Melihat Kontekstualisasi Islam dalam Pusaran Peradaban

0
1051
Ilustrasi: Poster Webinar ke-8 Sekolah Kebangsaan dan Peradaban "Beragama Dalam Membangun Oeradaban"

EDURANEWS, JAKARTA: Dalam perjalanannya, ajaran agama Islam bisa bersanding dalam berbagai konteks budaya. Kemampuan ajaran agama Islam berdialog dengan realitas, membuat agama Islam memiliki pengaruh besar. Baik dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan maupun peradaban dunia.

Itulah pesan penting kegiatan webinar seri ke-8 atau terakhir dalam Sekolah kebangsaan dan Peradaban UNJ bertema “Beragama untuk Membangun Peradaban.”

Pemateri dalam kajian ini dihadiri oleh Dr. H. M. Kholid Syeirazi, M.Si (Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Ikatan Sarjana NU). Serta juga pembuka kegiatan Prof. Dr Komrudin, M.Si selaku Rektor UNJ. Serta inisiator Sekolah Kebangsaan dan Peradaban Dr. Abdul Syukur M. Si selaku Wakil Rektor 3 UNJ, dan Drs. Bahrudin, M.Pd selaku moderator. Diskusi di gelar melalui daring dan siaran langsung youtube Edura TV.

Pada webinar ini M. Kholid Syeirazi menyampaikan tentang pentingnnya menjembatani keterbukaan ilmu pengetahuan dalam kehidupan beragama saat ini. Syeirazi juga membahas perjalanan historis Nabi Muhammad SAW dalam membangun peradaban sampai perkembangan peradaban Islam pasca Nabi Muhammad SAW.

Dalam sambutannya Rektor UNJ Prof. Dr Komrudin, M.Si menyebut bahwa agama merupakan elemen penting dalam melahirkan peradaban. Hampir tidak ada peradaban tanpa pengaruh besar peran agama. Tidak dipungkiri, meski agama kerap menjadi sumber politisasi, yang dapat berujung pada konflik dan dapat menghancurkan peradaban.

Baca Juga:BASRI YUSUF: Sport Science Dapat Diterapkan Sejak Anak Usia Dini

“ketika agama menjadi sumber politisasi, maka peran agama kehilangan substansinya. sebagai kekuatan moral, intelektual, sosial dan etik. Pelestarian dan penerapan cara berpikir yang moderat, dinamis dan tidak ekstrem kunci membangun peradaban dan beragama.” Tutup Rektor UNJ dalam sambutannya.

Syeirazi mengisahkan bahwa peradaban Islam baru dibangun ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Bersama masyarakat Madinah Rasulullah menciptakan tatanan sosial, pakta sosial, tatanan politik dan pakta politik. Kesepakatan sosial tersebut terangkum dalam konsepsi Ukhuwan Islamiyah.

Menjembatani Perbedaan Dengan Pengetahuan

Piagam Madinah merupakan saksi kunci ikatan sosial dan pemeliharaan umat multikultural dalam bingkai konsep “satu umat.” Pengertian ini jauh lebih inklusif dari istilah umat saat ini. Menurut Nabi Muhammad SAW bahwa Umat adalah komunitas berbangsa.

Bahkan Rasul menyebut bahwa golongan Yahudi sekalipun adalah satu umat bersama komunitas beriman. Konsepsi sistem politik madani merupakan tonggak kelahiran peradaban Islam yang terbuka, toleran dan harmoni kala itu.

“Nabi Muhammad SAW menciptakan peradaban dengan membangun pranata sosial dan tradisi politik. Seperti tradisi inklusivitas, keterbukaan, partisipatori dan demokrasi. Tradisi tersebut adalah warisan dari sepeninggalnya Nabi Muhammad SAW dalam memperjuangkan agama Islam.” Ujar Syeirazi.

Syeirazi juga memperlihatkan bahwa Islam merupakan agama penyatu dan terbuka. Terutama terhadap hal yang membawa manfaatkan kebaikan kepada seluruh umat.

“Basis peradaban selalu dimulai dengan tiga hal yaitu agama, Ilmu pengetahuan dan teknologi. Hampir tidak ada perdaban yang usianya langgeng tanpa melibatkan aspek agama. Jadi agama merupakan bagian penting dari basis lahirnya peradaban.” Ujar Syeirazi.

Syeirazi sepakat dengan pernyataan Rektor UNJ yang menyebut bahwa agama merupakan elemen penting lahirnya peradaban. ”Sampai saat ini, peradaban-peradaban besar di dunia itu masih berbasis pada agama. Bahkan negara-negara yang tidak menjadikan agama sebagai elemennya, tetap mengadopsi nilai-nilai dasar keagamaan yang kemudian menjadi spirit membentuk peradaban.” Lanjut Syeirazi.

Hal penting dalam kajian “beragama dalam membangun peradaban” memantik imajinasi bahwa agama Islam tidak mengutuk dan memusuhi ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak seperti masa kelam the dark age memusuhi pengetahuan demi kebenaran gereja. Simbol Gereja sebagai kebenaran mutlak kala itu telah mengucilkan perkembangan pengetahuan.

“Agama Islam datang dengan semangat ilmiah, semangat nalar serta semangat pengetahuan. Ada banyak ayat dalam Alquran yang menegaskan tentang pentignnya ilmu dan pentingnnya nalar. Tutur Syeirazi.