IKADIM UNJ : Buku SDM Unggul, Indonesia Maju, Buah Pemikiran Doktor Menyongsong Indonesia Maju

0
175

Untuk menyongsong Indonesia Maju, 50 Pemikiran Alumni Doktor Ilmu Manajemen UNJ dirajut menjadi bunga rampai. Karya ini menjadi sumbangsih pemikiran kepada masyarakat.

EDURANEWS, JAKARTA- Ikatan Keluarga Alumni Doktor Ilmu Manajemen (IKADIM) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mengadakan bedah buku di lantai 2 Plaza Nusantara V Kompleks MPR (19/8). Buku berjudul, “SDM Unggul Indonesia Maju Dari UNJ Untuk Bangsa” (2020, UNJ Press) berisi pemikiran 50 alumni Doktor Ilmu Manajemen UNJ. Bedah buku ini dalam rangka menyambut 75 tahun Indonesia merdeka.  

Bedah buku ini diadakan untuk memberikan gambaran mengenai tantangan sumber daya manusia di era industri 4.0, budaya maritim serta tantangan di bidang pemulihan ekonomi dan pendidikan. Bedah buku ini menghadirkan para panelis yaitu Wakil MPR Jazilul Fawaid, Ketua IKADIM Sri Puguh Budi Utami, Rektor UNJ Komarudin Sahid, serta Laksamana (Purn) TNI Achmad Djamaludin.

“Yang mereka tulis hal yang mutakhir dari perkembangan sumber daya manusia lintas disiplin,” ucap Dingot Ismail selaku ketua pelaksana dalam sambutannya. 

Sri Puguh Budi Utami mengatakan banyak catatan penting didapati dari buah pemikiran doktor ilmu manajemen. Menurutnya, menjadi sangat urgen dan strategis pemikiran yang ada di bunga rampai ini. Dalam tatanan baru covid 19, bonus demografi mesti dimanfaatkan Indonesia kedepannya.

“Keunggulan suatu bangsa tergantung sumber daya manusia yang menjadi penentu sebuah bangsa,” kata Sri Puguh.

Kepemimpinan Bahari

Sedangkan Achmad Jamaludin memberikan catatan penting mengenai tantangan SDM di bidang maritim. Secara geografis Indonesia memiliki posisi yang sangat strategis. Secara choke point control yang ada 7 di dunia, 4 diantaranya di Indonesia.

Choke point control ini tempat yang paling sering dilalui kapal-kapal. Indonesia berada dalam jalur perdagangan maritim dunia. Angkutan kapal barang banyak melintas laut di Indonesia. 

“Indonesia dilalui 40 persen perdagangan dunia,” kata Jamaludin.

Ada lima pilar utama yang perlu diperhatikan, pertama, budaya maritim, kedua, pengelolaan perikanan, ketiga, pembangunan dan konektivitas maritim, keempat diplomasi maritim, kelima pertahanan maritim.

Budaya maritim khususnya perikanan harus mampu meningkatkan perekonomian serta pertahanan maritim. Menurut Jamaludin konektivitas maritim dapat dilihat dari program Tol Laut era Jokowi yang menjadi penghubung ekonomi yang sangat bagus.  

Penggunaaan sistem big data, teknologi AI menjadi keharusan. Peran manusia semakin sedikit digantikan komputasi. Inilah era di mana manusia juga menghadapi 5.0 society yang semakin kehilangan kemanusiaannya. 

Bagi Jamaludin, tantangan kedepan adalah memahami keunggulan masyarakat maritim Indonesia. Semisal menggali lebih jauh lagi budaya maritim pinisi. Pembaruan teknologi juga mesti diterapkan pada nelayan. 

“Kapal ikan harus menggunakan teknologi sensor,” kata Jamaludin. 

Diplomasi maritim dalam hal ketahanan nasional ini sering menggunakan angkatan laut sebagai simbol. Oleh karena itu pertahanan maritim di angkatan laut harus didukung oleh Negara. Menurut Jamaludin, maka diperlukan juga kepemimpinan bahari. Baginya, kepemimpinan bahari ini berkaitan dengan ilmu manajemen. 

“Nahkoda harus percaya dengan teknologi dan anak buah,” kata Jamaludin.

Tantangan Ekonomi-Pendidikan

Wakil Ketua MPR RI, Jazilul Fawaid mengatakan SDM memiliki fungsi dalam pemulihan ekonomi dalam pandemi Covid 19. Buah pemikiran  para doktor sejalan dengan visi Jokowi.

“Jika diramu ini menjadikan SDM unggul dan berkualitas,” kata Fawaid.

Menurut Fawaid, dampak Covid 19 paling terasa di dunia ekonomi dan usaha. Berbagai kebijakan dikeluarkan Jokowi. Kebijakan ini agar rakyat tidak terperosok dalam pengangguran dan kemiskinan. 

“Pemikiran para doktor ilmu manajemen ini diperlukan,” kata Fawaid. 

Dalam amatan Fawaid, pandemi Covid 19 juga menghantam pendidikan. Terobosan dalam pendidikan sangat diperlukan. Anak-anak kurang mendapatkan asupan gizi pengetahuan.

“Kita perlu menghidupi semangat belajar di masyarakat,” kata Fawaid. 

Sejalan dengan Fawaid, Rektor UNJ Komarudin Sahid mengatakan pentingnya membangun pendidikan dalam menciptakan SDM maju. Pembelajaran virtual menjadi amatan penting yang membuat anak-anak sulit dikontrol dalam belajar.

Aspek pengetahuan mungkin bisa sampai, namun dalam aspek penilaian sangat diragukan. Apalagi guru gagap teknologi, tak pandai mengemas pelajaran, guru hanya sekedar menjadi pemberi tugas. Anak-anak menjadi mudah marah-marah ke orang tua karena kurang sabar dalam mengajarkan.

“Stunting sosial dan psikologi dalam pendidikan akan terjadi,”Komarudin menekankan.

Program pendidikan harus dilakukan dengan win-win solution. Dalam amatan Komarudin, harus dicarikan variasi lain tak hanya mengandalkan pembelajaran jarak jauh.

“Pendekatan metode pembelajaran menjadi tantangan LPTK,” kata Komarudin. Ini juga menjadi tantangan bagi ilmu manajamen untuk menemukan model terbaik dalam pembelajaran.