SDM Unggul dengan Karakter Pelajar Pancasila

0
196

EDURA NEWS, JAKARTA – Program Doktoral Manajemen Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ) gelar seminar nasional bertajuk “Antara SDGs dan COVID-19: Menyelamatkan Kualitas Pendidikan di Masa Pandemi COVID-19” pada Rabu, (30/6). Seminar nasional ini digelar secara daring melalui Zoom Meeting dan siaran langsung melalui kanal Youtube Edura TV.

Ada empat narasumber yang dihadirkan untuk menjawab permasalahan pendidikan Indonesia di masa pandemi ini, yaitu Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Bappenas Dr. Ir. Subandi Sardjoko, M.Sc, Pengamat Pendidikan Prof. Yudi Latif, Ph.D, Koordinator Penjaminan Mutu Pendidikan dan Kerjasama, Direktorat Jenderal PAUD Dikdasmen Katman, S.Pd, M.A, dan Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia Dr. Jejen Musfah, M.A.

Materi ketiga mengenai ”Kebijakan Kemendikbudristek Memastikan Target SDGs-4 dalam Masa Pandemi COVID-19” dipaparkan oleh Koordinator Penjaminan Mutu Pendidikan dan Kerjasama, Direktorat Jenderal PAUD Dikdasmen Katman, S.Pd, M.A.

Ia memaparkan mengenai isu pencapaian pendidikan pada masa pandemi COVID-19 dan kebijakan Direktorat Jenderal PAUD, Dikdas, dan Dikmen. Pandemi COVID-19 berdampak pada akses, mutu dan psikososial, ujarnya. Misalnya mendorong putus sekolah, penurunan capaian belajar, dan kekerasan pada anak dan risiko eksternal.

“Salah satu upaya untuk mendukung terwujudnya sumber daya manusia unggul ini adalah dengan mengondisikan para peserta didik atau lulusan dari pendidikan dasar dan pendidikan menengah ini memiliki kompetensi sebagai profil Pelajar Pancasila,” ujarnya.

Pelajar Pancasila maksudnya mampu bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebhinnekaan global.

Selain itu, Kemendikbud juga telah menerbitkan beberapa episode Merdeka Belajar. Strategi implementasinya antara lain dengan program Sekolah Penggerak sebagai katalis untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia.

Selanjutnya, Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia Dr. Jejen Musfah, M.A memaparkan materi dengan judul “Guru Sejahtera, Masyarakat Sejahtera”.

Ia mengatakan bahwa pelatihan-pelatihan untuk para guru sudah banyak dilakukan pemerintah, namun tidak semua guru bisa mengakses pelatihan tersebut karena terkendala internet.

“Yang menarik dari guru ini adalah mereka subjek sekaligus objek dari kebijakan yang akan mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia,” ujarnya.

Guru menjadi kunci kualitas pendidikan, maka dari itu PGRI ada sebagai wadah pemberdayaan para guru. Pada prinsipnya, PGRI bergerak dalam tiga hal, yakni dalam pengembangan kompetensi, perlindungan guru dan kesejahteraan guru. Dalam hal kompetensi, PGRI telah melakukan banyak pemberdayaan mengenai teknologi untuk mengembangkan literasi digital, ujar Jejen Musfah, M.A.