Home Blog Page 53

Srihadi Melukis Sejarah

0

Pada hari Sabtu, 20 Februari di Galeri Nasional puluhan orang menunggu gong dibunyikan tanda perayaan bedah buku dimulai. Bedah buku bertajuk Srihadi Soedarsono 70 Years The Journey of Roso ini digawangi Jim Supangkat, Jean Couteau, dan  Bambang Sugiharto sebagai pembicara. Ingatan-ingatan tentang Srihadi mengenai perjalanannya dalam sejarah melekat pada kertas sebagai medium dokumentasi sejarah mulai bermunculan.

Bambang Sugiharto mengatakan, karya Srihadi berbasis kertas  menjadi penting dalam memasuki  dunia spiritualitas. Menurutnya, membuat sketsa adalah kemampuan menangkap rasa. Dalam menangkap rasa inilah, menurut Jean Couteau, Srihadi pernah membuat sketsa kemiskinan era  Soekarno sebagai  pilihan sosial politiknya.

Penelusuran jauh dilakukan Jim Supangkat mengenai catatan sejarah hidup Srihadi. Dalam  buku Srihadi dan Seni Rupa Indonesia (2012) karya Jim Supangkat dikatakan,  Srihadi  lahir dari keluarga priyayi intelektual. Adalah Noto Soeroto yang mempengaruhi pemikiran orang-orang priyayi Jawa  saat itu dengan majalah Oedaya. Majalah itu mampir di pikiran Soedarsono Atmodarsono, ayah Srihadi. Soedarsono  akrab dengan berbagai literatur. Ayahnya memajang lukisan tokoh-tokoh seperti  Rabindranath Tagore, dan Mahatma Gandhi yang memikat mata bocah Srihadi. Obrolan-obrolan seni batik, keris, wayang, seta samurai ayah atau  kakeknya mempengaruhi kepekaan rasa Srihadi ke depannya.

Bagi Jim Supangkat, Srihadi mempunyai tempat di sejarah Indonesia. Dalam diri Srihadi terdapat kisah, peristiwa, pergulatan tokoh kebangsaan yang berkelindan dalam bingkai perjalanan seni rupa. Di tangannya kertas-kertas menjadi medium pendokumentasian sejarah berada. Pencatatan sejarah tak melulu berupa foto-foto. Sejarah Indonesia tercatat dalam kertas-kertas tipis. Di sana tampil peristiwa, tokoh, waktu,  perjalanan sejarah suatu bangsa. Dalam buku sejarah  yang tebal jarang dimuat peran pelukis dalam pergerakan kemerdekaan.

Maka dari hidup Srihadi, kertas menjadi medium sangat penting dalam pendokumentasian perjalanan sejarah Indonesia. Peran seorang pelukis di zaman pergerakan  ada di kisah hidup Srihadi. Tonggak penting Srihadi dalam pencatatan sejarah  adalah perekaman jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA 1 Agustus 1947 yang ditumpangi Agustinus Adisutjipto dan dr Abdulrachaman Saleh. Dengan kertas, Srihadi memotret jatuhnya pesawat yang terbelah menjadi dua. Peristiwa itulah yang memicu terjadinya Komisi Tiga Negara yang  menjadikan Srihadi tampil sebagai  pencatat sejarah perjanjian tersebut lewat  kertas dan gambar.

Ketika berumur 17, Srihadi menjadi remaja  yang terlibat dalam pendokumentasian wajah tokoh-tokoh republik dalam perjanjian Kaliurang antara Indonesia dan Belanda. Srihadi hadir menjadi wartawan-pelukis Balai Penerangan Tentara Divisi IV. Tercatat sketsa-sketsa wajah dari delegasi perundingan di Kaliurang tersebut. Di situ ada  Poppy Djajadiningrat, Abdul Kadir Widjajakusumah. Ada juga  sketsa wajah anggota delegasi Belanda Svan Loggem dan Amerika Eugene H Staryhorn.

Masa-masa genting dalam perang, kertas berupa gambar dan sketsa penting diselamatkan lebih dulu daripada  hidup Srihadi sendiri. Dia  mengaku, “Gambar-gambar ini saya simpan dalam kopor tua. Ke mana pun saya pindah, kopor tua ini selalu saya utamakan untuk diselamatkan” (Jim Supangkat, 2012).  Kertas gambar dan sketsa  berevolusi  mencatat perjalanan bangsa.

Godaan menyibak sejarah melalui medium kertas ini bukan saja menjadi peristiwa penting, tetapi juga mengamini pentingnya peran seorang jurugambar semasa  revolusi. Nashar mengungkapkan,  pelukis menjadi penyebar semangat revolusi melalui gambar-gambar. Dalam buku Nashar Oleh Nashar (2002), pelukis Nashar mengatakan,  pelukis berjuang melalui kuas. Nashar bergerilya dengan menebar gambar-gambar di sudut-sudut kota. Srihadi juga menyebarkan poster-poster perlawanan di  kota Yogyakarta dan Solo.

Dalam sejarah, tercatat lukisan-lukisan suasana perang seperti Seko karya Soedjojono, Persiapan Gerilya(Dullah), Laskar Rakyat Mengatur Siasat (Affandi), Seri Lukisan Pejuang (Hendra Gunawan), dan Medan Gerilya Wonosari (Kartono Yudhokusumo). Lukisan tersebut perlu ditafsirkan  lebih lanjut agar  bisa lantang bersuara dalam rekam jejak mentalitas sejarah bangsa.

Jejak

Bagi Srihadi, kertas merupakan  jejak sejarah yang mesti dirawat serius. Dia menjadi  medium special, meski bisa  lusuh, menguning, dan mudah sobek.  Dari kertas Srihadi mencatat  perjalanan sejarah dan kebudayaan Indonesia. Ini  mesti dirawat. Mudji Sutrisno dalam esainya Membaca Sejarah (2015) menuturkan, sejarah mentalitas  menuliskan tidak hanya peristiwa dari kejadian sebagai fakta, tetapi mencoba menunjukkan pula struktur nilai bingkai makna yang memberi roh strukturisasi sosial, sistem politik, perilaku ekonomi pelaku-pelakunya individual maupun kolektif.

Kertas yang diselamatkan Srihadi berupa gambar dan sketsa yang merekam  perjanjian di Kaliurang dan  jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA menyimpan cermin mentalitas sejarah. Kertas-kertas itu lantang meneriakkan pembacaan sejarah  pergolakan revolusi untuk membaca mentalitas sejarah bangsa. Srihadi mengajarkan  tentang revolusi kertas yang berandil  dalam pendokumentasian sejarah.

Lalu bagaimana  generasi muda harus  membaca sketsanya seperti  Penggeledahan Rumah Rakyat oleh Tentara Belanda (1948)? Dalam diri Srihadi yang saat itu berusia 15  banyak merekam berbagai situasi dan peristiwa pendudukan Belanda atas Yogyakarta tahun 1948. Gambar itu mencerminkan watak  KNIL yang anggotanya kebanyakan mercenaries  banal dan susah diatur. Srihadi menggambarkan watak. Srihadi menghayati  peristiwa, tokoh, tempat, dan waktu. Ini persis ucapan  Mudji Sutrisno pekerjaan  yang ditambah kerja sejarah menjadi etos  kebudayaan. Dia  hidup karena diberi makna demi  keberlangsungan peradaban. Pembacaan sejarah ini agar orang-orang lebih menghayati sebuah sketsa dan lukisan.

Bagi guru kebudayaan, cermin kertas-kertas  Srihadi merupakan  jalan pembelajaran sejarah. Bagi siswa,  kertas-kertasnya tak lekas berswafoto. Jadi, tetap diperlukan guru-guru kebudayaan yang mampu menggambarkan  karyanya dalam bingkai mentalitas sejarah. Dengan begitu,  bangsa dapat memahami  masa lalu untuk cermin kini ke depan.

*Tulisan ini masuk di Koran Jakarta 2 Februari 2016

Penulis Rianto

CPU Jadul dan Hal yang Tak Bisa Direplika

0

Membawa sejarah ke masa kini dan masa depan, itulah keinginan banyak orang. Terutama untuk sejarah tentang pernah mengalami keberhasilan, sukses dan kaya. Kita sering “terpesona” tentang kehebatan masa lalu.  Dan kita selalu ingin mengulanginya dengan cara yang sama.

Para pemancing sering “terbius” sejarah. Ketika ada seorang pemancing pernah mendapat ikan lele sebesar mobil VW kodok, akan menjadi cerita berkelanjutan. Dan orang ramai ingin menghadirkan kembali sejarah itu. Kebanyakan pemancing selalu meyakini kisah sukses besar itu akan terjadi lagi.

Ketika anda berkuasa atau kaya kemudian jatuh bangkrut, sering kita ingin rebound, membalas kekalahan dengan kemenangan seperti dahulu.

Namun hidup ternyata bukan seperti video player yang dapat maju-mundur dan mengulang sebuah peristiwa yang terekam. Dalam kenyataan, ketika peristiwa lewat, berarti telah menjadi sebuah kenangan, sejarah.

Piramida, Borobudur, Machupichu sebagai bukti  kehebatan sejarah masa lalu, ternyata  tidak diduplikasi atau dibuat tiruannya. Hal ini mungkin orang enggan melakukannya karena tidak ada kegunaannya dan  tidak cocok dengan situasi sekarang. Atau memang tidak bisa.

Perusahaan kamera, foto copy, CPU, mesin ketik dan berbagai produk legendaris lainnya hanya sebagai sejarah yang tidak ingin diulang pembuatannya.

Saya juga tidak tahu, manusia macam saya, anda atau siapa saja. Apakah kita akan dijadikan role model yang akan dijadikan contoh atau direplikasi  oleh generasi anak anak kita, atau kita hanya akan menjadi sebagai catatan sejarah bahwa kita pernah hidup dan tidak layak hadir dalam masa kini dan mendatang. Meskipun sekedar kisah hidupnya.

Nabi pembawa risalah agama yang banyak pengikutnya adalah orang yang  sangat istimewa, karena menjadi manusia yang akan selalu “dihadirkan” sepanjang zaman dan selalu akan direplikasi atau dicontoh perbuatannya dari zaman ke zaman.

Dan kita sebagai pemeluk agama, akan selalu menghadirkan peristiwa sejarah masa lalu nabi kita, dijadikan referensi kehidupan kita.

Saya melihat sebuah CPU atau komputer jadul di rumah saya, yang “perkasa” pada zamannya sekarang hanya menjadi pemadangan yang menyesakan mata, tidak berguna dan membuat ruang sesak dan terasa ingin dienyahkan saja. Sejarah kehadirannya sepertinya tidak penting untuk diingat. Semoga di hari tua kelak saya tidak akan bernasib seperti CPU. Hadir sebagai sisa sejarah yang mengganggu kehidupan anak cucu saya.

Semangat hari Senin.

BSA/13/7/20

Bertahan dalam Tarian Badai

0

Foto Toni Fernandez CEO Airasia terlihat menatap jauh ke depan, di latar belakangi sederetan pesawat AirAsia, yang sedang tambat di sebuah Apron Airport. Covid 19 telah memaksa pesawatnya parkir, tidak boleh terbang. Sementara biaya sewa pesawat, gaji pilot, crew, pramugari, petugas handling dan berbagai pendukungnya setiap bulan harus digaji. Sepertinya sekelas Tony Fernandez yang kreatif dan banyak akal, dipaksa menatap kosong.

Tidak ada satu perusahaan pun yang mampu bertahan menghidupi perusahaan yang tidak beroperasi menghasilkan uang,  dengan sisa cash tersisa yang dimilikinya selama lebih dari 5 bulan.

Dalam situasi ini, ada perusahaan ice cream di mana serikat pekerja yang mununtut gaji  pegawai lulusan SMA, minimal 11 jutaan perbulan. Sementara ada ketua serikat pekerja di tempat lainnya  yang mau berdamai dengan perusahaan yang bersedia ditunda gajinya. Asalkan perusahaan masih dapat dihidupkan kembali setelah “pingsan” dihajar Covid 19.

Problem yang menerpa perusahaan seharusnya bukan hanya urusan perusahaan. Permasalahan perusahaan harus menjadi keprihatinan bersama semua pegawainya.  Semua pegawai harus menyadari bahwa hampir semua pengelola perusahaan tidak memiliki pengalaman menghadapi peristiwa  seperti Covid 19 ini. Tetapi manusia kadang tidak peduli dengan apa yang terjadi. Pokoknya saya selamat sendiri saja.

Taleb (2007) dalam buku The Black Swan, yang mengemukakan teori angsa hitam, yang merujuk pada peristiwa langka yang berdampak besar, sulit diprediksi dan di luar perkiraan biasa. Dan apakah virus Covid 19 adalah dapat dijadikan salah satu contohnya. Peristiwa ini sangat “gres”,  belum ada  satupun yang menulis tentang pengalaman manjur seorang pemimpin dalam mengelola bencana seperti Covid 19. Dan terbukti secara ilmiah. Pemimpin sudah seperti pepatah Cina,  bahwa jenderal yang besar adalah yang mampu membuat keputusan malam ini dan besok berubah karena dinamisnya situasi. Banyak yang bersemboyan seperti iklan minyak kayu putih. Semuanya selalu coba-coba.

Kita yang hidup sekarang harusnya bersyukur mengalami peristiwa ini. Tidak semua generasi mengalami peristiwa akbar ini. Peristiwa yang mengejutkan, berdampak besar, yang membuat kita mereset, mengaca diri dan set ulang segala asumsi dan rencana kehidupan kita. Ada pembelajaran luar biasa tentang kekuatan besar yang tidak kasat mata  berupa virus yang mampu memporak-porandakan segala upaya manusia.

Tetapi manusia biasanya akan segera melupakan “kebrutalan” virus ini setelah dapat beradaptasi apalagi sudah menemukan penangkalnya. Dan kitapun akan memulai dengan babak baru dengan segala tingkah polah kita.

Semoga kita menjadi semakin bijak.

Memang pengetahuan suatu bencana, membahayakan jiwa atau horor  lebih aman mendengar dan membaca pengalaman orang lain daripada mengalaminya sendiri.

Mari kita bertahan dalam wabah.

BSA/15/7/20

Anak-Anak lebih dari Si Kwee Ceng

0

“Assalamualaikum sebelumnya sy minta maaf, kapan sih bu aktif masuk sekolah, soalnya anak tambah males aja klo belajar di rumah,” postingan itu dari ibu dalam grup Whatsaap orang tua siswa SMA.

Adalagi seorang anak TK diajarkan table manner, cara makan di meja makan. Harapannya sang anak dapat tertib di meja makan. Yang terjadi anak mengikuti pelajaran tersebut sambil kaki kirinya diangkat dan nangkring di kursi. Adegan itu luput dari pengamatan guru. Karena yang tampil di layar laptop gurunya hanya sebatas dada siswa.

Itulah postingan orang tua  murid pada sebuah facebook.

Kita boleh berteori tentang shifting cara belajar dan sebagainya, tetapi rupanya butuh waktu menyadarkan siswa bahwa cara belajar telah berubah. Pengalaman 5 bulan terakhir, belum mampu mengubah kebiasaan dalam belajar.

Siswa adalah anak-anak, dengan pola pikirnya. Motivasi belajar harus selalu dihembuskan di hatinya. Begitu tiupan hembusan motivasi redup, maka reduplah semangat belajarnya. Melotot di telepon genggam, di laptop, memencet sekali saja layar dapat berubah dengan game dan tontonan lebih menarik, ketimbang melihat muka gurunya di depan layar.

Konon peran orang tualah yang memberikan sentuhan untuk memotivasi anaknya, selama belajar di rumah. Karena guru telah kehilangan sentuhan dan tidak mampu memonitor berbagai perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar.

Katanya di dunia, banyak siswa sekolah yang kehilangan akses belajar karena berbagai sebab akibat Covid. Sekarang sehari-hari sibuk di rumah bersama orang tuanya.

Apakah dengan adanya Covid 19, para orang tua mampu menjadikan anak menjadi anak orang tuanya, karena nilai (value) yang ditanamkan  sekolah sedikit banyak berkurang dalam proses pendidikan anak dengan cara daring.

Pendidikan adalah proses belajar untuk membuat siswa menjadi “sesuatu”. Unicef mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni: (1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Pemikirannya dahulu belajar secara normal di sekolahan.

Saya tidak tahu ke depan akan terus begini, belajar secara daring atau akan kembali dengan cara “tradisional” tatap muka guru dan murid dalam sebuah kelas.

Saya teringat buku fiksi cerita silat saduran Kho Ping Ho, di mana seorang pemuda yang diangap bodoh namun baik hati, jatuh ke dalam gua. Dan menemukan buku kuno jurus silat sakti dan sang pemuda mampu belajar mandiri, menjadi pendekar sakti dan tersohor. Belajar tanpa guru. Dia adalah si Kwee Ceng, sang pendekar Burung Rajawali.

Semoga anak anak kita dapat menjadi lebih sakti lagi karena belajarnya berbasis internet, ketimbang si Kwee Ceng yang hanya belajar dari kitab tua.

BSA/16/7/20

Kampus Merdeka Belajar : Mahasiswa Miliki Pengalaman Baru

0

Pertemuan Forum Rektor yang dibuka oleh Presiden Joko Widodo memberikan beberapa catatan yang menarik untuk perguruan tinggi. Mendikbud Nadiem Makarim mengingatkan mengenai Merdeka Belajar jilid dua: Kampus Merdeka.

Salah satu kebijakan Kampus Merdeka yang diluncurkan Kementerian Pendidikan adalah  memberikan hak kepada mahasiswa mengambil mata kuliah di luar program studi dan perubahan pengambilan SKS.

Kebijakan ini memberikan pengalaman baru kepada mahasiswa  untuk lebih bisa memperbanyak SKS yang menekankan kepada praktik kerja, pertukaran program, magang dan lainnya. Pengalaman di luar kampus ini diharapkan mampu mengasah kemampuan dan keterampilan mahasiswa.

Simbiosis mutualisme akan terjadi antar perguruan tinggi dengan pihak dunia kerja. Mahasiswa langsung mendapatkan bimbingan dalam ekosistem dunia kerja begitu juga industri yang mendapat tenaga kerja yang kompeten dari universitas.

Sumber : Kemendikbud.go.id

Lima Program Prioritas Pendidikan Vokasi

0

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Vokasi menganggarkan 3,4 Triliun untuk pengembangan pendidikan vokasi. Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi  Wikan Sakarinto menginginkan adanya link and match antara vokasi dan industri.

JAKARTA, EDURA NEWS – Melalui anggaran 3,4 Triliun Direktorat Jenderal Vokasi mendorong lima program prioritas. Pertama,  kurikulum yang disusun bersama kedua pihak. Kedua, dosen atau guru tamu minimal mengajar 50 hingga 100 jam per semester berasal dari praktisi profesional dari industri dan dunia kerja.  Ketiga,  magang dirancang sejak awal. Keempat, komitmen serapan lulusan. Kelima, dosen vokasi dan guru-guru SMK juga mendapatkan pelatihan atau update teknologi  dari pihak industri.

“Vokasi dan industri harus benar-benar link dan match. Jadi, ibarat hubungan asmara, hubungannya harus selevel menikah, menghasilkan banyak ‘anak’. Jangan hanya sebatas seremoni tanda tangan MoU, lalu sudah merasa link and match. Harus diikuti oleh kegiatan-kegiatan kolaborasi dan sinergis yang saling menguntungkan dan sampai menghasilkan SDM unggul dan kompeten,” kata Wikan Sakarinto.

Sumber : Kemendikbud.go.id

Apa Saja Layanan Penerbitan di UNJ Press ?

0

Hallo Sahabat Edura UNJ! Perlu kalian ketahui Edura UNJ melalui UNJ Press sebuah penerbitan yang berada di lingkungan civitas akademika UNJ ini memiliki ragam layanan penerbitan yang dapat kalian coba.

Pertama, Penulisan dan Editorial. Layanan ini membantu Sahabat Edura UNJ dalam mengembangkan ide penulisannya menjadi sebuah buku yang menarik dan populer. Kalian yang ingin menuliskan kisah sukses (success story), biografi/autobiografi, metode mengajar dan belajar yang baik dapat berkonsultasi bersama kami. Tak hanya itu, UNJ Press  juga menyediakan layanan penulisan ulang (rewriting) bagi kalian yang mungkin saja masih ragu dengan naskah yang dihasilkan. Ataupun pendampingan copyediting dari segi kebahasaan, ketelitian data dan fakta, serta legalitas dan kesopanan

Kedua, Translate. Layanan ini membantu Sahabat Edura UNJ dalam hal penerjemahan naskah buku. Kalian mungkin bingung bagaimana mendwibahasakan sebuah naskah buku. Menerjemahkan ke pelbagai bahasa, misalnya naskah buku dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, maupun sebaliknya.

Ketiga, Desain dan Pracetak. Layanan ini membantu Sahabat Edura UNJ dalam memberikan sentuhan artistik dalam sebuah buku. Bagaimana membuat kover buku yang menarik dan eye catching. Layout yang indah yang di dalamnya ada sebuah desain infografis maupun foto.

Keempat, Print on Demand. Layanan ini membantu Sahabat Edura UNJ dalam mencetak sebuah buku. UNJ Press menyediakan layanan cetak warna (full color) dan hitam-putih (black and white). Perlu diperhatikan, bagi oplah <500 exp, kami menggunakan digital printing. Sementara untuk oplah >500 exp akan menggunakan offset printing.

Kelima, eBook. Layanan ini membantu Sahabat Edura UNJ yang ingin menerbitkan buku secara digital dalam bentuk e-book. Ada keuntungan yang didapat jika menggunakan skema ebook ini yakni dapat memotong ongkos produksi. Pemasaran pun dapat menjangkau market yang luas.

Keenam, Distribusi Penjualan.  Layanan ini membantu Sahabat Edura UNJ yang ingin bekerja sama dalam penjualan buku baik dengan sistem konsinyasi, direct selling dan daring melalui UNJ Press. Begitu juga dengan distribusi e-Book yang dilakukan secara daring.

Jika sahabat Edura UNJ tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pelayanan penerbitan di UNJ Press dapat menghubungi narahubung kami 081296964182

Tahukah Kalian Perbedaan Penerbitan dan Percetakan?

0

Hallo sahabat Edura UNJ! Sebetulnya apa sih yang membedakan penerbitan dan percetakan? Ya, secara sekilas kita barangkali akan menebak keduanya mirip dan sama saja. Padahal keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.

Pertama, penerbitan memiliki ISBN sedangkan percetakan tidak ada ISBN. Nah, perlu diketahui nomor ISBN ini sangat penting karena nomor ini menjadi legalitas bahwa buku kita terdaftar di nomor buku dunia. Biasanya penerbit yang gak abal-abal akan mengurusi ISBN. Sedangkan kalau asal cetak saja sih, ya jadinya buku sahabat Edura UNJ tidak akan terdaftar. Gak keren bukan?

Kedua, penerbitan ada tim kreatif sedangkan percetakan tidak ada tim kreatif. Tim kreatif dalam penerbitan sangatlah penting karena merekalah sebuah buku menjadi enak dipandang dan dibaca. Artinya di penerbitan ada orang-orang yang menjaga naskah seperti editor, menjaga kualitas artistik seperti layouter ataupun desain grafis. Jadi gak simsalabim asal cetak ! Ada tahapan yang penting sebuah naskah buku masuk dalam sebuah penerbitan.

Ketiga, penerbit ikut bertanggung jawab terhadap isi sedangkan percetakan tidak. Ini juga menjadi sangat penting karena sebuah naskah jika ada kesalahan cetak, editing dan lainnya selama itu masih dapat dipertanggungjawabkan penerbit.

Keempat, penerbit adanya royalti ke penulis sedangkan percetakan tidak. Nah, ini sangat penting dan perlu sahabat Edura UNJ ketahui. Penerbitan memiliki tanggung jawab memberikan royalti kepada penulis. Apalagi kalau buku kalian termasuk best seller tentunya royalti akan terus bertambah.

Jadi Penulis Sejak di Bangku Sekolah? Kenapa Tidak!

0

Hallo Sahabat Edura UNJ! Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tentu gak membuat kalian gagap menghadapi zaman. Begitu pula para remaja anak sekolahan yang tiap detik dan harinya telepon genggam dan laptop menjadi teman sehari-hari.

Tapi perlu diketahui telepon genggam dan laptop yang semakin canggih dan up to date  gak hanya bikin anak remaja dianggap pemalas dan  gak berbakat. Banyak dari mereka yang sejak di bangku sekolah udah jadi penulis. Mereka sangat rajin memanfaatkan telepon genggam dan laptop mereka untuk memasuki platform menulis digital.

Banyak banget sebetulnya platform menulis yang menjadi tempat mereka menuliskan segala hal : curhatan, puisi, diary, dan lainnya. Platform  media sosial juga sering mereka gunakan untuk menulis misalnya Instagram, Twitter, Line. Ada juga platform khusus yang memang disediakan untuk mereka mengasah kemampuan dalam menulis cerita seperti  Wattpad. Canggihnya, wattpad gak hanya mengasah para remaja sekolahan buat nulis. Mereka juga bisa berinteraksi dengan para pembaca.

Salah satu penulis jebolan Wattpad yang pernah menerbitkan buku adalah M. Ghani Putranto yang adalah alumni SMA Labschool Rawamangun. Ghani awalnya menulis melalui platform Wattpad. Kemampuan menulis itu membuahkan cerita sains fiksi berjudul “Fantasyium Kristal Harapan” (Pustaka Kaji, 2019).

Berkisah mengenai Aditya sebagai remaja heroik yang memiliki kemampuan simbol garuda yang mewarisi semangat api. Buku “Fantasyium Kristal Harapan” pernah diadakan launching dan bedah buku di perpustakaan Universitas Negeri Jakarta bekerja sama dengan Pustaka Kaji dan Lembaga Kajian Mahasiswa (LKM)  UNJ,  Juni 2019 silam. Ngomong-ngomong, Ghani bakal menerbitkan sekuel lanjutan dari buku tersebut. Patut ditunggu bukan?

Recent Posts