Wikan Sakarinto: Pendidikan Vokasi Tidak Hasilkan Lulusan Tukang

0
198
Foto: Kiri ke kanan, Rekrot UNJ Prof. Dr. Komarudin M.Si, Narasumber Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc.,Ph.D. Dirjen Pendidikan Vokasi Kemdikbud dan Usep Suhud, M.Si., Ph.D. Moderator FGD Kajian Program Vokasi dan Upgrading Program Studi D3 Menjadi D4

EDURANEWS, Jakarta- UNJ selenggarakan FGD bertema Kajian Program Vokasi dan Upgrading Program Studi D3 menjadi D4 secara luring dan daring. Kegiatan tersebut merupakan tukar pikiran dalam memberi pemahaman pentingnya kampus D3 melakukan upgrading menjadi sarjana terapan atau D4.

Kegiatan tersebut turut dihadiri oleh Rektor UNJ Prof. Komarudin serta Wakil Rektor beserta segenap para pimpinan tingkat Dekan serta Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud, Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc.,Ph.D.

Dalam pengantar materinya, Wikan menyebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang membuka kesempatan pada seluruh D3 pendidikan vokasi melakukan upgrade menjadi program sarjana terapan atau D4.

Pasalnya menurut Wikan, Pada tahun ini Direktorat Pendidikan Vokasi Kemendikbud sedang fokus melakukan upgrade prodi eksisting D3 menjadi sarjana terapan atau D4.

“Program upgrading sarjana terapan merupakan kenyataan baru yang digagas saat ini, sehingga harapannya program ini inheren dengan BAN-PT dengan segala persyaratannya yang telah kami siapkan,”katanya.

Upgrading D3 menjadi D4 tahun ini telah dievaluasi dengan syarat mengutamakan link and match dalam proses pembelajarannya, sehingga seluruh program vokasi memiliki dasar link and match serta pengembangan 8+i. yaitu 1) Kurikulum disusun bersama 2) Pembelajaran berbasis project riil dari dunia kerja (project based learning).

3) jumlah dan peran guru/dosen/instruktur dari industri dan ahli dari dunia kerja 4) magang atau praktik kerja di dunia kerja 5) sertifikasi kompetensi 6) dosen/instruktur/guru mendapat update teknologi dan pelatihan dari dunia kerja 7) riset terapan mendukung teaching factory/teaching industry 8) komitmen serapan lulusan.

Wikan menambahkan, saat ini program D4 dirancang bagi para pelajar untuk menjadi pemimpin atau calon intrepreneur yang bisa “nukang.”  Kenyataan tersebut menurut Wikan menuai komplain dari beberapa perguruan tinggi karena dianggap terlalu memberatkan.

Menurut Wikan, kedepan kurikulum pendidikan vokasi bisa dibuat bersama industri. Dengan basis keterlibatan industri secara riil dan tidak sekedar “mengajak,” sehingga menurut Wikan, dapat menciptakan ruang riil dalam penyusunan kurikulum pendidikan vokasi dan mampu melihat sinkronisasi yang ada.

Project based learning menurut Wikan sangat jarang dilakukan oleh pendidikan vokasi saat ini. Ia mencontohkan, saat ini orang kerap keliru dalam menilai project based learning dalam aplikasi pendidikan vokasi.

“Kami sudah menerapkan project based learning, hanya dengan memberi praktek pengelasan selama 80 jam sudah dianggap sudah project based learning, sehabis di las tidak terpakai, itu bukan project based learning,”katanya

Project based learning merupakan metode pembalajaran bagi pelajar pendidikan vokasi yang berbasis pada project sebagai nilai utama yang terkoneksi kepada konsumen dan kebutuhan industri secara langsung.

Wikan berharap, kedepannya pelajar pendidikan vokasi dapat menerima project dari sebuah lembaga yang dapat dikerjakan secara tim di sekolah dan memperlihatkan projcect yang digarapnya serta meminta penilaian langsung dari konsumen tidak sekedar guru.

Wikan juga menyebut bahwa produk pendidikan vokasi tidak harus berakhir sia-sia, terutama tidak menciptakan penilaian dari konsumen. Karena menurutnya, tidak memberi tantangan pada pelajar untuk mengenali konsumen dan mengenali perkembangan kebutuhan industri dan pasar.

Dengan demikian, Wikan menyebut project based learning sebagai  pembelajaran dunia riil pendidikan vokasi, dimana anak-anak belajar dalam kenyataan sambil melakukan praktek belajar dan melakukan evaluasi kepada konsumen tersebut.

Tidak hanya itu, menurut Wikan, dengan melibatkan konsumen, para pelajar dilatih untuk terus memperbaiki proses belajar seperti melakukan evaluasi produk, menanyakan kepuasan konsumen, berpikir kritis, menaikan skills presentasi yang baik serta belajar merebut perhatian konsumen barulah mereka mendapat nilai atau lulus.

Wikan juga optimis, SMK kedepan tidak menciptakan tukang, melainkan intrepreneur dan calon pemimpin yang bisa sambil “menukang” melalui penguatan belajar berbasis project based learning.

“Ketika pelajar sudah berada di tingkat semester tinggi, mereka sudah harus mencari project, dan menjadikan project tersebut dinilai oleh konsumen sampai konsumen merasa puas dan dijadikan portofolio barulah lulus,”katanya.

Kenyataan itu menurut Wikan dibutuhkan guru-guru dengan pola mengajar baru, tidak melulu full mengajar, melainkan lebih sebagai fasilitator atau pelatih.

Sementara itu, Rektor UNJ Prof Komarudin berharap hasil FGD dengan Dirjen Pendidikan Vokasi Kemdikbud memiliki tindak lanjut bagi para wakil dekan satu fakultas, Universitas Negeri Jakarta untuk merencanakan proses upgrading D3 menjadi D4.

Rektor UNJ juga mengingatkan, perlu kehati-hatian  dalam persiapan proses upgrading tersebut,  terutama saat ini UNJ sedang melakukan demolish. Rektor UNJ mengingatkan jangan sampai menjadi terlantar dan tidak ingin lulusan pendidikan vokasi UNJ menjadi terabaikan kompetensinya.

“Kedepan penting kiranya seperti fakultas teknik  bisa membuka program studi D3 K3, karena saat ini sangat dibutuhkan industry,”katanya.