EDURANEWS,JAKARTA- PT. Bintang Sempurna yang bergerak pada industri cetak dan IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) menyelenggarakan webinar bertema “Book Publishing Through Digital Era” pada 26/10/2021. Kegiatan tersebut merupakan upaya menjawab tantangan era disrupsi industri. penerbitan buku di tanah air.
Arys Hilman dari IKAPI mengungkapkan keterlibatan penerbit berjualan secara daring belum bisa menyeimbangkan saluran penjualan konvensional. Menurutnya, sejauh ini terdapat tiga tantangan utama industri penerbitan buku diantaranya disrupsi teknologi, disrupsi pembajakan dan minat literasi baca masyarakat masih rendah.
Arys memperlihatkan contoh perkembangan penjualan buku masa pandemic covid-19 di Negara maju yang justeru mengalami peningkatan. Misalnya pengembangan buku digitaldansebesar 20 % serta audio book dengan tingkat penjulaan mencapai 200 % di Finlandia telah menunjukan potensi yang baik.
BACA JUGA: Tantangan Penerbitan Buku Era Pandemi dan Disrupsi
Sementara di Indonesia kurang dari 10 persen untuk buku digital dan audio book belum tumbuh, meski belum tumbuh, menurut Arys saat ini sudah masuk platform audio book dari Swedia dan akan bersaing dengan platform audio book yang ada di Indonesia.
Saat ini menurut Arys upaya yang bisa dilakukan adalah tetap melakukan peningkatan penjualan melalui daring, artinya buku tetap dicetak dan penjualannya bisa ekspansi melalui daring, meski kenyataan penjulan daring belum juga signifikan mendongkrak pasar.
Arys menyebut saat ini terjadi peningkatan pembaca seiring adanya perpustakaan digital. akan tetapi dirinya mempertanyakan perihal apakah hal tersebut bisa membawa siklus ekonomi bagi penerbit. Karena buku digital dengan buku cetak memiliki cara kerja tersendiri dalam proses ekonomi.
Dirinya menambahkan buku digital ketika sudah dibeli tidak akan rusak dan provider buku harus terus membayar kontrak pertahun. Kalau buku cetak, mungkin saja pertahun membeli dengan buku yang sama karena rusak atau apapun.
“Berbeda dengan kenyataan buku perpustakaan digital, bahwa provider harus terus memperpanjang kontrak setiap tahun dan ini yang masih terus kita bahas,” katanya.
Hasil penelitian IKAPI 2021 memperlihatkan bahwa sebanyak 56 dari 127 atau setara dengan 44.1 % penerbit sudah memproduksi buku digital. Sementara 55.9 % masih bergelut dengan produk buku cetak. Sebelum pandemi hanya 10 % penerbit yang menyasar pasar buku digital.
selain itu, sebanyak 76.4 % penerbit telah aktif memanfaatkan saluran penjualan daring (online) sebagai alternatif distribusi produk di masa pandemi. Sementara tahun lalu sekitar 74 %, terjadi peningkatan 2%. Pada tahun 2021.
Menjadi persoalan menurut Arys karena hanya sekitar 4 % penerbit yang merasakan kontribusi signifikan dari penjualan produk secara daring. Sedangkan 82.7 % penerbit baru merasakan kurang dari 10 % kontribusi penjualan daring terhadap omset penerbit.
Arys juga mengungkapkan bahwa tantangan pembajakan sudah sangat meresahkan. Para pembajak sudah merupakan industri besar. “Mereka tidak sekedar mencari sesuap nasi, tetapi mencari sebongkah berlian,”katanya.
Pandemi covid-19 berdampak baik terhadap peningkatan penjualan buku di Negara dengan indeks literasi terbaik di dunia. Seperti di Finlandia dengan indeks literasi nomor satu itu, mengalami peningkatan penjualan buku, karena orang Finlandia merasa harus membeli buku selama menghadapi pandemi untuk menemani mereka selama beraktifitas dari rumah.
Selain itu, di Amerika Serikat misalnya, tahun 2020 merupakan tahun terbaik penjualan buku mereka. Sebanyak 750 juta eksemplarbuku terjual, kondisi tersebut meningkat sebesar 8.2 %, serta penjualan buku tertinggi ada pada kategori buku fiksi remaja sebesar 11 %. Serta tidak terkecuali Negara Inggri mengalami peningkatan penjualan masa pandemi
Dalam kondisi pandemi ini Indonesia masih berada pada peringkat 61, bahwa masa ini ada gangguan dari disrupsi teknologi, pembajakan buku dan iklim literasi yang tidak mendukung.
Arys menghimbau dengan webinar ini diharapkan muncul spirit inovasi penerbitan dengan menghadirkan teknologi cetak dan design pada buku yang mampu menjawab tantangan disrupsi tersebut dan berkaitan dengan oplah cetak dan harga cetak terjangkau.