IPO Jadi Pembahasan Penting di Dua Seminar Terakhir Economics Expo FE UNJ 2022

0
101
Foto: Destria Kurnianti (kanan) selaku moderator diskusi dan Prof. Jo-Ann Clair Suchard (kini) sebagai narasumber

Eduranews, Jakarta-Rangkaian international seminar dalam perayaan ulang tahun Fakultas Ekonomi UNJ ke-17 yang bertajuk Economics Expo 2022 resmi berakhir pada Sabtu (16/4).

Rangkaian international seminar itu ditutup setelah seminar terakhir disampaikan oleh Prof. Raghavendra Rau dari University of Cambridge tentang keragaman gender dalam jajaran dewan perusahaan dan pengaruh dari dewan wanita terhadap Initial Public Offering (IPO) Underpricing.

Foto: Silvana Syah (kiri) sebagai moderator dan Prof. Raghavendra Rau dari University of Cambridge selaku narasumber

Pada hari sebelumnya Jumat, (15/4), seri ke-5 dari International Seminar Economics Expo berhasil diselenggarakan dengan menghadirkan pembicara dari UNSW Business School yaitu Ass. Prof. Jo-Ann Clair Suchard membahas tentang modal ventura dan pasar IPO khususnya di China.

Dipilihnya China sebagai subjek penelitiannya kali ini karena berdasarkan data persentase VC IPO and M&A exits antara tahun 1990 sampai dengan tahun 2018, China merupakan negara dengan perusahaan yang cukup banyak di pasar IPO yaitu sekitar 60% dibandingkan negara lain di Asia.

Hal itu menunjukkan bahwa modal ventura adalah kekuatan penting dalam transformasi industri China hingga pasar modal ventura China sekarang menempati urutan kedua setelah AS.

Dalam pemaparannya, Jo-Ann mengatakan bahwa modal ventura diakui sebagai sumber pendanaan yang penting bagi kegiatan wirausaha sehingga dapat berperan aktif bagi perkembangan perusahaan yang didanai.

BacaJuga: Prof Avanidhar Subrahmanyam Paparkan Risiko Trading Pada Kuliah Kehormatan UNJ

“Pendanaan melalui modal ventura juga memiliki nilai tambah bagi perusahaan karena dapat meningkatkan efisiensi, produktifitas, dan inovasi perusahaan serta dapat menciptakan struktur pimpinan yang lebih baik saat perusahaan tersebut terdaftar di pasar publik.” kata Ass. Prof. Jo-Ann saat memberikan kuliah virtual, (18/4).

Lebih lanjut, Jo-Ann menjelaskan bahwa dalam penelitiannya kali ini, Jo-Ann menggunakan pasar IPO China yang ditangguhkan sebagai variabel eksogen terhadap modal ventura di China. Hal ini karena IPO yang ditangguhkan menghasilkan ketidakpastian tentang masa depan IPO di China serta memiliki efek pada aktivitas modal ventura.

Selanjutnya, Jo-Ann menjelaskan terkait dengan hasil dari penelitiannya kali ini yang menyatakan bahwa ketika IPO ditangguhkan maka investasi modal ventura kontemporer akan berkurang. Hal itu karena, pemodal ventura lebih cenderung berinvestasi dalam teknologi tinggi dan lebih kecil kemungkinannya untuk berinvestasi pada tahap akhir dan kesepakatan sindikasi.

Berbeda dengan pemaparan yang disampaikan oleh Jo-Ann, Prof. Rau memulai presentasinya dengan menyampaikan fenomena yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir terkait dengan peningkatan angka permintaan terhadap representasi wanita dalam jajaran perusahaan yang begitu tinggi.

Dirinya menyampaikan bahwa dalam penelitiannya kali ini ia sampaikan untuk menguji pengaruh dari keragaman gender dalam perusahaan terhadap nilai perusahaan yang dilihat dari IPO underpricing yang dianggap penting.

“Investor mungkin lebih optimis tentang arus kas masa depan, karena mereka mungkin percaya bahwa keragaman meningkatkan profitabilitas. Atau mereka mungkin menggunakan tingkat diskon yang lebih rendah ketika menilai perusahaan dengan dewan yang gendernya beragam.” kata dia.

Dalam penemuannya, Prof. Rau menjelaskan bahwa, 47% pemilik institusional memegang saham IPO perusahaan yang berbeda gender, dan hanya 40% yang memegang saham IPO tidak berbeda gender atau satu gender.

Hal ini sejalan dengan kesimpulan yang disampaikan bahwa keragaman gender mempengaruhi level dari IPO underpricing di US selama beberapa dekade terakhir.

Lebih jauh dijelaskan bahwa IPO dengan minimal satu wanita di dalam jajarannya memiliki level underpricing yang lebih tinggi dibandingkan dengan IPO dengan jajaran dewan yang selurunya diisi oleh laki-laki.

Pada seminar daring kali ini, Prof. Rau juga menjelaskan bahwa keragaman gender dapat meningkatkan nilai perusahaan karena keragaman gender dapat mengurangi biaya modal.

Seminar yang berlangsung selama masing-masing 90 menit tersebut mendapatkan antusiasme luar biasa dari para peserta seminar yang berasal dari perguruan tinggi maupun praktisi baik dalam maupun luar negeri.

Rangkaian seminar Internasional dengan tema besar “Bersinergi dalam Keberagaman, Semangat, dan Inovasi” ini juga merupakan kolaborasi dari tuan rumah yaitu Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta dan juga dua perguruan tinggi lainnya yakni Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya dan Fakultas Bisnis Universitas Katholik Widya Mandala Surabaya.