Makna Sebuah Foto

0
470

Di ruangan kerja Kardun terpampang, foto Kardun seorang pengusaha dengan presiden, berpakaian full formal dress, berjas dan berdasi. Foto dengan pembesar lain juga banyak bertebaran di dinding ruang kerja tersebut. Namun semua dengan pose dalam suasana formal. Memajang foto tersebut, Kardun bermaksud bukan sekedar menunjukkan kebanggan, tetapi ingin menunjukkan bahwa dirinya memang orang “hebat”, kenal dengan berbagai pembesar negeri dan ada bahasa tersirat, agar kalian para tamu jangan “macam-macam” dengannya. Kardun ingin menunjukkan bahwa dia memiliki berbagai dukungan atau “beking”.

Di tempat lain, ruang kerja Karto, seorang pengusaha juga, terpampang foto dengan presiden dan pembesar negeri, namun dalam suasana santai, sedang golf bersama, sedang mancing dan sedang ngobar (ngopi bareng), dengan berpakaian kaos dan celana pendek.

Siapa yang lebih hebat Kardun atau Karto?

Foto yang terpampang dapat mencerminkan dan menggambarkan tingkat kedekatan masing-masing.

Memajang foto bersama presiden negeri dengan memajang foto presiden sendiri, memiliki makna yang berbeda. Ada pepatah a picture is worth a thousand words. Ada sejuta kata dalam sebuah gambar.

Saya memasuki sebuah restoran Padang, terpampang foto lebih tepatnya pas foto dalam ukuran besar, seorang pria berkumis dengan pakaian tentara lengkap dengan pangkatnya. Ada juga foto orang pria bersorban seperti pemuka agama. Saya tidak tahu apa hubungan kekerabatan dengan sang empunya restoran. Tentunya setiap perbuatan memiliki arti, sebagai bentuk komunikasi, ada pesan yang ingin disampaikan.

Seperti di kamar anak-anak remaja, yang terpampang foto Satria baja hitam, Lee Min Hoo, Justine Biber, JKT 48 atau poster Ragnarock, mungkin ada pesan yang ingin disampaikan kepada orang yang melihatnya.

Anak-anak tidak mau memajang foto ortunya mungkin karena, setiap hari mereka jumpai, dan mungkin anak sudah “jemu”, dengan wajah ortunya, yang ketika berjumpa selalu bertanya seperti menginterogasi; memerintah seperti mandor; menasehati, seperti motivator dan ngomel, seperti banjir bandang tiada henti.

So….mungkin itu alasan kenapa anak-anak tidak mau memajang foto ortunya di dinding kamarnya.

Mudah-mudahan ini hanya perasaan saya saja… Mungkin anak akan memajang foto ortunya setelah ortunya wafat, dan ada kerinduan terhadap segala interogasi, perintah dan omelannya. Dan kasih sayang ortunya yang telah terkubur bersama jasadnya.

BSA/30/7/20