Pemimpin Kangkung

0
336

Pemimpin kangkung, itu istilah Boss Kardun untuk pemimpin yang hanya mengandalkan duit dan merasa hebat, untuk mencari dukungan. Kangkung itu tumbuhan air, dahannya menggapai ke atas namun letoy dan lunglai, sedangkan akarnya melayang di air tidak menyentuh tanah.

Bukankah kangkung dapat tumbuh di darat? Ya..tetap saja meskipun akarnya menembus tanah, namun sekedar numpang hidup, dan dahan dan daunnya tidak mampu menjulang tinggi, setelah 20-30 cm letoy menjuntai dan ngglosor ke tanah.

Zaman medsos, kalau sok kerennya dengan menyebut industri 4.0, banyak menghasilkan pemimpin kangkung. Tidak mengakar ke bawah (rakyat) sehingga batang tubuhnya tidak mampu menjulang, menjangkau kekuasaan untuk mencapai kejayaan bersama. Efek penyebaran berita yang dahsyat, membuat banyak melahirkan pemimpin karbitan, orbitan namun sejatinya hanya seperti kangkung.

Model pemimpin kangkung, tumbuh di era demokrasi, di mana setiap orang merasa berhak memimpin. Asal dipilih rakyat. Namun kalau kelasnya kangkung ya tetap saja kangkung, letoy. Mungkin rakyat akan memilih karena “terpesona” dengan baju dan identitas atau saweran, namun bagi negara dan rakyat keseluruhan sepertinya hanya akan menyebabkan kekecewaan.

Ada cerita “plesetan” wayang orang di Jawa tentang Petruk dadi Ratu. Seorang punakawan atau penghibur ksatria, tetiba menjadi raja. Akhirnya ngawur dan hanya menjadi bahan tertawaan. Mungkin saja rekaan kisah itu hanya ingin mengajarkan agar kita tahu diri, atau ada doktrin tersembunyi yang ingin melanggengkan legitimasi kisah raja-raja dan keturunannya, bahwa yang berhak menjadi raja adalah kalangan keturunan raja. Rakyat harus tahu diri. Ngaca saja kalau mau menjadi raja. Wallahu A’lam.

Memang kalau derajatnya kangkung, mah enaknya cuma ditumis atau kangkung ca saja. Dan itu juga harus ada temannya, ikan kerapu bakar, sambal matah, dan cumi saus padang.

BSA/24/8/20