EDURANEWS. Jakarta- Bertempat di Aula Latief Hendraningrat, kampus Universitas Negeri Jakarta tengah berlangsung proses sidang pengukuhan guru besar tetap fakultas ilmu sosial, Universitas Negeri Jakarta. Dari Fakultas Ilmu Sosial UNJ terdapat dua nama yaitu prof. Dr. Sarkadi M.Si dan Prof. Dr. Etin Solihatin M.Pd.
Menurut ketua Senat UNJ Prof. Hafid Abbas bahwa tema orasi Prof. Dr. Etin Solihatin M.Pd meneguhkan keyakinan bahwa pendidkan nasional harus berfungsi mengembangkan kemampuan dalam membentuk karakter serta memajukan peradaban bangsa.
“Pendidikan karakter harus tercermin dalam nilai-nilai perilaku warga negara dan hubungannya dengan Tuhan YME. Mau pun sesama manusia dan hubungannya dengan lingkungan semesta. Generasi Z berkarakter dan terwujud kompetensi pembelajaran abad 22. Tentu terkait dengan peran guru dalam masa pemulihan dari multi krisis global akibat pandemi ke kondisi normal.”Ujar Prof. Hafid Abbas.
Dalam pengukuhan guru besar ilmu teknologi pembelajaran PPKn, Prof. Etin Solihatin M.Pd memberi orasi ilmiah berjudul “Pendidikan Karakter Bagi generasi Z.
BACA JUGA: Prof. Hafid Abbas : UNJ Terlihat Menjadi Center of Excellence Bidang PPKn
Menurutnya, pendidikan karakter seperti amanat Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan.
“Jika melihat perkembangan yang ada, maka perlu melihat pendekatan yang berbeda dalam memberikan pendidikan karakter bagi generasi Z dalam mencapai hasil optimal.
“Generasi Z yang lahir dari 1995-2012 memiliki kemampuan komunikasi fisik relatif lebih rendah, akan tetapi memiliki kemampuan penggunaan teknologi lebih tinggi.”Ujar Prof. Etin Solihatin dalam orasinya.
Generasi Z hasil sensus penduduk 2020 sebanyak 27,94 persen. Dari jumlah penduduk Indonesia 270, 20 juta jiwa. Berdasarkan data BPS 2020, populasi generasi Z berjumlah 63.869.890 jiwa pada usia aktif sekolah dari SD sampai perguruan tinggi dengan presentase 70,77 persen masih sekolah, 28,66 persen tidak sekolah dan 0,58 persen belum pernah sekolah.
Generasi Z hadir dalam lingkungan teknologi yang tengah berkembang pesat dalam peradaban manusia. Kemampuan multitasking generasi Z diperoleh dari rutinitas sehari-harinya dengan teknologi.
Internet telah membuat generasi Z relatif tidak sabar dan mudah membutuhkan kesenangan yang instan (instant gratification), introvert dan terlepas dari masyarakat.
Dengan budaya teknologi yang digandrungi generasi Z, maka perlu perspektif belajar baru dari guru maupun dosen untuk memperdalam ilmu teknologi dengan konteks materi dan karakter.
“Usia SD misalnya, memperlihatkan anak lebih suka membaca komik pembelajaran dalam media visual ketimbang membaca buku paket sekolah.” Ujar Prof. Etin Solihatin.
Seiring perkembangan zaman pendidikan yang hanya berorientasi prestasi akademik harus mulai dibenahi. Dunia soft skills menjadi sangat penting dalam pembentukan karakter anak bangsa masa depan.
Kunci pendidikan karakter generasi Z dalam mencapai Indonesia Emas 2045 baik dari akademik melalui problem based learning, project based learning dengan technology based learning dapat diwujudkan melalui pembuatan aplikasi berbasis android.
Selain itu proses pendidikan yang tidak manja, peka terhadap lingkungan, dan meminimalisir kecenderungan generasi Z untuk menghindari resiko khususnya dalam berinteraksi dapat dilakukan dengan aplikasi game android mengkonsepkan virtual reality.
Dengan demikian teknologi dapat terlibat dalam pendidikan karakter peserta didik baik itu melalui game edukatif maupun pembelajaran digital.
Rektor UNJ Prof. Dr. Komarudin M.Si mengapresiasi dan berharap dengan pengukuhan guru besar ini, dapat memberi motivasi untuk terus berkarya, berkontribusi dan memberikan keteladanan dan manfaat bagi UNJ, masyarakat bangsa, dan negara khususnya dalam bidang pendidikan