Home Blog Page 48

Rektor UNJ Komarudin : Institusi Pendidikan Memiliki Peran Penting dalam Hal Mentransmisikan Nilai HAM dan Perdamaian

0

Pendidikan HAM dan Perdamaian diperlukan agar mampu menciptakan manusia Indonesia yang memiliki kompetensi global dan menghayati nilai-nilai Pancasila

Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mengawali perkuliahan dengan mengadakan webinar bertajuk, “Integrasi Nilai-Nilai HAM dan Perdamaian dalam Transformasi Pendidikan Menuju SDM Unggul” (2/9). Webinar ini menghadirkan Ketua Komite Senat UNJ Prof. Hafid Abbas, dan Sekretaris Dirjen Perguruan Tinggi Paristiyanti Nurwardini dan dimoderatori oleh Prof. Ivan Hanafi.

“Menurut saya topik ini sangat tepat di tengah kondisi kekinian yang terdistrupsi teknologi,” kata Rektor UNJ Komarudin dalam pengantar diskusi, “Dalam konteks ini institusi pendidikan memiliki peran penting dalam hal mentransmisikan nilai HAM dan perdamaian,” lanjutnya.

Peran ini bisa diimplementasikan dengan pengembangan melalui karya ilmiah dan pemikiran inovatif mahasiswa dan dosen, mengedukasi dan mengadvokasi  masyarakat. Secara khusus pusat kajian program magister pendidikan pascasarjana UNJ di bidang HAM juga dibentuk melengkapi terintegrasinya pendidikan HAM dan perdamaian. 

Memetik nilai dasar

Nilai dasar perikemanusiaan dapat diambil dari nilai-nilai pancasila. Menurut Prof Hafid, nilai perikemanuasiaan memiliki nilai lebih mendalam dari hak asasi manusia. 

“Kita ingin melihat social justice sebagai esensi persoalan hak asasi manusia untuk menjadi panduan bagi seluruh manusia,” ungkap Prof Hafid. Nilai-nilai itu dapat dari perspektif sejarah yang ditorehkan Soekarno dan Hatta di gerakan Non Blok. 

Menurut Prof. Hafid pentingnya pengelolaan yang sungguh-sungguh sumber daya manusia dan juga hadirnya institusi pendidikan menjadi “the brain of nation”. 

“UNJ hadir di tengah-tengah ibukota mestinya memberikan inspirasi bagi negeri ini,” ungkap Prof. Hafid.

Bagi Prof. Hafid bulan September menjadi momentum untuk mengingat. Bung Karno 15 September 1963 datang ke kampus ini (IKIP UNJ) meletakan marmer bertuliskan “Kota Mahasiswa“. Dalam pemikiran Bung Karno, UNJ menjadi pusat intelektualitas negara dan bangsa. Menurut Prof Hafid, UNJ memiliki kriteria ini.

SDM unggul

Revolusi Industri 4.0 menciptakan perubahan ribuan lebih cepat dibandingkan revolusi industri sebelumnya. Maka diperlukan manusia yang cepat, fleksibel, cerdik dan menguasai ilmu dan teknologi. Indonesia memiliki bonus demografi menjadi peluang yang mesti dimanfaatkan dalam bidang SDM. Pekerjaan menuju kepada otomatisasi, programing dan digitalisasi.

“Jika kita bisa memanfaatkan kesempatan dalam bidang digital maka Indonesia bisa menjadi negara dengan perekonomian ke 7 pada tahun 2030,” kata Paristiyanti.

Menurut Paristiyanti, untuk menciptakan SDM unggul Indonesia seperti apa yang diungkapkan Mendikbud Nadiem Makarim adalah pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila. 

Paristiyanti juga menjelaskan tantangan ke depan pendidikan dalam HAM dan Perdamaian adalah mengenai SDM yang berbasis big data. Indonesia harus menyiapkan SDM yang mampu menciptakan 3D printing untuk pendidikan, kesehatan, militer, teknologi informatika, sekuriti siber. 

“Menyarankan untuk UNJ memperbanyak mata kuliah programer yang terkait dengan digitalisasi apapun program studinya,” ucap Paristiyanti.

Prof. Nadiroh menyatakan ada integrasi antara pendidikan dengan nilai-nilai HAM dengan menciptakan SDM unggul. Nilai-nilai HAM menjadi mainstream karena menjadi bagian keseharian.

“Melalui transformasi pendidikan menuju SDM unggul,” ungkap Prof. Nadiroh menutup diskusi.

Ketika Berpikir : Hanya “Jangan-Jangan”

0

“Jangan-jangan”, ini kata berulang yang membuat kita selalu siap-siap. Kita menduga-duga yang akan terjadi, dalam arti menduga hal negatif tentang apa yang akan terjadi. Hidup penuh prasangka, bersiap-siap terus seperti selalu siap perang untuk bertahan bukan untuk kemenangan.

Apakah cara berpikir tersebut sudah menjadikan suatu bangsa atau kelompok atau seseorang akan mengalami “kemajuan” dalam kehidupannya. Kalau ada silahkan disharing di sini.

Kata orang pandai, bagaimana kita dapat maju, kalau kita hanya berpikir bertahan, membuat musuh “imajiner”, seolah-olah kita akan diserang, disudutkan, dikerdilkan dan dimusnahkan. kemudian kita sibuk membuat prasangka berbagai “jangan-jangan”, prasangka yang hanya membuat kita semakin inferior, semakin lama semakin paranoid, frustasi, depresi, tidak berbuat apa-apa, dan menjadi pecundang.

Masih kata orang pintar, “Janganlah kita selalu berprasangka buruk apalagi kepada Tuhan, “ kata ahli agama, Tuhan juga akan bertindak sesuai dengan prasangkamu.

Para orang sukses, kaya, penemu dan penjelajah ulung, umumnya tidak pernah memiliki pola pikir “jangan-jangan” gagal, jangan-jangan diserang dan sibuk membuat barikade diri, dan membuat opini sendiri, akhirnya hanya menunggu, berpikir yang tidak-tidak dan serba negatif. Hampir semua, mereka adalah orang yang selalu berpikir positif.

Tuhan memberi kebebasan kepada kita, mau berpikir secara apa? Kalau hidup kita sekarang “nelangsa” mungkin perlu dicek lagi cara berpikir kita atau orang sekolahan menyebutnya sebagai mindset.

Siang ini, saya dengan 2 sahabat saya sedang menikmati, nasi putih, pepes peda, sayur asem, lalap Pete, jengkol muda, dan tidak pernah berpikir “jangan-jangan” ini dan itu. Kita hanya berpikir ini pasti enak. Ternyata terbukti, warung Betawi H. Masa, di Pondok Jaya Bintaro memang dahsyat dan harus, wajib, kudu diserang dan diserbu sebelum kehabisan. Nyem..nyem..nyem.

Saya sekarang mengantuk, “jangan-jangan” kekenyangan ya.

BSA/20/8/20

Konsep yang Hanya Angan-Angan

0

Putch, itu kata Tan Malaka, dalam buku yang ditulisnya tahun 1920-an. Artinya sekumpulan orang yang ingin melakukan perubahan namun menawarkan “angan-angan” kosong. Dan itu tidak akan berhasil, karena tidak akan mendapat dukungan rakyat. Model perjuangan kemerdekaan yang tidak didukung oleh Tan Malaka.

“Pergerakan perubahan radikal, dapat dilakukan dan mendapat respon atau dukungan apabila menyangkut ekonomi, menyangkut isu perut mereka,” ujar Tan Malaka.

Kata Kardun, kelompok putch seperti buku, apabila disandingkan dengan rengginang di atas meja, orang lapar akan lebih banyak memilih rengginang ketimbang buku.

Menawarkan gagasan tidak jelas, hanya seperti tukang obat kurap yang badannya penuh kurap. Seperti menjual pendingin udara di Antartika yang penuh salju.

Kita hidup butuh solusi, kadang ketika kita kalap, yang dianggap solusi, ternyata hanya sebuah ilusi.

Para penipu sangat paham petuah Tan Malaka, maka mereka mempromosikan dirinya sebagai pemberi solusi ekonomi. Sekarang banyak berkeliaran penipu. Mereka dengan dalih bisnis arisan berantai, atau investasi berganda, mereka menjanjikan solusi kesulitan keuangan di kala krisis, mereka menyasar kaum ibu, tentu yang dibidik Ibu-ibu, karena ibu-ibu banyak perasaan “tidak enaknya”, gengsinya, meskipun bapak bapak yang baru pensiun, yang bingung ingin kaya juga dijadikan target sasaran.

Berbagai penawaran arisan berantai atau skema Ponzi, seperti sebagai solusi. Seolah-olah logis, anda setor uang sekian ratus ribu, anda akan mendapatkan uang puluhan juta, kalau anda dapat menggaet puluhan anggota lainnya. Ternyata anda memasuki perangkap seperti “bubu” ikan, sudah masuk tidak dapat keluar, kecuali merelakan uang yang disetor hilang, atau melanjutkan dengan “menipu” kerabat anda.

Konsep jalan pintas, sak dek sak nyet, instan dan cespleng, ternyata sangat manjur di masa krisis, pandemi atau bencana. Banyak orang kalap, tidak percaya semuanya harus berproses dan butuh waktu. Katanya Tuhan saja butuh 6 masa menciptakan bumi. tetapi ada manusia ingin melakukan perubahan dalam semalam. Mungkin hanya terjadi dalam mimpi saja.

Janganlah kita sudah hidup susah dan miskin, bermimpi pun menjadi kere dan kelaparan. Siangnya kecapean gowes dan minta pijit, malamnya mimpi mencangkul sawah 1 hektar. Seperti di film Night on Elm Street. Freddy Krueger sang setan hadir dalam kenyataan dan mimpinya. Terus bagaimana kita menyelesaikannya?

Kita akan menemukan jalan penyelesaiannya, meskipun kadang kita harus “kejedot” beberapa kali, yang penting pagi ini, nikmati saja LONSAY, lontong sayur padang selagi masih bisa dan enak makan.

BSA/21/8/20

Edura Sport dan ILUNI Bulutangkis UNJ Mengadakan Liga Bulutangkis Piala Rektor Cup UNJ Seri 2 di Ciloto

0

Liga Bulutangkis Piala Rektor Cup UNJ menjadi ajang anak usia pembinaan unjuk kemampuan. Mereka memberikan kemampuan maksimal untuk menjadi terbaik. Dari sini diharapkan bibit unggul atlet bulutangkis dapat bermunculan.

EDURANEWS, JAKARTA- 29 Agustus di bawah kaki Gunung Gede Pangrango siang itu terasa hangat. Anak-anak dari berbagai usia mulai peregangan, menyiapkan raket, ada juga yang mulai latih tanding dengan sesama temannya. Via Renata Ciloto menjadi tempat di mana anak-anak itu akan bertanding di liga Bulutangkis Piala Rektor Cup UNJ Seri 2.

Pertandingan ini disesuaikan dengan mengacu kepada protokol kesehatan yang ditetapkan sesuai arahan Rektor UNJ Komarudin Sahid. Sistem pertandingan dilakukan dengan permainan waktu yang ditentukan, peserta yang berhasil mengumpulkan poin terbanyak menjadi juaranya.

“Ada 6 nomor pertandingan, 12 perkumpulan klub dan 47 peserta,” ucap Endang Darajat selaku kepala Divisi Edura Sport UNJ.

Pertandingan ini menjadi penting untuk mengasah kemampuan anak-anak. Di masa pandemi covid 19, anak-anak dapat melatih kemampuannya di ajang yang sesungguhnya. Kegiatan ini juga menjadi sharing partner tanding antar ILUNI Bulutangkis UNJ yang diantaranya menjadi pembina, memiliki klub, mengajar dan melatih.

“Dengan adanya piala rektor ini menjadi wadah untuk membina prestasi bulu tangkis Indonesia terutama di usia-usia pembinaan,” kata Fahrul Rozi pembina PB Bina Bangsa Raya.

Acara ini juga disambut hangat orang tua peserta. Kesempatan tanding ini menjadi ajang motivasi anak-anak dalam meningkatkan prestasi.

“Kegiatan ini sangat menunjang bagi anak yang ingin berprestasi di bidang bulu tangkis,” kata Rizal Hadiatna salah satu orang tua yang juga bekerja di Dispora Jakarta.

Nabila Sofyan salah satu peserta yang dinobatkan sebagai peringkat pertama di usia anak-anak. Kemenangan ini ia persembahkan kepada orang tuanya.

“Saya juara karena ingin membahagiakan orang tua dan giat berlatih, ” ungkap Nabila memberikan tips kepada teman-teman lainnya.

Fakultas Ekonomi UNJ Mengadakan Yudisium Semester Genap 112 Tahun Akademik 2019/2020

0

Fakultas Ekonomi UNJ meluluskan 430 mahasiswa dari berbagai jenjang diploma, sarjana dan magister. Mahasiswa banyak mengukir prestasi diberbagai bidang. Kemampuan dan inovasi menjadi kunci dalam menciptakan lulusan terbaik

EDURANEWS, JAKARTA- 29 Agustus 2020, Fakultas Ekonomi (FE) UNJ mengadakan Yudisium secara daring. Yudisium dihadiri oleh Ketua Senat FE UNJ Dr. Henry Eryanto, MM. Dekan FE Dr. Ari Saptono, serta Wakil Dekan 3 Dr. Indra Pahala M.Si.

Dalam Yudisium semester genap 112 tahun akademik 2019/2020, Fakultas Ekonomi telah meluluskan 430 mahasiswa dari berbagai jenjang dari diploma, sarjana, dan magister. Mereka yang lulus ini telah memenuhi seluruh  persyaratan akademik sehingga berhak untuk diwisuda oleh UNJ.

Meskipun dalam situasi pandemi, sekitar 60 % mahasiswa dapat lulus dengan tepat waktu. Prestasi banyak diukir oleh mahasiswa di antaranya,

1. Haris Nur Hamid

– Mahasiswa Berprestasi Utama Diploma UNJ 2020

– Finalis Mahasiswa Berprestasi Nasional Kemendikbud RI 2020

– Juara 1 Business Plan Competition for Startup Cooperative Universitas Siliwangi

2. Karil Maulita

– Mahasiswa Berprestasi Utama S1 FE UNJ 2019

– Mahasiswa Berprestasi III Sarjana UNJ 2019

– Presenter & Best Presenter International Conference of Tourism, Business, and Humanities Langkawi, Malaysia

3. Cindy

– Mahasiswa Berprestasi II S1 FE UNJ 2019

– Best Personality Mahasiswa Berprestasi UNJ 2019

– Presenter 3rd International Conference of Social Science, Technology, and Humanities Penang Malaysia

4. Retno Dwi Saputri

– Mahasiswa Berprestasi Utama Diploma UNJ 2019

– Juara 1 Lomba Karya Tulis Pekan Penalaran dan Ilmiah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta 2019

5. Yani Sulistiawati

 – Juara 2 Sub Tema Ekonomi Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional Universitas Udayana Bali 2019

6. Nursafitri

-Juara 2 Karya Tulis Ilmiah dalam acara SELF ICON (Sharia Economics Learning Forum-Islamic Economics Society) 2019 di Universitas Udayana, Bali

6. Ade Irvan Suryana

– Duta GenRe Jakarta Selatan 2019

7. Friska Aviyati Lestari

– Juara 1 lomba debat mahasiswa bidikmisi se jawa 2019

– Juara 1 lomba debat semarak pendidikan UIN sunan gunung djati Bandung 2019

– Juara 1 lomba debat Nasional UPN Veteran Jakarta 2020

8. Anisa Ramadhanti

-Mahasiswa Berprestasi II Diploma FE UNJ 2019

9. Nashoikhul Ibad

-Qori Terbaik 1 MTQ Nasinal dalam Pekan Tilawatil Quran Radio Republik Indonesia

2019

10. Ananda Bima Agung Wicaksono

– Juara 1 Business Plan Competition for Startup Cooperative Universitas Siliwangi

11. Yusuf Syaifulloh

– Mahasiswa Berprestasi Terfavorit FE UNJ 2019

Mahasiswa berprestasi di berbagai bidang seperti pemenang lomba karya tulis, finalis mahasiswa berprestasi Kemendikbud, qory terbaik, juara debat di berbagai kampus, serta busines plan terbaik. Torehan prestasi ini penting untuk meningkatkan kepercayaan diri lulusan ke depannya.

Dekan FE UNJ Dr. Ari Saptono, berpesan agar lulusan mahasiswa bersiap menghadapi era 4.0 dengan terus belajar. FE UNJ juga terus berbenah untuk menciptakan lulusan terbaik.

“FE UNJ terus meningkatkan mutu pendidikannya baik melalui pembaruan kurikulum, pembelajaran, sarana prasarana maupun pengembangan mahasiswa secara holistik,” kata Dr. Ari Saptono.

Digitalisasi juga dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan inovasi lulusan.

Bakti Sosial Covid-19, Resimen Mahasiswa Indonesia Salurkan Bantuan Sosial dan Donor Darah

0

Resimen Mahasiswa Indonesia menyalurkan bantuan sosial kepada mahasiswa dan masyarakat sekitar kampus. Bantuan berasal dari Pemda DKI Jakarta, bekerja sama dengan UNJ

EDURANEWS, JAKARTA – Resimen Mahasiswa Indonesia menyalurkan 200 paket bantuan sosial kepada mahasiswa dan masyarakat sekitar. Kegiatan penyerahan Bantuan Sosial ini juga bersamaan dengan kegiatan Donor Darah. Acara ini berlangsung di Universitas Negeri Jakarta (29/08). 

Bantuan tersebut diserahkan langsung oleh H.A Riza Patria, Wakil Gubernur DKI Jakarta, yang juga selaku  Komandan Komando Nasional (Dankonas) Resimen Mahasiswa Indonesia. Ia mengatakan kegiatan tersebut bertujuan membantu  masyarakat  yang  membutuhkan bantuan sosial maupun donor darah.

“Kegiatan itu merupakan bentuk sinergitas antara pemerintah DKI Jakarta dan organisasi Resimen Mahasiswa Indonesia dan Universitas  Negeri Jakarta (UNJ),” tutur Riza Patria dalam sambutannya. 

Rektor UNJ Dr. Komarudin, M.Si menyatakan bahwa merupakan bentuk konstribusi antara pemerintah, universitas, dan organisasi mahasiswa dalam rangka terlibat secara sosial dan bermanfaat bagi masyarakat.

Untuk donor darah, panitia bekerja sama dengan PMI Unit Transfusi Darah Jakarta Utara. Kantong transfusi darah yang disiapkan PMI sekitar 50 kantong. Peserta donor darah merupakan mahasiswa dan masyarakat sekitar UNJ. 

Hasil dari donor darah ini nantinya akan digunakan untuk keperluan masyarakat yang membutuhkan donor darah. Terutama dalam situasi pandemik covid-19 sangat dibutuhkan darah untuk membantu di berbagai rumah sakit. 

Agenda ini tentu saja menerapkan protokol kesehatan yang sesuai  dengan  prosedur  yang  berlaku. Ketua Tim Satuan Pelaksana (Satlak) UNJ Peduli Dr. Cahyadi Setiawan,  M.Si  turut mensukseskan acara ini dengan membantu langsung distribusi bantuan ke masyarakat. 

UNJ merupakan kampus pertama dalam rangkaian kerjasama bakti sosial ini. Resimen Mahasiswa Indonesia, menjadi inisiatif utama dalam hal ini, melakukan kegiatan  Donor  Darah  dan  Penyerahan  Bantuan  Sosial.  

Acara dihadiri jajaran pimpinan  Pemprov  DKI  Jakarta, Wakil Walikota Jakarta Timur Uus Kiswanto (mewakili Walikota Jakarta Timur Muhammad Anwar ), Camat Pulogadung Bambang Pangestu, dan Kadispora Pemprov DKI Jakarta Ahmad Firdaus. Sedangkan dari Universitas Negeri Jakarta,  disambut oleh Rektor Universitas Negeri Jakarta Dr. Komarudin, M.Si dan jajaran Wakil Rektor UNJ serta para pimpinan UNJ.

Rempeyek dan Mentalitas Sekolah

0

Tukang atau pengasong keripik rempeyek saban hari di lampu merah menjajakan dagangannya, ketika kendaraan berhenti menunggu lampu hijau. Banyak dari kita menyebutnya sebagai pedagang mikro atau kelas nano, karena sering tidak terlihat dan diperhatikan oleh pembuat kebijakan. Padahal jumlahnya ribuan bahkan jutaan orang yang mengais rejeki “recehan”. Bekerja mandiri, tidak membebani siapapun dan tidak mau merepotkan pemerintah.

Dalam era new normal, ketika orang sudah banyak terkena PHK, perusahaan kelas menengah atas “kleyengan”, para “pengasong” tetap berjaya, berkeliaran di lampu merah dan seringkali hanya dianggap sebagai pemandangan yang mengganggu keindahan kota.

Mengasong juga telah diikuti para pedagang kelas besar, kita sekarang dapat melihat para penjaja pizza, dari warung kelas dunia di pinggir jalan. Menjemput bola, menyelami pasar sampai ke dasar. Selain penjualan dengan online.

Pengasong peyek, berdampingan dengan pengasong pizza. Para penjual peyek tidak pernah merasa keberatan, mereka meyakini bahwa rezeki diatur Tuhan.

Pedagang kecil memang tidak pernah neko-neko, menuntut ini dan itu kepada pemerintah. Berbeda dengan pegawai, yang saban tahun mengeluh, minta naik gaji, minta fasilitas. Seperti menjadi orang yang banyak bersandar kepada kebaikan orang lain, dengan ancaman “ngambek” dan berhenti.

Kalau dipikir-pikir, sekolah semakin tinggi bukan semakin mandiri, malah semakin “bersandar” kepada orang lain. Rupanya banyak dari kita belum tamat belajar untuk dapat melakukan sesuatu untuk hidup dan menjadi dirinya sendiri, belum lulus learning to do dan to be, meskipun sederet gelar di depan dan belakang nama kita. Semakin kita bergelar semakin membutuhkan lapangan baru yang sesuai, seperti pesawat terbang yang membutuhkan landasan sesuai jenis pesawatnya. Kalau tidak ada lapangannya, ya silahkan “dimangkrakan”.

Apakah dapat disimpulkan bahwa, dalam soal kemandirian, banyak orang yang sekolah tinggi kalah dengan pengasong rempeyek. Mudah-mudahan saya salah.

Nikmat sekali pagi-pagi makan rempeyek sambil ngopi, merenungi, kapan Covid 19 hancur, dan hidup kembali normal.

BSA/22/8/20

Piala Kambing

0

Piala kambing, itulah yang kami perebutkan dahulu, ketika remaja bermain bola voli dalam mengikuti turnamen bola voli antar kampung (tarkam). Sang pemenang berhak membawa pulang seekor kambing bandot.

Setiap klub di kampung, bersiap-siap mengikutinya, ada klub yang serius berlatih, membina para remaja melalui karang taruna. Ada juga klub “jadi jadian” dengan nama “Katak Riang”, yang diketuai oleh Kardun, juragan penggilingan padi yang kaya raya di kampung. Meskipun tidak pernah latihan karena tidak ada pemainnya, namun Kardun berhasil menghimpun “jagoan voli” dari berbagai kampung lainnya. Jadi Kardun bak Sylvester Stallone dalam film Expendables. sebagai pengumpul para jagoan, yang tentunya semua pemain yang dihimpun Kardun meminta bayaran atas jasa yang diberikan. Atau istilah kerennya pemain profesional.

Singkat kata klub “Katak Riang” yang menjadi juara. Tetapi kenapa penonton dari kampung Kardun banyak yang protes. Dianggap kemenangan hambar, percuma menang kalau yang bermain bukan pemain kampungnya.

Piala kambing bukan sekedar kambing biasa, ada martabat, ada keringat, ada proses, ada kebanggaan kampung dan tentu saja butuh uang membiayainya. namun uang bukan segalanya. Kebanggaan martabat kampung adalah lebih utama, kebanggaan akan kemampuan sendiri.

Bola voli tidak sekedar kemampuan finansial. Namun harus mencerminkan proses dan kerja keras, bukan cara-cara instan. Semua serba outsourcing. Karena Para pemain profesional tidak peduli membela siapa, pemain membela orang yang bayar.

Sekarang Kardun merenungi, sambil makan bubur ayam lezat yang terasa hambar, merenungi tentang kebanggaan yang terasa hampa. Setelah dikalkulasi biaya bayar pemain menghabiskan uang sekitar 10 juta, sedangkan harga kambing tidak lebih dari 4 juta. Sekarang para pemain “hebat” meninggalkannya setelah dibayar dengan mencari majikan yang lainnya.

Kebanggaan bola voli kampung katanya harus dibangun dari orang kampung sendiri, dengan segala potensi dan keterbatasannya. Bukan dengan kehadiran para pemain bayaran yang menggantikan pemain kampung.

Terus kebanggaan apa yang diperoleh Kardun? Piala Kambing? Atau apa?

Dan bubur ayam pun ditinggalkannya, tanpa disentuh, karena penyesalan Kardun menghianati aspirasi warga kampungnya.

BSA/22/8/20

Ketika Hidup Mulai Meredup

0

Berpikir dan berjiwa besar, buku karangan Dr Schwartz. sangat berkesan bagi saya. memuat berbagai petuah motivasi. Setiap kalimatnya disusun kadang berulang-ulang seperti ingin menggedor otak saya yang rada goblok dan katrok. Gedor-gedoran kata-katanya telah merontokkan kerak-kerak kebodohan, serba negatif, mudah menyerah dan keputusasaan pada diri saya.

Tidak terasa saya berubah menjadi orang yang lebih percaya diri, bahwa proses keberhasilan tergantung dari kita memberdayakan otak kita dalam berpikir. Dan jiwa yang besar yang dapat selalu bersikap positif, mencoba tidak menyalahkan orang lain dan memikirkan yang perlu dipikirkan saja. Jangan berpikir ecek-ecek, apalagi kaleng-kaleng.

Buku tersebut selalu saya baca ketika semangat positif mulai meredup. Ketika menghadapi wawancara kerja dan menghadapi pekerjaan. Buku itu pantas dijadikan rujukan, bagi generasi milenial yang berperilaku protean dalam berkarier. Generasi yang meyakini bahwa kemajuan dalam berkarir tergantung dari efforts dan passion dirinya sendiri. Bukan hasil “mengemis” atau berharap orang lain memberikannya. Generasi yang sedikit berharap kepada orang lain.

Ketika dalam perjalanan hidup mengalami berbagai kegagalan dan keterpurukan, dan kesedihan ada juga buku lainnya, La Tahzan karangan Dr. Aidh Al Qarni. Sama berisi kalimat yang bernada “gedoran-gedoran” agar kita dapat bangkit. Menguatkan diri bahwa semua kejadian kehendak Tuhan, tidak usah bersedih ketika menemui kegagalan. Dan isinya banyak merujuk pada ayat-ayat Al-Qur’an.

Namun dalam kehidupan saya, ada kitab yang lebih “ajaib” lagi, kitab di mana kalau saya baca dengan mulut saya dan terdengar di telinga saya. Seperti air sejuk yang menyiram hati ketika panas, akibat gundah gulana, resah, gelisah dan penuh kekhawatiran. Hati menjadi adem, tenteram. Meskipun saya tidak paham artinya.

Kitab itu bernama Al-Qu’ran. Saya tidak dapat menjelaskan kenapa, mungkin karena saya bukan ahli agama. Maaf itu hanyalah sekedar pengalaman pribadi saya saja, selama saya melangkah mengikuti jalan kehidupan kearah takdir saya.

BSA/24/8/20

Pemimpin Kangkung

0

Pemimpin kangkung, itu istilah Boss Kardun untuk pemimpin yang hanya mengandalkan duit dan merasa hebat, untuk mencari dukungan. Kangkung itu tumbuhan air, dahannya menggapai ke atas namun letoy dan lunglai, sedangkan akarnya melayang di air tidak menyentuh tanah.

Bukankah kangkung dapat tumbuh di darat? Ya..tetap saja meskipun akarnya menembus tanah, namun sekedar numpang hidup, dan dahan dan daunnya tidak mampu menjulang tinggi, setelah 20-30 cm letoy menjuntai dan ngglosor ke tanah.

Zaman medsos, kalau sok kerennya dengan menyebut industri 4.0, banyak menghasilkan pemimpin kangkung. Tidak mengakar ke bawah (rakyat) sehingga batang tubuhnya tidak mampu menjulang, menjangkau kekuasaan untuk mencapai kejayaan bersama. Efek penyebaran berita yang dahsyat, membuat banyak melahirkan pemimpin karbitan, orbitan namun sejatinya hanya seperti kangkung.

Model pemimpin kangkung, tumbuh di era demokrasi, di mana setiap orang merasa berhak memimpin. Asal dipilih rakyat. Namun kalau kelasnya kangkung ya tetap saja kangkung, letoy. Mungkin rakyat akan memilih karena “terpesona” dengan baju dan identitas atau saweran, namun bagi negara dan rakyat keseluruhan sepertinya hanya akan menyebabkan kekecewaan.

Ada cerita “plesetan” wayang orang di Jawa tentang Petruk dadi Ratu. Seorang punakawan atau penghibur ksatria, tetiba menjadi raja. Akhirnya ngawur dan hanya menjadi bahan tertawaan. Mungkin saja rekaan kisah itu hanya ingin mengajarkan agar kita tahu diri, atau ada doktrin tersembunyi yang ingin melanggengkan legitimasi kisah raja-raja dan keturunannya, bahwa yang berhak menjadi raja adalah kalangan keturunan raja. Rakyat harus tahu diri. Ngaca saja kalau mau menjadi raja. Wallahu A’lam.

Memang kalau derajatnya kangkung, mah enaknya cuma ditumis atau kangkung ca saja. Dan itu juga harus ada temannya, ikan kerapu bakar, sambal matah, dan cumi saus padang.

BSA/24/8/20

Recent Posts