Chyta Anindhyta Menjadi Doktor Termuda Dengan IPK 3.91 di Program Studi MP UNJ

0
160
Foto: Chyta Aninndhyta (tengah) bersama para penguji disertasinya di ruang sidang Pascasarjana kampus UNJ.

EDURANEWS, JAKARTA-Chyta Anindhyta mahasiswa program doktoral program studi Manajemen Pendidikan UNJ dinyatakan lulus dengan nilai yudisium pujian IPK 3.91 usai sidang terbuka dengan mempertahankan disertasinya dihadapan para penguji yang berjudul “Strategi Kepemimpinan Digital Dalam meningkatkan Research and innovation culture Perguruan Tinggi” di aula sidang Pascasarjana UNJ (24/06).

Chyta lulus dengan menempuh waktu studi 2 tahun 9 bulan dan menjadi doktor termuda kedua pada program studi Manajemen Pendidikan. Sebagai lulusan termuda, Chyta merupakan lulusan program doktor ke 5.073 sejak berdirinya program studi tersebut pada Tahun 1978.

Chyta mengungkapkan disertasinya bertujuan untuk membuka pengembangan pemikiran tentang kepemimpinan digital di Perguruan Tinggi serta memberikan penguatan terhadap implementasi strategi kepemimpinan digital di Perguruan Tinggi untuk menumbuhkan kultur inovasi dan budaya riset.

Tidak hanya mempertahakan argumen disertasinya, Chyta juga aktif melahirkan karya sejak menempuh masa studi seperti menerbitkan buku berjudul Digital leadeship: Pemimpin Adaptif Era Society 5.0 dan publikasi jurnal baik internasional maupun nasional.

Dalam paparannya Chyta jgua menyinggung bahwa kultur akademik kerap dipandang sebagai penyelesaian kewajiban kerja semata sehingga upaya ini bertentangan dengan perwujudkan pendidikan tinggi yang berkualitas.

“Komponen penting dalam mencapai pendidikan berkualitas adalah kepemimpinan dan SDM,” ungkapnya.

Menurutnya kepemimpinan digital memiliki keterkaitan terhadap peningkatan budaya riset dan inovasi, dimana hal ini menurutnya juga diperkuat pada studi yang sudah ada.

Kepemimpinan digital menurut Chyta hadir dalam transformasi model kepemimpinan yang berfokus pada pengembangan akademik berbasis digital seperti halnya publikasi riset dan inovasi dengan pemanfaatan platform soaial media seperti kanal youtube yang menjamin keterbukaan informasi oleh publik civitas akademika dan upaya menumbuhkan kultur inovasi.

Hal ini juga dirinya utarakan bagaimana sistem kepemimpinan digital dapat terjadi pada Perguruan Tinggi seperti UNS yang menjadi fokus dalam kajiannya itu.

“Teknologi digital membawa pengembangan baru dan teknologi menjadi kunci bagi keunggulan kompetitif,” ungkapnbya.

Menurut Prof An Komariah selaku penguji eksternal mengemukakan kemampuan kepemimpinan digital adalah upaya strategis bagaimana upaya digitalisasi dapat dilakukan melalui berbagai upaya yang menjamin keterbukaan dan keterlibatan partisipasi aktif dari berbagai pihak dan bertujuan untuk memberikan dampak berkelanjutan secara positif.

Prof Ucu Cahyana selaku penguji sidang mengemukakan bahwa tema riset ini menarik terkait dengan kepemimpinan digital dalam meningkatkan riset dan kultur inovasi di Perguruan Tinggi.

Menrutnya dunia digital saat ini menjadi sesuatu yang akrab dalam kehidupan sehari-hari terlebih sangat berguna dalam proses kepemimpinan. Itulah sebabnya menurut Prof Ucu kultur kepemimpinan digital menjadi kebutuhan penting bagi Perguruan Tinggi saat ini.

Namun dirinya juga mengingatkan bahwa meski demikian kepemimpinan digital tidak menjadi satu-satunya faktor kunci dalam mendukung pembudayaan riset dan inovasi.

“Artinya leader memahami digital diperlukan tetapi tidak menjadi kunci utama dalam leadership sebuah organisasi,” terangnya.

Prof Eliana Sari selaku penguji juga mengemukakan bahwa kepemimpinan digital juga perlu mengejewantahkan digital social skill dan digital trust karena kedua hal itu dianggap menjadi sebuah urgensi role model kepemimpinan saat ini.

“Membangun atmosver akademik berbasis digital harus berkolerasi dengan aspek etika sebagai pedoman,” tutupnya.