Prof. Rudy Prihantoro: Pentingnya Kurikulum Wheeler Bagi Pendidikan Vokasi Berbasis LMS

0
366
Foto: Prof. Dr. C. Rudy Prihantoro, M.Pd memberikan orasi ilmiah pada pengukuhan guru besar. Aula Latief Hendraningrat, UNJ.

EDURANEWS, Jakarta- Prof. Rudy Prihantoro dikukuhkan sebagai guru besar tetap Universitas Negeri Jakarta pada 14/12 di Aula Latief Hendraningrat, UNJ.

Pada prosesi pengukuhan tersebut, Prof. Rudy beri orasi ilmiah bertema “Pengembangan Kurikulum Model Wheeler pada Program Studi Vokasi Berbasis Learning Management System (LMS) dan Terobosan Kebijakan MBKM.”

Dalam orasinya tersebut, Prof. Rudy beri penjelasan mengenai pentingnya gagasan kurikulum wheeler sebagai bagian penting pengembangan kurikulum bagi pendidikan tinggi vokasi dengan model pembelajaran berbasis learning management system (LMS).

LMS merupakan salah satu model e-learning yang menekankan pada pengalaman belajar mahasiswa serta mengkonstruksi pemahaman materi belajar tersebut pada topik tertentu. LMS, menurut Prof. Rudy dapat dilihat pada sistem aplikasi seperti Moodle, ATutor, Blackboard ataupun succsess Factors.

Menurut Prof. Rudy sistem pembelajaran pendidikan tinggi vokasi masa pandemi covid-19 yang mengacu pada model pembelajaran berbasis LMS dapat mengitegrasikan kurikulum wheeler dan MBKM dalam penerapannya.

Prof. Rudy menyebut, saat ini operasional pembelajaran berbasis LMS belum berjalan dengan baik, hal tersebut disebabkan oleh kurangnya kemampuan mahasiswa dan dosen dalam hal komunikasi, aksesibilitas Information Technology (IT), jaringan dan kendali hasil belajar sehingga hasil evaluasi belajar kurang dapat dinilai dengan tepat.

Padahal, menurut Prof. Rudy bahwa model pembelajaran berbasis LMS menawarkan fleksibilitas pembelajaran bagi mahasiswa dan dosen khususnya pada bidang pendidikan vokasi.

“LMS memberi kebebasan mahasiswa memilih tempat dan waktu belajar, mudah diakses, mahasiswa dapat memilih mata kuliah pada kampus sendiri maupun kampus lain dan kedepan konten pembelajaran dapat disusun bersama perguruan tinggi lain, dunia usaha dan industri serta organisasi non-profit,”katanya.

Sifat dan karakter pendidikan vokasi yang terintegrasi dengan dunia usaha dan industri menurut Prof. Rudy sebagai karakter yang khusus, sehingga kurikulumnya pun harus dapat menyesuaikan. Prof. Rudy menyebut kurikulum wheeler dan program MBKM dapat menjadi terobosan bagi pengembangan model pembelajaran LMS.

Atas dasar itu, prof. Rudy melihat fleksibilitas dari kurikulum wheeler dengan lima konsep kuncinya yaitu: 1) tujuan umum, khusus dan  sasaran. 2) menentukan pengalaman belajar. 3) menentukan isi/materi. 4) mengorganisasi dan mengintegrasikan pengalaman  dan bahan pembelajaran dan 5) evaluasi menjadi kesesuaian bagi pendidikan vokasi.

Akan tetapi menurut Prof. Rudy kurikulum wheeler sulit dipraktekkan karena memakan waktu terlebih prosedur siklus  yang harus diperhatikan dan memerlukan kreativitas pendidik untuk mencapai setiap tujuan dari aspek kurikulum tersebut.

Prof. Rudy menyebut adanya program MBKM dirasa cocok dengan aspek kurikulum wheeler. Menurutnya, hal itu dapat dilihat dari aspek penekanan kurikulum wheeler pada pentingnnya pengalaman belajar mahasiswa.

“Kurikulum wheeler memiliki relevansi dengan pendidikan vokasi secara berkelanjutan mengarah pada link and match dengan formasi kerja,”katanya.