10 November 2020 bertepatan Hari Pahlawan, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) sukses menyelenggarakan acara Anugerah Kota Ramah Mahasiswa atau City of Intelllect. Acara ini diprakasai oleh semangat Prasasti Daksinapati yang diletakan Bung Karno di Rawamangun 57 tahun silam.
EDURANEWS, JAKARTA– Saat itu kawasan Rawamangun ditetapkan sebagai Kota Mahasiswa Jakarta. Peristiwa ini menginspirasi Rawamangun khususnya UNJ dalam menumbuhkan spirit kebangsaan. Prof. Hafid Abbas membacakan SK Rektor Penetapan Kota Mahasiswa. Dalam SK Rektor ini, Semarang ditetapkan sebagai kota paling ramah bagi mahasiswa.
Secara simbolik Rektor UNJ Prof. Komarudin memberikan piagam penghargaan kepada Ibu Megawati Soekarno Putri untuk diserahkan kepada Walikota Semarang. Selain penyerahan anugerah kota ramah mahasiswa, UNJ juga mengadakan dialog kebangsaan bertajuk “Pembudayaan Pancasila dan Peneguhan Kebangsaan Indonesia di Era Milenial”.
Dialog Kebangsaan
Akhmad Syaikhu mengatakan kekuatan SDM menjadi kunci dalam menciptakan pembudayaan Pancasila. Apalagi Indonesia mengalami bonus demografi. Pendidikan politik juga dianggap menjadi bagian penting dalam pembudayaan kebangsaan. Pentingnya menanam ideologi Pancasila terutama dalam sosialisai kepada kaum milenial.
“Pendidikan ini menjadi hal penting termasuk juga kepada Pendidikan politik bagi partai politik untuk meningkatkan demokrasi Indonesia,” ucapnya.
Penggalian keteladanan para pendiri bangsa juga dirasakan menjadi hal yang penting. Prof. M. Jafar mengatakan krisis keteladanan sebetulnya tidak akan terjadi jika kembali kepada akar keteladanan para pendiri bangsa. Mulai dari rajin membaca, menulis, dan berorasi, nilai-nilai ini tumbuh dari sosok Soekarno, Hatta dan para pendiri bangsa lainnya. Dari hasil penelitian yang diungkap Prof. M. Jafar sebetulnya pemuda memiliki semangat kebangsaan yang tinggi.
“Anak muda sekarang sebenaranya memiliki semangat kebangsaan yang tinggi, tinggal bagaimana proses pendidikan,” ungkap Prof. M. Jafar.
Prof. Hariyono mengatakan UNJ telah mempelopori hal positif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan mengangkat Kembali warisan Bung Karno mengenai City of Intellect. Pengembangan Pendidikan dan peradaban harus berpijak pada nilai-nilai Pancasila.
“Pancasila bukan warisan alamiah, sebagai warisan budaya yang tidak hanya dibicarakan tapi juga dilaksanakan,” ungkap Prof. Hariyono
Sedangkan Hasto Kristiyanto memberikan pemaparan bagaiamana falsafah Pancasila memiliki cara pandang dunia. Warisan Bung Karno mengenai City of intellect harus dilanjutkan dan relevan dengan falsafah negara.
“City of Intellect khususnya bagi mahasiswa tergelora untuk menjadi bangsa pemimpin yang kokoh dan visioner,” kata Hasto. Tentunya itu dapat terwujud dengan pendidikan yang mengedepankan tradisi riset dan inovasi.