EDURANEWS, JAKARTA- Pusat Penelitian Sosial, Humaniora, Ekonomi LPPM UNJ dan MKU Pendidikan Kewarganegaraan UNJ mengadakan Webinar dengan tajuk “Isu Perbatasan NKRI” (18/4). Menghadirkan Prof. Henry Eryanto dari Fakultas Ekonomi, Heriyadi selaku Perwira Menengah di Mabes TNI, Muhammad Zid dosen Pendidikan Geografi UNJ, serta Fauzan pengamat perbatasan Hubungan Internasional UPN Yogyakarta.
Potensi dan nilai ekonomi menjadi sorotan Prof. Henry di Kepulauan Riau misalnya memiliki potensi yang dapat memaksimalkan pendapatan daerah.
“Jadi ada ekonomi bahari yang dapat dikembangkan,” ucap Prof. Henry. Merujuk data BPS mengenai perikanan yang dihasilkan dalam budidaya dan tangkapan Prof. Henry meyakinkan dalam perkembangan ekonomi bahari.
Prof. Henry juga menekankan kepada pelatihan, modal, teknologi, koperasi, dan juga kemampuan nelayan menjadikan perikanan menjadi Agroindustri. Wisata bahari juga dapat mendukung industri dalam pariwisata.
“Produk dan daya tarik wisata bahari dapat dikaitkan dengan model perekonomian masyarakat,” kata Prof. Henry.
Bagi Prof. Henry Masyarakat pesisir juga memiliki model ekonomi untuk meningkatkan ekonomi yang produktif. Koperasi sampai dengan industri rumah tangga memiliki potensi yang dapat meningkatkan ekonomi pesisir.
“Menciptakan kesejahteraan bisa dimulai dari masyarakat pesisir,” Prof. Henry menekankan.
Pertahanan di Perbatasan
Pengalaman Heriyadi selaku perwira menengah yang ditugaskan ke daerah perbatasan menekankan pada strategi pertahanan di daerah perbatasan negara. Strategi ini dapat digunakan untuk mengurai masalah di perbatasan.
“Masalahnya kompleks harus didekati secara terpadu dan terintegrasi,” ucap Heriyadi. Hal-hal yang terkait dengan ancaman non militer juga menjadi isu di perbatasan. Pendekatan HANKAM hanya menjadi salah satu cara.
Pertahanan negara secara dasar hukum seorang tentara harus tahu mengapa ditugaskan ke daerah perbatasan. UU No 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara. Juga Undang-Undang No 3 Tahun 2002 Tentang Sistem Pertahanan Negara.
“Sistem pertahanan mensyaratkan dukungan seluruh potensi sumber daya nasional,” kata Heryadi. Tugas TNI dirancang bersama rakyat dalam menjaga kedaulatan negara.
Amatan Heryadi mengenai tugas-tugas non militer seperti bantuan kepada pemda, bencana menjadi bagian yang penting dalam menyikapi permasalahan di perbatasan. Nawacita menjadi penting bahwa perbatasan menjadi citra negara dan basis pertahanan dari pelbagai propaganda.
Heryadi teringat dengan pengamatan Prof. Miriam Budiardjo mengenai pengalaman di Timor-Timur. Ketika itu Prof. Miriam Budiardjo menyimpulkan bahwa secara militer Indonesia menang tetapi Indonesia kalah dalam memenangkan hati rakyat.
“Perbatasan antar negara bukan hanya menjaga keutuhan tetapi juga merawat dan memberdayakan potensi di wilayah perbatasan,” ucap Heryadi.
Fokus Pendidikan
Muhammad Zid selaku akademisi dan dosen Geografi memiliki pengalaman dalam 3 perbatasan di Kalimantan Barat. Isu tenaga kerja, dampak ekonomi, pertahanan, nasional, dan juga pendidikan yang menjadi fokus penelitian.
Muhammad Zid mengatakan isu perbatasan bersifat fluktuatif. Isu batik dan kesenian misalnya menjadi perdebatan menarik dalam klaim kebudayaan dengan Malaysia. Ketika memasuki lintas batas Muhammad Zid memasuki distrik di Kemiri yang terjadi perbedaan wilayah Entikong tidak teratur.
“Betapa kontrasnya daerah perbatasan dengan Malaysia,” ungkap Muhammad Zid dalam penelitian.
Isu sentral tenaga kerja berkaitan dengan pusat pertumbuhan yang terjadi di daerah perbatasan, Muhammad Zid melihat langsung bagaimana tenaga kerja ini masuk ke dalam perkebunan kelapa sawit yang terbilang ilegal.
“Dampaknya produk-produk Malaysia masuk,” Ucap Muhammad Zid dalam temuan penelitian. Misalnya gula pasir memiliki perbedaan harga. Listrik dan jalan menjadi fokus yang harus ditingkatkan.
Literasi geografi dan melek geografi di perbatasan sangat tinggi di daerah perbatasan. Muhammad Zid menyatakan indikator batas-batas wilayah murid-murid mengetahui perbatasan itu.
“Siswa-siswa di sana menyadari aksesibilitas menjadi pintu utama untuk lebih mengenal Malaysia dibanding Indonesia,” kata Muhammad Zid.
Konflik diperbatasan terutama isu laut china selatan menambah potensi konflik di kawasan.
“Ada overclaim dari China mengenai perbatasan laut dengan negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia,” ucap Fauzan.
Fauzan mengamati maraknya aktivitas lintas batas ilegal dan potensi penyebaran Covid 19 menjadi isu yang tak bisa diabaikan. Jalur tikus menjadi sorotan yang mesti diperhatikan.
“Membanjirnya pekerja migran Indonesia yang dipulangkan,” kata Fauzan. Juga akan mempengaruhi pasokan kebutuhan pokok terganggu serta pasokan material pembangunan.