain yang melakukan Kunjungan senada.
Tahapan Kedua adalah Pelaksanaan di hari Kegiatan Kunjungan Edukatif : 1. Hari Sabtu 3 Desember 2022, pukul 09.00 Wib : Briefing . 2. Pukul 09.15-09.45 wib, Sosialisasi Tentang Pohon Mangrove. 3. Penjelasan Tentang Tata Cara Penanaman Pohon Mangrove. 4. Pukul 09.45 – 10.00 WIB. Penjelajahan menuju lokasi Ekowisata Hutan Mangrove. 5. Pukul 10.00 – 11.45 wib pelaksanaan penanaman pohon Mangrove di Pantai.
Peserta penanaman pohon mangrove sebanyak 150 siswa dan 45 guru Sekolah Islam Nabilah, Batam, Kepulauan Riau. Penanaman pohon Mangrove dibagi menjadi 3 kelompok, sehingga lebih terkoordinir. Siswa 50 anak menjadi satu kelompok didampingi oleh 15 guru. Ada beberapa aturan Ketika menanam pohon mangrove saat masuk ke lahan hutan mangrove yaitu tidak diperbolehkan mengenakan sepatu kecuali sepatu boots.
Kegiatan penanaman Pohon Mangrove penting untuk mengedukasi siswa dan guru untuk lebih mencintai lingkungan pantai. Kunjungan edukatif dengan kegiatan yang sarat manfaat pembelajaran outdoor akan membuat experiential learning lebih efektif dan efisien.
Penanaman pohon mangrove adalah salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi potensi abrasi pada daerah pesisir pantai. Dengan semakin tingginya kesadaran akan pentingnya hutan mangrove maka akan semakin tinggi tingkat pelestarian alam yang bisa dilakukan.
Kegiatan pengabdian ini dapat menstimulasi perkembangan individu menjadi pribadi yang konstruktif. Menjadi lebih empatik, kooperatif, dan terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun.