“Saya hanya ingin menunjukkan setiap hasil yang saat ini, tahun depan harus bisa lebih lagi, harus bisa lebih baik lagi. Itu saja.”
EDURA NEWS, JAKARTA – Eko Yuli Irawan, mahasiswa Program Studi Kepelatihan Kecabangan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dengan membanggakan berhasil meraih medali perak di kelas 61kg cabang Angkat Besi di ajang Olimpiade Toyo 2020. Dalam pertandingan di Tokyo International Forum, total angkatan Eko Yuli berjumlah 302 kg yang didapat dari angkatan snacth 137 kg dan 165 kg clean and jerk.
Medali emas diraih oleh lifter asal Tiongkok dengan total 313 kg (141 kg snatch dan 163 clean and jerk) dan medali perunggu diraih oleh lifter Kazhakstan dengan total 294 angkatan (131 kg snatch dan 163 kg clean and jerk).
Tidak ada pencapaian luar biasa yang dilalui dengan mudah. Lifter andalan Indonesia kelahiran Lampung, 24 Juli 1989 itu pernah bekerja sebagai gembala kambing milik tetangganya, dengan itu Eko Yuli bisa membantu sedikit kehidupan keluarganya. Ayah Eko dulu seorang kuli bangunan dan ibunya pernah bekerja sebagai penjual sayuran.
Eko Yuli menceritakan awal mulai ketertarikannya pada dunia angkat besi, saat itu di Metro Lampung, tidak jauh dari rumahnya, ada sasana angkat besi yang dimiliki oleh kepala pembina angkat besi Kalimantan Selatan bernama Yon Haryono. Eko Yuli tidak perlu mengeluarkan uang untuk berlatih di sana.
“Saya masuk di klub itu, latihan dan pada akhirnya karena Provinsi Lampungnya sendiri punya angkat besi juga, nah jadi kita ini klubnya harus bubar,” Eko Yuli mengisahkan pengalamannya saat dihubungi Edura News pada Senin, (26/7).
Klub itu harus dibubarkan karena saat itu saat itu ia dan kawan-kawannya mewakili Kalimantan Selatan setiap kali mengikuti kejuaraan nasional. Untuk terus berlatih angkat besi, Eko Yuli dan kawan-kawannya harus pindah ke Paruhpanjang Bogor saat usianya masih 13 tahun.
“Untungnya dulu yang harus pindah atau merantau itu satu paket, semua yang latihan di sana dipiindahkan. Jadi istilahnya, satu paket dipindahkan, gak sendirian. Orang tua melepas karena kita makan ditanggung, tidur ditanggung, sekolah ditanggung,” jelas Eko Yuli.
Eko Yuli menuturkan pada tahun 2006 mengikuti seleksi Pelatnas untuk masuk ajang Asian Games 2006. Eko Yuli saat itu masuk peringkat kedua. Ia akhirnya mendapat kesempatan masuk ke pelatnas. Pada tahun 2006 Eko yang masih dalam kategori junior sudah mampu mengalahkan senior dalam cabang angkat besi ini.
“Pada saat itu di tahun 2006 kan ada Olimpiade juga, ada atlet Indonesia yang dapat medali. Jadi buat pacuan ini mereka bisa sampai ke Olimpiade, dapet perunggu, dapat apresiasi, bisa bantu keluarga, gitu. Dari situ kita tertarik, jadi punya target ke level Olimpiade,” tutur Eko Yuli.
Eko Yuli merupakan atlet Indonesia pertama yang memenangkan empat medali dalam perhelatan Olimpiade, di antaranya Olimpiade Beijing pada tahun 2008 ia meraih perunggu kelas 56 kg, meraih perunggu di Olimpiade London 2012, di Olimpiade Rio tahun 2016 ia meraih perak, dan pada Olimpiade Tokyo kali ini ia kembali meraih medali perak.
“Saya hanya ingin menunjukkan setiap hasil yang saat ini, tahun depan harus bisa lebih lagi, harus bisa lebih baik lagi. Itu saja,” pungkasnya.