EDURANEWS, JAKARTA. Melalui pandangan ilmu pengetahuan, pengembangan Individu atlet dengan menggunakan metode kepelatihan terbaru berbasis Sport Science, olahraga renang akan mampu mencapai prestasi di Olimpiade 2044. Hal itu diungkapkan Prof. Abdul Sukur dalam orasinya yang bertajuk “Akselerasi Prestasi Cabang Olahraga Renang Menuju Indonesia Emas 2045” di Aula Latief Hendraningrat Gedung Dewi Sartika UNJ (14/11).
Berkaca dari atlet-atlet renang berprestasi di masa lalu, Prof. Abdul Sukur mengamati dengan detail bagaimana para perenang ini menjadi benchmark dalam pengembangan atlet. Diantaranya Joseph Schooling perenang muda Singapura yang mengejutkan dunia yang kala itu berhasil mendapatkan medali emas di nomor 100 meter gaya kupu-kupu pada Olympiade 2016 di Rio, Brazil.
Amatan Prof. Abdul Sukur, usia emas rata-rata atlet renang berprestasi ada di kisaran 22 tahun. Pada fase ini dukungan penuh dalam pembinaan harus dipenuh. Melihat data terkini, seharusnya Indonesia dapat mengoptimalkan “pabrik talenta” muda ini di tahun 2044 melalui pembinaan sentra yang berkolaborasi dengan perguruan tinggi. Saat ini terdapat 4 Sentra Latihan Olahragawan Muda Potensial yang salah satunya ada di UNJ.
Menurut Prof. Abdul Sukur dalam upaya meraih visi Indonesia Emas 2045 pada gelaran Olympiade 2044, Indonesia setidaknya harus dapat meraih 20 medali emas, berkaca dari raihan ROC di Olympiade Tokyo 2020, oleh karena itu, cabang olahraga renang setidaknya mentargetkan 2-4 medali emas. Target yang mungkin terlihat ambisius, namun yakin dapat tercapai melihat fenomena perenang muda Indonesia, Felix Viktor Iberle yang berhasil meraih medali emas sekaligus memecahkan Championship Record di World Aquatics Junior Swimming Championships 2023 di Netanya, Israel.
Gagasan Sapta Ide akselerasi prestasi Cabang Olahraga Renang menuju Indonesia Emas 2045
Pada pidato pengukuhan guru besar itu, Prof. Abdul Sukur memperkenalkan gagasan Sapta Ide dalam pemajuan prestasi cabang olahraga renang yakni
1. Faktor genetik,
Faktor genetik merupakan salah satu variabel dalam menemukan bakat melalui potensi genetik. Menurut Prof. Abdul Sukur upaya tersebut dilakukan dengan memfokuskan pada seleksi awal melalui tracking antropometri dan genetik orang tua calon atlet.
2. Kualitas seleksi
Faktor ini meliputi kualitas antropometri, kapasitas jantung paru, dan kekuatan otot rangka.
3. Pembinaan Talenta berdasarkan konsep LTAD
Long-Term Athlete Development (LTAD) memungkinkan pelatih untuk merancang program sesuai dengan tahap perkembangan atlet mulai dari active start, fundamental stage, learning to train, train to train, train to compete, train to win hingga active for life.
4. Perluasan Talent Pool
Perluasan kolam dan persebaran potensi atlet di daerah-daerah menjadi kunci dalam mencari Kandidat atlet yang diverifikasi, melalui potensi daerah terutama daerah pesisir, dengan pendirian pusat-pusat pelatihan yang dikelola oleh daerah, talenta muda dapat diidentifikasi dan dikembangkan secara sistematis dan berkelanjutan..
5. Memperkuat kuantitas dan kualitas tenaga keolahragaan serta memfasilitasi kompetisi kelas dunia
Universitas Negeri Jakarta merupakan salah satu perguruan tinggi penyedia tenaga keolahragaan yang mumpuni, sumber daya tersebut disiapkan dan diasah untuk menghadapi tantangan dan modernisasi sistem kepelatihan yang terbaru.
6. Penyediaan sarana dan prasarana standar Olimpiade berbasis sport science
Penyediaan sarana dan prasarana standar Olimpiade merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas latihan dalam mendukung performa atlet di level dunia. Universitas Negeri Jakarta memiliki kolam arus portabel yang dapat digunakan untuk melakukan analisis biomekanika teknik renang, pengukuran Vo2max, dan pes velocity stroke yang dilakukan secara terintegrasi meskipun secara kuantitas belum memadai untuk memfasilitasi pengujian laboratorium dalam skala besar.
7. Peningkatan Sumber Daya Pendanaan, Kolaborasi dan Kerjasama Multipihak
Ini menjadi faktor kunci karena dapat mendukung lebih banyak program dan inisiatif. Investasi ini harus mendorong prestasi olahraga. Pendekatan kolaboratif ini tidak hanya meningkatkan kinerja atlet tetapi juga mempromosikan partisipasi masyarakat dalam olahraga, meningkatkan reputasi olahraga kita di panggung internasional.
Menurut Prof. Abdul Sukur Sapta Ide ini harus konsisten dilakukan untuk dapat menjadi jalan dalam menciptakan atlet berprestasi kelas dunia.