EDURANEWS, JAKARTA: Logo Dies natalis Universitas Negeri Jakarta hadir di tengah persiapan UNJ melaksanakan hari jadinya yang ke-59.
Kepala program Studi Pendidikan Seni Rupa UNJ Indro Moerdisuroso adalah penyusun logo dies natalis UNJ ke-59.
Menurutnya, logo sebisa mungkin dapat merefleksikan nilai filosofis agar dapat dikenal publik, itu sebabnya dalam sebuah desain logo membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan proses kreatif yang tidak sederhana.
“Seluruh unsur visual yang ada dalam logo sebisa mungkin merefleksikan nilai-nilai dari sebuah institusi yang diharapkan dikenal oleh publik,”katanya.
Seperti halnya sebuah karya akademik, menurut Indro, penciptaan logo juga memerlukan basis riset seperti observasi, pengumpulan data, melakukan perbandingan dan pencarian identitas spesifik sebelum masuk pada unsur desain.
“Kalau desain logo untuk institusi besar tentu risetnya lebih mendalam dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar,” katanya
Kenyataan itu menurut Indro merupakan sebab bahwa pembuatan logo bukan pekerjaan sepele dan bahkan memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Menurut Indro tahapan paling menantang dalam mendesain sebuah logo terletak pada proses menemukan karakteristik.
“Sekarang ini begitu banyak sekali logo, sampai kita sulit mencari logo yang tidak ada persamaannya, dan itulah tantangannya,”katanya.
Indro menyebut proses kreatif mencari bentuk direfensiasi logo adalah proses sulit dan panjang.
“Kalau toh kita menemukan perbedaanya belum tentu final, karena nanti akan menghadapi perdebatan lagi dengan pemesan,” sambungnya.
Menurut Indro logo harus memiliki sifat sederhana agar mudah diingat dan dikenal oleh publik. Meski demikian menurutnya, mencari bentuk kesederhanaan itu berawal dari hal yang paling rumit.
Kisah Logo Dies Natalis UNJ Ke-59
Menurut Indro dirinya sudah berkecimpung cukup lama sebagai kreator desain logo dies natalis UNJ.
“Kira-kira sekitar 10 kali saya terlibat mendesain logo dies natalis UNJ dan saya senang karya saya bisa bermanfaat,”katanya
Menurutnya desain logo dies natalis UNJ berangkat dari tema UNJ menuju kampus kelas dunia.
Selain melakukan riset dan eksplorasi, dirinya juga melakukan penggalian terhadap karakteristik umum UNJ melalui statuta yang menjadi dasar refleksi desain.
“Saya juga mencoba merefleksikan karakteristik umum UNJ yang dinyatakan dalam statuta dan poin tersebut yang menjadi dasar refleksi desain dan mencari pembanding logo yang tidak banyak tampil dan memodifikasi huruf standar yang sudah ada mestinya tidak ada yang sama,” ujarnya.
Menurutnya desain logo tersebut menggambarkan tiga sifat penting dari UNJ menuju kelas dunia yaitu lues, fleksibel dan dinamis. Hal itu termanifestasi dalam bentuk desain logo dies natalis UNJ ke-59 yang sarat akan makna.
Dirinya menyebut angka 59 menyatu adalah lambang kekokohan, ditambah dengan latar belakang angka sembilan adalah wujud gelas ukur kimia sebagai simbol batang tubuh ilmu sains, dan latar belakang angka lima adalah simbol roda sebagai penanda teknologi dan ditambah coretan dalam angka sebagai wujud coretan tangan melambangkan ilmu humaniora.
“Merepresentasikan ilmu humaniora dalam desain agak sedikit susah dan saya gunakan yang lazim dipakai yaitu dalam bentuk coretan tangan sebagai hal yang otentik dari sifat manusia dan ilmu humaniora,”katanya
Pada tahap akhir menurut Indro simbol dunia terletak di bawah angka 59 dengan unsur tiga garis. Menurutnya gambar bola dunia bisa tersaji secara sugestif.
“Jika bola dunia kita berikan secara utuh akan sangat rumit oleh sebab itu saya berikan secara sugestif sebagai simbol sebuah bola dalam bentuk tiga garis gradasi yang melengkung penanda UNJ menuju dunia,” katanya.
Indro menuturkan identitas kampus UNJ pada logo terletak pada warna latar belakang angka 59.
Indro berharap dies natalis UNJ ke-59 dengan moto menuju kampus kelas dunia harus terepresentasi dalam menuju dan pasca dies natalis karena itu adalah bentuk konsistensi.