EDURANEWS, JAKARTA-Dr. Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Ruliando Hasea Purba, MARS., SpKFR Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta beri tanggapan atas viralnya Ida Dayak dalam praktik pengobatan tradisional penanganan pergeseran tulang ketika diwawancarai oleh tim Eduranews di kampus B, UNJ, Rawamangun (05/04).
Dokter spesialis bidang rehabilitasi itu memaparkan bahwa praktik Ida Dayak merupakan bagian dari proses rehabilitasi dengan prinsip seperti stretching maupun penanganan reposisi pada bagian tubuh yang mengalami kendala akibat pergeseran tulang dan sendi.
“Saya lihat video beredar ketika ada dislokasi bagian tubuh lalu ada penanganan reposisi melalui sedikit tarikan yang diluruskan,” ungkapnya.
Dokter Ruliando mengungkapkan yang perlu menjadi perhatian bukan tahap meluruskan bagian tubuh yang kaku atau bengkok dalam praktik pengobatan Ida Dayak, melainkan dampak pengobatan jangka pendek maupun panjang perlu diperhatikan.
Pasalnya menurut Ruli jika pasien dianggap sembuh namun setelah itu mendapat efek negatif pada tubuh, hal itu perlu dicurigai. Itulah sebabnya dirinya sangat fokus memperhatikan dampak karena pengobatan medis sangat memperhatikan dampak.
“Setelah diluruskan kita bisa lihat apakah bisa menggenggam atau bisa digerakan kembali tidak, “kondisi setelah pengobatan” itu yang perlu kita perhatikan,”katanya.
“Ada beberapa kasus urut reposisi tulang berimplikasi pada panjang tangan berbeda setelah dilakukan penanganan urut, dan sebenarnya ini adalah kecacatan, bukan sembuh,”sambungnya.
Dokter Ruli berharap konsultasi dengan dokter ahli mutlak dilakukan agar tidak terjadi dampak negatif dalam proses pengobatan dan agar prosesnya terukur.
“Ada baiknya dikonsultasikan kepada dokter ortopedi, jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan seperti besaran otot tidak sesuai dan dampak lainnya yang terjadi pasca pengobatan,”katanya
Dokter Ruli menjelaskan pasien dengan cedera pada level contraction masih dapat direposisi kembali, akan tetapi jika keadaannya sudah terjadi contractur maka penanganan sudah harus dilakukan oleh dokter ortopedi.
Menurutnya pengobatan medis sangat fokus pada prinsip analisa data dan fakta dari hasil berbagai tes dan meninjau dampak yang dihasilkan terutama dalam penanganan bidang ortopedi.
Dirinya membeberkan bahwa dalam praktik dokter ortopedi penanganan akan sangat rigid berbasis pada data rekam medik pasien sehingga penanganannya bisa lebih maksimal dalam mengembalikan fungsi organ tubuh sebagaimana mestinya akibat cedera.
“Jadi biasanya dalam penanganan dokter ortopedi, ada proses pengukuran tangan lalu dilakukan fisioterapi dan rehabilitasi agar pasien dengan reposisi tulang misalnya dapat kembali bergerak sempurna seperti sedia kala,” katanya
Dokter Ruli berpesan sebaiknya penanganan reposisi tulang atau yang berkaitan dengan ortopedi harus dikonsultasikan dengan dokter ahli ortopedi untuk meminimalisir terjadinya kecacatan pada tubuh akibat salah penanganan.
“Jangan sampai main urut dan luruskan tetapi tidak melihat bagian inti organ tubuh strategis seperti otot, tulang dan lainnya, tentu sangat berisiko,”katanya.
Dirinya menyebut saat ini penanganan rehabilitasi ataupun praktik ortopedi sudah bisa dijangkau menggunakan BPJS kesehatan, sehingga tidak perlu khawatir dengan biaya yang dianggap mahal.
“Sekarang sudah ada BPJS jadi bisa dimanfaatkan, jangan sampai sudah parah baru ke dokter ortopedi, itu terlambat,”katanya.