Ketika Perusahaan Mulai Oleng

0
330

Bubaran rapat, para manajer mulai “blingsatan”, muka kusut dan pikiran penuh dengan pertanyaan “gagasan” apa yang akan saya berikan. Pasalnya baru saja rapat dengan Big Boss, kena damprat dan Big Boss marah besar. Semua disemprot, semua dianggap “guoblok” tidak kreatif. Perusahaan butuh duit, malah banyak yang dikerjakan oleh bawahannya justru menghabiskan uang.

Perusahaan butuh manajer yang seperti wirausaha, ujung-ujungnya agar cepat menghasilkan uang. Butuh manajer yang tidak sekedar gagasan dan rencana muluk, jangka panjang, tetapi butuh manajer yang selangkah dua langkah dalam jangka pendek menghasilkan uang. Perusahaan sedang S.O.S.

Konon dalam siklus usaha, ketika berusaha diawal usaha dibutuhkan sikap kewirausahaan, yang penting dapat uang, pokoknya all out. Palugada. Apa lu mau gua ada. Segala aturan yang njlimet belum ada. Setelah mulai maju dan sejahtera perusahaan sering membuat banyak rambu-rambu dan sistem agar semua berjalan ada aturannya.

Siklus usaha selalu ada, seperti hukum alam. Siklus lahir tumbuh, berkembang, menurun dan mati. Ketika siklus usaha mulai menurun menjelang mati, uang masuk mulai berkurang dan menipis, banyak pengelola perusahaan mulai “kalap”, dan menganggap aturan yang dibuatnya mengekang dirinya. Maka kembali lagi dimunculkan sikap kewirausahaan, kerjakan saja all out yang penting dapat uang, dan kadang dipersilahkan menabrak aturan yang dibuatnya sendiri, atau kalau perlu ubah saja aturannya.

Masa Covid 19 sekarang banyak perusahaan, bahkan negara “nyungsep”, tidak ada uang masuk, banyak perusahaan mangalami siklus hidup lebih cepat dari yang direncanakan.

Dibutuhkan para manajer yang out of the box, tidak hanya terkurung dengan prosedur, bukan doing the right thing, tapi doing the thing right.

Analogi sebuah kapal mengarungi badai, anak buah berteriak, “Kapal sudah oleng kapten”. Selanjutnya apakah akan meniup prosedur evakuasi dan penyelamatan atau tetap menerobos badai dengan intuisi sang kapten. Di mana setiap ABK fokus pada penyelamatan kapal, meskipun berbeda tugas dan fungsinya.

Pertanyaannya, apakah para manajer yang dididik dan berpengalaman dan dipaksa taat aturan, menjadi kreatif dan bersikap seperti wirausaha ?

Saya hanya melihat Kardun sebagai manajer bagian back office hanya bisa planga-plongo, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dan hanya berdoa agar sang Big Boss menemukan jalan terbaik untuk menyelamatkan perusahaannya. Itulah yang dapat Kardun lakukan.

BSA/ 9/7/20