Prof. Wardani Rahayu: WIHIC dan OCLEI Dapat Digunakan Sebagai Instrumen Pengukuran Persepsi Lingkungan Belajar

0
303

EDURANEWS, JAKARTA– Prof. Wardani Rahayu melakukan orasi ilmiah dengan tajuk “Lingkungan Belajar Matematika Luring dan Daring: Tantangan pada Masa Pandemi Covid-19 di Aula Latief Hendraningrat Gedung Dewi Sartika Kampus A UNJ (8/12). 

Orasi ini membedah instrumen pengukuran persepsi siswa terhadap lingkungan belajar daring berupa Online Classroom Learning Environment Inventory.

“Instrumen ini salah satu yang pertama di Indonesia dalam menggali aspek lingkungan belajar daring,” tutur Prof. Rahayu terutama dalam pembelajaran selama pandemi ini.

Instrumen ini pun berkontribusi terhadap perkembangan teoritis lingkungan belajar daring.

Amatan Prof. Rahayu dalam 5 tahun terakhir telah terjadi perkembangan yang cukup besar di lingkungan belajar karena perubahan sistem ujian nasional, ujian sekolah, kurikulum, penilaian, dan kebijakan pendidikan.

Jika dilihat lebih komprehensif perkembangan pesat ini menjadi “awal baru” untuk perkembangan riset lingkungan belajar di Indonesia. Adaptasi yang dilakukan juga dapat memberikan keuntungan dari segi teoritis.

Dalam pengukuran itu,Prof. Rahayu mengadaptasi instrumen WIHIC (What Is Happening In This Class) yakni instrumen yang mengukur 7 dimensi (kekompakan antar siswa, dukungan guru, keterlibatan, keterampilan investigasi, orientasi terhadap tugas, kerjasama, kesetaraan) dengan teknik analisis data Analisis Faktor Konfirmatori dan Multidimensional Partial Credit Model (MPCM) 

“WIHIC sangat populer karena dapat untuk mengukur seberapa positif siswa memandang lingkungan belajar yang dimilikinya,” ujar Prof. Rahayu. WIHIC juga dapat dipakai dalam studi lintas budaya. 

Prof. Rahayu menjelaskan item yang paling mudah untuk disetujui oleh siswa adalah item 10 yaitu dalam pelaksanaan pembelajaran matematika, “guru saya memberikan bantuan atau bimbingan dengan baik”, sedangkan item yang paling sulit untuk  disetujui  oleh siswa adalah item 15 yaitu “guru memberikan motivasi kepada saya baik di dalam maupun di luar kelas.”

“Temuan studi masih bersifat deskriptif, ” ucap Profesor kelahiran Jakarta ini.

Harapannya temuan ini dapat ditelaah lebih lanjut untuk mengatasi keterbatasan yang dirasakan siswa dalam lingkungan belajar matematika secara luring yang dijalaninya.

Perspektif Mahasiswa

Prof. Rahayu juga menjelaskan mengenai instrumen OCLEI (Online Classromm Learning Environment Inventory) untuk mengetahui instrumen lingkungan belajar daring dari persfektif mahasiswa.

Tahapan yang dilakukan adalah observasi di kelas online sebanyak 8 pertemuan, penyusunan kerangka teori, penulisan item, pengambilan data lapangan, dan analisis data.

Prof. Rahayu mengatakan item yang paling mudah untuk disetujui adalah item 9 yaitu “Saya berdiskusi secara daring dengan mahasiswa lain untuk menyelesaikan tugas”, sedangkan item yang paling sulit untuk disetujui oleh mahasiswa adalah item 17 yaitu “Dosen tidak lupa menyampaikan salam kepada seluruh mahasiswa yang mengikuti perkuliahan secara daring”.

Tantanganya adalah mahasiswa angkatan 2020/2021 ini adalah mahasiswa yang belum merasakan pembelajaran di kampus, dosen, praktikum di laboratorium dan kegiatan non akademik.

OCLEI dalam hal ini dapat digunakan sebagai intrumen diagnosis interaksi dan pandemi covid-19 menjadi suatu pembatas.

“OCLEI adalah penilaian yang valid,” kata Prof. Rahayu, “bagi peneliti yang tertarik untuk mengeksplorai efek dari lingkungan belajar online dalam kerangka permodelan variabel laten,” lanjutnya.