EDURANEWS, Jakarta- Prof. Widiastuti telah dikukuhkan sebagai guru besar pada bidang ilmu pengukuran tes olahraga di Aula Latief, Universitas Negeri Jakarta (08/12). Menurut Dr. Johansyah Lubis, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, dalam pembacaan biodata pengukuhan guru besar Prof. Widiastuti mengucapkan terima, karena beliau, dirinya bisa menjadi atlet nasional Perisai Diri.
Pada tahun 1974 s/d 1992 Prof. Widiastuti aktif sebagai pelatih cabang olahraga perisai diri. Prof. Widiastuti merupakan ketua senat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan serta aktif sebagai narasumber pada Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Sebagai dosen FIK-UNJ, Prof. Widiastuti mengampu mata kuliah teori dan praktek pencak silat, serta aktif menerbitkan karya tulis dalam bentuk buku seperti buku Tes dan Pengukuran Olahraga serta buku berjudul Belajar Keterampilan Gerak.
“Buku Tes dan Pengukuran Olaraga karya Prof. Widiastuti merupakan best saller,”tegas Johansyah.
Pada pengukuhan guru besar tersebut, Prof Widiastuti memberikan orasi ilmiah berjudul “Penerapan Standar Kebugaran Jasmani di Sekolah”
Dalam orasinya itu, Prof. Widiastuti menyampaikan pentingnya arah pembinaan olahraga dan pengembangan olahraga jangka panjang terintegrasi dalam meningkatkan daya saing bangsa pada bidang keolahragaan serta literasi fisik pada masyarakat dan satuan pendidikan sejak dini.
Prof. Widiastuti melihat besarnya masalah yang timbul akibat obesitas dan penyakit degenetarive yang merupakan penyakit metabolik.
Atas problem tersebut, menurut Prof. Widiastuti pentingnya pemberian literasi fisik sejak dini agar mampu menjaga kebugaran jasmani masyarakat khususnya kebugaran jasmani pelajar di sekolah.
“Menurut salah satu penelitian di Amerika menyebutkan, pengidap penyakit degenerative atau obesitas pada anak dan remaja telah mencapai pada kategori epidemi, sementara itu prningkatan obesitas pada anak-anak meningkat dua kali lipat,”tegasnya.
Menurut laporan Kemenkes RI sekitar 25.8 persen penduduk Indonesia usia remaja awal tergolong obesitas.
Kondisi itu, menurut Prof. Widiastuti juga sama halnya dengan negara-negara di Asia. “data survey menunjukan bahwa hampir 15 persen remaja di Asia mengalami obesitas.
Prof. Widiastuti melihat, kasus tersebut juga akan berdampak pada tingginya biaya kesehatan masyarakat akibat obesitas.
“Diperkirakan, 30 tahun mendatang balita penderita obesitas tanpa komplikasi diabetes militus mencapai 2.9 triliun rupiah dan disertai komplikasi diabetes militus mencapai 66.9 trilliun rupiah menurut PT. Askes Indonesia,”katanya.
Menurut Prof. Widiastuti salah satu upaya penting saat ini adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat dengan oleh literasi pendidikan jasmani. Itu sebabnya, sejak tahun 1994 WHO menggalakkan pendidikan kesehatan dengan tujuan mengubah perilaku masyarakat dari yang tidak sehat menjadi sehat.
Menurut Prof. Widiastuti, kehidupan tidak sehat zaman modern, dimana masyarakat memilih makanan siap saji mengandung tinggi lemak, aktifitas rendah dan kebiasaan hidup tidak sehat menjadi pola kehidupan sehari-hari saat ini.
Prof. Widiastuti melihat perlunya olahraga bagi anak-anak dengan durasi olahraga seminggu 3 kali dengan durasi waktu 60 menit, sehingga dengan demikian tahun 2045 diharapkan dapat memiliki 30 persen kebugaran jasmani.
“Dengan hadirnya desain besar olahraga nasional diharapkan dapat meningkatkan partisipasi aktif olahraga dan tingkat kebugaran jasmani masyarakat terutama pada satauan pendidikan yang harus didukung dengan model pembelajaran yang menarik,”katanya.
Pada penutup orasi, Prof. Widiastuti memberi pesan agar anak-anak aktif berolahraga sehari 30 menit dalam intensitas sedang. Pembinaan dan pengembangan olahraga nasional merupakan proses jangka panjang, terencana, siatematis dan berkelanjutan.