Home Blog Page 46

Gelar

0

H. Kardun A.Md.LLASDP, S Tr Sos. dengan Hj. Karsinah A.Md.M.Tr.U, A.Md.A.K.P. SPd.I, itu nama yang tertera dalam surat undangan pernikahan. Mungkin di antara anda ada yang tersenyum, dan terpaksa mencari lewat Google dengan gelar yang dicantumkan di belakang namanya.

Memang hak seseorang untuk mencantumkan gelar sesuai peraturan. Gelar yang diperoleh dengan “susah payah”. Namun mungkin yang menjadi perhatian adalah gelar yang relatif panjang sesuai spesialisasi keahliannya.

Menulis gelar yang banyak dan “seabrek” memang “nyusahin” dan cenderung pemborosan tenaga, tinta printer dan kertas. Sehingga di beberapa organisasi swasta/perusahaan, tidak pernah menuliskan gelar di daftar pegawainya. Saya pernah menginisiasi tentang penghapusan penulisan gelar di daftar pegawai. Bagi perusahaan tidak penting gelar, yang penting adalah komitmen dan kontribusinya. Inisiatif saya tidak ada yang berani protes, karena saya juga memiliki gelar tertinggi dengan yang lainnya. Artinya saya yang paling “berkorban” dalam program penghilangan gelar.

Penghilangan pencantuman gelar, ada hal positif yang diperoleh, berupa mengurangi beban atau sekat antar pegawai, merasa sama, sehingga “perasaan” superior dan inferior hilang, kecuali hierarki jabatan. Tidak melihat siapa yang bicara tetapi apa isi bicaranya. Tidak ada yang merasa “keberatan” gelar.

Saya termasuk penganut malas menulis gelar. Maaf, bagi saya hanya “ngrepotin” nulis saja dan pemborosan. Namun, kemarin saya “terkejut” melihat papan nama di pinggir jalan, dengan menulis nama saya lengkap dengan gelarnya, dr.Budi Sp TB.

Saya tidak tahu siapa si pemberi gelar itu. Namun menurut saya, pencantuman gelar ini penting, karena akan berkontribusi kepada usaha. Gelar sebagai marketing tools. Silahkan lihat fotonya. Kereeen ya….!!!?? Meski sekedar lucu-lucuan.

Gelar atau tanpa gelar tetap saja kita harus kerja.kerja..kerja. agar berkontribusi !!

BSA/3/8/20

UNJ Menjadi Pelopor Dalam Penggalian Warisan Bung Karno Mengenai City of Intellect

0

10 November 2020 bertepatan Hari Pahlawan, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) sukses menyelenggarakan acara Anugerah Kota Ramah Mahasiswa atau City of Intelllect.  Acara ini diprakasai oleh semangat Prasasti Daksinapati yang diletakan Bung Karno di Rawamangun 57 tahun silam.

EDURANEWS, JAKARTA– Saat itu kawasan Rawamangun ditetapkan sebagai Kota Mahasiswa Jakarta. Peristiwa ini menginspirasi Rawamangun khususnya UNJ dalam menumbuhkan spirit kebangsaan. Prof. Hafid Abbas membacakan SK Rektor Penetapan Kota Mahasiswa. Dalam SK Rektor ini, Semarang ditetapkan sebagai kota paling ramah bagi mahasiswa.

Secara simbolik Rektor UNJ Prof. Komarudin memberikan piagam penghargaan kepada Ibu Megawati Soekarno Putri untuk diserahkan kepada Walikota Semarang. Selain  penyerahan anugerah kota ramah mahasiswa, UNJ juga mengadakan dialog kebangsaan bertajuk “Pembudayaan Pancasila dan Peneguhan Kebangsaan Indonesia di Era Milenial”.

Dialog Kebangsaan

Akhmad Syaikhu mengatakan kekuatan SDM menjadi kunci dalam menciptakan pembudayaan Pancasila. Apalagi Indonesia mengalami bonus demografi. Pendidikan politik juga dianggap menjadi bagian penting dalam pembudayaan kebangsaan. Pentingnya menanam ideologi Pancasila terutama dalam sosialisai kepada kaum milenial.

“Pendidikan ini menjadi hal penting termasuk juga kepada Pendidikan politik bagi partai politik untuk meningkatkan demokrasi Indonesia,” ucapnya.   

Penggalian keteladanan para pendiri bangsa juga dirasakan menjadi hal yang penting. Prof. M. Jafar mengatakan krisis keteladanan sebetulnya tidak akan terjadi jika kembali kepada akar keteladanan para pendiri bangsa. Mulai dari rajin membaca, menulis, dan berorasi, nilai-nilai ini tumbuh dari sosok Soekarno, Hatta dan para pendiri bangsa lainnya. Dari hasil penelitian yang diungkap Prof. M. Jafar sebetulnya pemuda memiliki semangat kebangsaan yang tinggi.

“Anak muda sekarang sebenaranya memiliki semangat kebangsaan yang tinggi, tinggal bagaimana proses pendidikan,” ungkap Prof. M. Jafar.

Prof. Hariyono mengatakan UNJ telah mempelopori hal positif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan mengangkat Kembali warisan Bung Karno mengenai City of Intellect. Pengembangan Pendidikan dan peradaban harus berpijak pada nilai-nilai Pancasila.

Pancasila bukan warisan alamiah, sebagai warisan budaya yang tidak hanya dibicarakan tapi juga dilaksanakan,” ungkap Prof. Hariyono

Sedangkan Hasto Kristiyanto memberikan pemaparan bagaiamana falsafah Pancasila memiliki cara pandang dunia. Warisan Bung Karno mengenai City of intellect harus dilanjutkan dan relevan dengan falsafah negara.

City of Intellect khususnya bagi mahasiswa tergelora untuk menjadi bangsa pemimpin yang kokoh dan visioner,” kata Hasto. Tentunya itu dapat terwujud dengan pendidikan yang mengedepankan tradisi riset dan inovasi.

Monev Hibah Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Pascasarjana UNJ Bertekad Wujudkan Standar Nasional Penelitian Menuju UNJ Bereputasi Internasional

0

EDURANEWS, JAKARTA – Universitas Negeri Jakarta (UNJ) terus berupaya untuk meningkatkan kualitas mutu hibah penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Melalui Pascasarjana UNJ itikad tersebut diwujudkan dalam standar penilai yang disebut dengan monitoring dan evaluasi (Monev) Hibah Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Tahun 2020. Hal itu berpedoman pada Standar Nasional Penelitian, Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia.

Rektor UNJ Prof. Dr. Komarudin, M.Si menegaskan kembali Visi UNJ menjadi universitas bereputasi Asia dalam Rencana Strategis yang sudah dicanangkan akan tercapai pada 2045. Dengan visi tersebut, ia mengharapkan ada kesadaran bersama untuk mencapainya.

Komarudin melihat itikad kuat Pascasarjana UNJ yang bercita-cita menjadi episentrum unggulan dalam pendidikan. Kalau begitu, semua program harus mengarah kesana. Jajaran pimpinan harus mengawal terus prosesnya sampai konsisten tercapai.

“Saya berharap Pascasarjana UNJ kembali ke era kejayaannya di periode 70-an akhir sampai dengan 80-an awal. Menjadi pusat dari LPTK di Indonesia dan banyak pemikiran yang lahir, serta tokoh-tokoh nasional,” ungkapnya dalam sambutan Monev Hibah Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Tahun 2020.

Komarudin juga memberikan tips agar penelitian di UNJ dapat terus meningkatkan produktivitas. “Bagaimana agar bisa menjaga mutu? Kita harus saling bekerjasama untuk saling membantu. Jangan pernah bekerja sendirian. Karena akan lebih mudah mengatasi semuanya bila kita bersama-sama,” tambahnya.

Di sisi lain, Direktur Pascasarjana UNJ Prof. Dr. Nadiroh, M.Pd mengatakan hasil riset ke depannya tidak hanya berujung pada Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) semata, lebih lanjut diharapkan para dosen dapat juga melakukan Hak Paten terhadap penelitiannya. Itu harus dipikirkan strateginya ke depan.

“Potensi kita sebenarnya banyak yang bisa berpeluang mendapatkan paten, mudah-mudahan dalam acara monev ini akan diketahui mana penelitian yang berpeluang paten,” ungkap Nadiroh. 

Nadiroh melanjutkan, hal yang juga penting yaitu penelitian yang dilakukan haruslah sesuai dengan ranah keahliannya masing-masing. Untuk itu, harus ada korelasi antara mahasiswa dan dosen untuk bersinergi saling membantu sesuai program studinya. Penting untuk diketahui hal itu akan memupuk kepemilikan terhadap bidang keilmuannya. 

Selain itu, Ketua LPPM UNJ Dr. Ucu Cahyana, M.Si mengharapkan dari hasil penelitian tersebut UNJ bisa masuk ke jajaran 15 besar. Dengan posisi saat ini yang baru mencapai 20 besar paling tidak kita bisa mencapai target. 

Ucu menyampaikan tentang posisi pemeringkatan HaKi UNJ saat ini yang mencapai posisi 638, target sampai akhir tahun mudah-mudahan terkejar sampai 700 lebih. Karena banyak yang dalam proses pengurusan di Dirjen HaKi. Karena itulah kita berada di tingkat 4 nasional untuk hal ini. Semua itu sangat tergantung dengan Kegiatan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat yang berpengaruh terhadap pemeringkatan.

“Saya berharap Pascasarjana UNJ harus menjadi pemantik tumbuhnya semangat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat yang berkualitas,” jelas Ucu.

Ia juga menegaskan harus dipikirkan muara daripada kegiatan Monev Hibah Penelitian dan Pengabdian Masyarakat ini. Karena sayang sekali bila hanya berhenti pada aktivitas di lapangan saja. Harus ada tindakan lanjutan berupa penerbitan buku, publikasi media, dan postingan di media sosial. Itu semua menjadi bagian dari penilaian suatu universitas.

Monev Hibah Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Tahun 2020 Pascasarjana UNJ adalah upaya mengukur sejauh mana penilaian penelitian dan pengabdian masyarakat yang sudah dilakukan oleh para dosen.. Standar penilaian sangat dipengaruhi oleh standar proses. Standar tersebut tidak sekedar dokumen semata, tapi harus diterapkan betul dalam aplikasi mutu. 

Labschool Cirendeu Siap Menerima Siswa Baru

0

EDURANEWS, JAKARTA – Universitas Negeri Jakarta (UNJ) terus berupaya mengembangkan pendidikan melalui lembaga sekolah yang sudah lama dirintisnya bernama Labschool. Kali ini UNJ membuka cabang baru di Cirendeu, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten.

Upaya mendirikan lembaga pendidikan merupakan upaya membantu pemerintah untuk membangun sumber daya manusia unggul sejak dini, khususnya di pendidikan tingkat menengah pertama dan atas.

SMP dan SMA Labschool Cirendeu merupakan bentuk kerja sama antara Yayasan Edukasi Karakter Bangsa (EDUKARSA) dan dengan Universitas Negeri Jakarta.

Ketua Umum Yayasan Edukasi Karakter Bangsa (EDUKARSA), Arissetyanto Nugroho menyampaikan bahwa memang tidaklah mudah untuk menyelesaikan pembangunan gedung sarana dan prasarana SMP-SMA Labschool Cirendeu ini dalam kondisi pandemi covid-19 yang terjadi.

Setelah kurang lebih 1 tahun sejak dilakukannya ground breaking pada tanggal 12 November 2019, dengan keterlibatan dan komitmen semua pihak dalam proses pelaksanaannya, alhamdulilah hari ini tepatnya pada hari Kamis, 5 November 2020, bisa dilaksanakan soft opening gedung sarana dan prasarana SMP-SMA Labschool Cirendeu yang berada di wilayah Tangerang Selatan.

“SMP dan SMA Labschool Cirendeu ini diharapkan mampu menghasilkan pemimpin masa depan yang unggul, mempunyai kepribadian dan berkebudayaan dengan berlandaskan pada iman, ilmu dan amal.” ungkap Arisseyanto.

Arissetyanto Nugroho menambahkan, ekosistem sekolah harus bisa memberikan pelayanan yang berpusat pada siswa. Proses pendidikan seharusnya dapat membantu siswa dalam menemukan dan mengenali potensi diri sendiri serta lingkungan, sehingga mampu menghadapi segala macam perubahan termasuk revolusi industry 4.0.

Lembaga pendidikan termasuk SMP dan SMA Labschool Cirendeu harus terus mampu menciptakan lingkungan yang berorientasi pada peningkatan intelektualisme selain juga keluhuran budi anak didiknya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Bressindo Media Edukasi, Trisetyani Budiutami menambahkan bahwa sekolah yang mencetak generasi unggul tentu menjadi dambaan bagi kita semua, tidak terkecuali Labschool Cirendeu.

Labschool berkomitmen untuk mencetak para generasi muda yang siap bersaing dengan tidak hanya memiliki kemampuan baik softskill maupun hardskill, akan tetapi juga memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik, serta menjadi sarana pengembangan bakat, kreativitas dan potensi diri siswa maupun seluruh stakeholder sekolah.

Ditempat terpisah, Totok Bintoro Wakil Rektor Universitas Negeri Jakarta yang berkesempatan hadir secara online pada acara soft opening menyampaikan bahwa SMP-SMA Labschool Cirendeu merupakan Labschool keempat (setelah Rawamangun, Kebayoran, dan Cibubur) yang memiliki standar One Labs dengan kurikulum dan pembelajaran yang berkualitas tinggi dengan didukung oleh guru-guru yang sudah berpengalaman.

“Hal ini terbukti dengan diterimanya 593 siswa lulusan Labschool tahun 2020 tersebar di berbagai perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia”. Katanya.

Turut hadir dalam acara soft opening hari ini adalah perwakilan dari Universitas Negeri Jakarta, Prof Sofyan Hanief selaku Ketua BPS Labschool Jakarta beserta jajarannya, serta tamu undangan dari berbagai unsur stakeholder pendidikan.

UNJ Menapaki Kembali Warisan Bung Karno : Kota Mahasiswa Jakarta (City of Intellect)

0

4 November 2020 menjadi hari yang bersejarah bagi Universitas Negeri Jakarta mengenang dan menggali Kembali warisan Bung Karno dengan mengadakan seminar bertajuk “Dari Rawamangun Untuk Indonesia “- Menapaki Jejak Pemikiran Soekarno Tentang City of Intellect (Kota Mahasiswa)

EDURANEWS, JAKARTA– 57 tahun yang lalu, tepatnya 15 September Bung Karno datang meletakan prasasti Kota Mahasiswa Jakarta di Kampus Rawamangun yang ketika itu Gedung Daksinapati, Bung Karno menyatakan kampus ini sebagai “Kota Mahasiswa” Jakarta. Saat itu, UNJ masih menjadi bagian dari Universitas Indonesia (UI) sebagai sekolah keguruan dan ilmu pendidikan.

Rektor UNJ Prof. Komarudin menyatakan sangat penting untuk mengingat sejarah masa lalu untuk menggapai masa depan. Upaya ini untuk mengingatkan akan identitas UNJ sebagai kampus yang dicita-citakan oleh Bung Karno yaitu kawasan Rawamangun  sebagai Kota Mahasiswa.

“Berangkat dari narasi sejarah gagasan Bung Karno, UNJ melakukan kajian sekaligus pemeringkatan Kota Mahasiswa,” ungkap Prof. Komarudin. Spirit itu membuat UNJ semakin memantapkan menjadi city of education serta pengembangan pedagogik.

Kota Mahasiswa

Dalam amatan Prof. Hafid Abbas Pesan spirit City of Intellect atau Kota Mahasiswa Jakarta kala itu tidak hanya bergema untuk kawasaan rawamangun tapi juga untuk dunia. Istilah itu mungkin belum dikenal oleh dunia. Itulah mengapa Pikiran Bung Karno telah melampaui zamannya.

Bung Karno juga memperkenalkan Excelent City di mana pusat-pusat ilmu dan pengetahuan dibangun seperti ilmu ekonomi di Makassar, Teknologi di Bandung,  Pertanian di Bogor. Dalam alam pikiran Bung Karno itu kota-kota itu saling terhubung menjadi mata rantai yang saling terkoneksi menjadi roda peradaban ilmu dan pengetahuan.

“Lahir peradaban yang luar biasa dalam pikiran Bung Karno sebagai peradaban modern dari rawamangunlah pikiran besar ini muncul,” ungkap Prof. Hafid.

Prof. Hafid dan tim peneliti menginisiasi pemeringkatan kota-kota mahsiswa di Indonesia. Ada 10 kota yang memiliki kriteria di Indonesia sebagai city of intellect. Semarang menjadi kota mahasiswa terbaik. Dalam penelitian tersebut Prof Hafid juga memaparkan mengapa masih terjadinya kesenjangan antar kota di Indonesia. Selain itu Prof Hafid juga memberikan rekomendasi bagi pemerintah mengenai memunculkan kota-kota mahasiswa ke depannya.

Prof. Rokhmin Dahuri mengingatkan bagaimana  menapaki legacy pemikiran Bung Karno telah memikirkan kota-kota yang berdaulat dalam bidang pangan, teknologi, ekonomi dalam semangat menumbuhkan kota mahasiswa.

“Supaya sumber daya manusia unggul dan teknologi bangsa ini mumpuni,” ucap Prof Rokhmin.

Bagi Prof. Rokhmin, pemikiran Bung Karno menjadi panduan bangsa ini meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan, riset dan pengembangan inovasi.

Dewan Pembina Megawati Institue Hasto Kristiyanto memaparkan pemikiran Bung Karno yang sangat mengakar pada Pancasila. Pancasila tak hanya menjadi landasan peradaban Indoensia tapi juga dunia. Menurut amatan Hasto dari sinilah kontemplasi dalam pemikiran  modern Bung Karno menemukan konteks keindonesiaannya. Pemikiran Bung Karno menjadi melampui zaman. Penelitian mengenai Kota Mahasiswa menjadi sangat penting dan relevan,

“Harus mencerminkan bagaimana mahasiswa mampu melihat tantangan ke depannya,” ungkap Hasto dengan penuh gelora yang tak lupa selalu mengingatkan untuk selalu mencintai dan mengakar pada kultur Indonesia.

Tribute to H.A.R Tilaar : Jelajah Pemikiran Pedagogik Transformatif Dari Buku Ke Buku

0

Siapapun yang mengenal sosok H.A.R Tilaar akan mengenal dunia pendidikan adalah dunia yang begitu ia cintai. Gagasannya mengenai Pedagogik Transformatif adalah hasil telaah pelbagai teori pendidikan dunia yang diantarkannya ke alam pikiran Indonesia. Gagasan cemerlangnya banyak tertuang dipelbagai buku yang ditulisnya.

EDURANEWS, JAKARTA-Edura UNJ dan Taman Pembelajar Rawamangun mengadakan webinar bertajuk “Pedagogik Transformatif Dalam Era Digital : Sebuah Tantangan (2/11). Webinar ini sekaligus launching buku Bunga Rampai Pendidikan Indonesia (2020,UNJ Press) dalam rangka tribute 1 tahun kepergian H.A.R Tilaar. Menghadirkan para pembicara seperti Prof. Hendra Gunawan, Edi Subkhan dan Indra Gunawan. 

Ketua Edura UNJ Prof. Henry Eryanto mengatakan penerbitan dan pendokumentasian pemikiran pendidikan menjadi tugas yang sangat penting. Tilaar bagi UNJ adalah guru yang memberikan banyak pelajaran dan pengetahuan mengenai pendidikan. Sebagai sosok pribadi, Tilaar adalah pengamat dan pemerhati pendidikan.  Total sudah 30-an buku dan 200-an artikel yang sudah ditulisnya.

“Gagasan Pak Tilaar penting untuk dibaca bagi dosen, mahasiswa, pemerhati dan pengambil kebijakan pendidikan,” ungkap Prof. Henry.  

Rektor UNJ Prof. Komarudin dalam sambutannya mengatakan Pak Tilaar adalah pemikir pendidikan yang idenya telah mengakar dari pancasila dan pemikir pendidikan dunia. Penghargaan dan prestasi dan nama besar turut serta mengangkat nama UNJ sebagai kampus pendidikan.

Ada tiga hal yang menjadi perhatian Prof. Komarudin yang dapat diteladani dari pemikiran Pak Tilaar. Pertama, pemikiran yang selalu ada kesinambungan dengan  generasi selanjutnya di UNJ ataupun di Indonesia. Kedua, agar pemikiran Prof Tilaar dapat terjaga relevansi dan kontekstualitasnya. Ketiga, terbangunnya pemikiran bermahzab pedagogik transformatif sebagai warisan penting.

“Ide-ide cemerlangnya dalam dunia pendidikan yang berpusat pada lokalitas,” ungkap Prof. Komarudin. 

Wulan Tilaar memberikan kesaksian terhadap pribadi ayahnya yang penuh kecintaan terhadap dunia pendidikan. Siapapun yang mengenal secara pribadi, bapak selalu datang dengan penuh kecintaan. Kemanapun pergi, ia selalu mencari toko buku. Gagasan-gagasannya pun banyak tertuang dalam buku-buku. Suatu ketika Wulan bertanya kepada sang ayah mengapa menulis buku,

“Buku itu akan tahan dari generasi ke generasi, buah pemikiran saya (Pak Tilaar) itu akan abadi, bisa digunakan terutama bagi Indonesia,” ungkap Wulan menceritakan sosok sang ayah. 

Pedagogi Transformatif

Tilaar telah memberikan sumbangan gagasan pendidikan berupa pedagogik transformatif sebagai jalan pemikiran pendidikan yang khas Indonesia. Tilaar banyak menelaah pelbagai teori pendidikan dunia lalu ditranslasikan ke alam pikiran Indonesia. 

Prof. Hendra Gunawan memberikan pemaparan bagaimana dunia digital telah mempengaruhi di segala lini kehidupan. Dalam dunia pendidikan menjamurnya bimbel menjadikan wajah pendidikan  di ranah daring atau internet didominasi persoalan bimbel. Seolah-olah pendidikan itu bimbel.

Sayangnya di Indonesia terutama dalam matematika hanya bercorak bimbel dan OSN yang menjamur dalam dunia maya. Prof Hendra pun membuat blog anakbertanya.com untuk bersaing konten dalam dunia maya. 

“Tugas kita mengisi dunia maya dengan konten seperti itu,” ungkap Prof Hendra. 

Menurut Edi Subkhan ada dua buku Tilaar yang memiliki gagasan penting dalam telaah Pedagogik Transformatif. Buku itu adalah Pedagogik Teoritis (2017) dan Perubahan Sosial dan Pendidikan Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia (2002).

Tilaar banyak membaca teori pendidikan dunia dan memformulasikannya dengan keadaan di Indonesia. Pendidikan pun dapat diartikan sebagai hal yang praksis. Yaitu Kesatuan antara teori dan praktik. Menurut amatan Edi, inilah yang khas hampir dari semua pemikiran Tilaar terkait dengan telaah pendidikan global. Tilaar juga banyak dipengaruhi oleh pemikiran Ki Hadjar Dewantara dan Mohamad Syafei  serta cerminan dari gagasan Pancasila.

“Elaborasi dengan kontekstual nilai dan tradisi budaya Indonesia dibaca secara kritis,” ungkap Edi Subkhan

Indra Gunawan memberikan pemaparan bagaimana perubahan radikal yang terjadi pada Tilaar. Tahun 80-an Tilaar mengatakan bahwa ilmu pendidikan telah mati. Pendidikan seolah-olah “hilang” hanya menjadi arkeologi. 

Sebab itu Tilaar terus menggaungkan dan menghidupkan kembali ilmu pendidikan. Tilaar juga mengkritik Ujian Nasional sebagai pendidikan yang pasif.  Ujian Nasional juga menihilkan pendidikan di daerah. Dalam amatan Indra, Tilaar juga telah memprediksi masa depan pendidikan yang akan sangat teknologis.

“Sekolah bukan lagi salah satu sumber akses pengetahuan,” ungkap Indra.

Home Tournament Tenis Sebagai Ajang Silaturahmi antar Dosen, Karyawan, dan Pensiunan UNJ

0

Pagi itu 28 Oktober bertepatan hari sumpah pemuda, para peserta mulai memasuki lapangan tenis. Home Tournament Piala Rektor menjadi ajang meingkatkan kebugaran dan pengingkat tali silaturahmi antar dosen, karyawan dan pensiunan

EDURANEWS, JAKARTA– Edura Sport mengadakan Home Tournament Tenis di lapanag tenis At-Taqwa, Rawamangun (10/28). Turnamen ini menjadi ajang silaturhami antar dosen, karyawan, dan pensiunan di lingkungan Universitas Negeri Jakarta. Turmanen ini juga sekaligus memperingati Hari Sumpah Pemuda.

“Program Home Tournament meningkatkan silaturahmi antar dosen, karyawan dan pensiunan serta untuk meningkatkan kebugaran,” ungkap Rektor UNJ Prof. Komarudin. 

Hendro Wardoyo Kaprodi S1 Pendidikan Kepelatihan Olahraga turut menjadi peserta tenis home tournament. Menurut Hendro, ajang ini menjadi penting sebagai bagian program kebugaran di masa covid 19 dengan mengikuti protokol kesehatan yang ada. 

Uded Darussalam juga berharap kegiatan keolahragaan ini terus berlanjut ada di lingkungan Universitas Negeri Jakarta. Syaiful sebagai pensiunan juga turut semangat mengikuti turnamen ini.

“Saya sebagai pensiunan mengucapkan terima kasih telah diundang untuk mengikuti ajang ini,” ungkap Syaiful yang juga telah meraih  juara 2 dalam turnamen ini. 

Edura Sport mengucapkan selamat kepada para pemenang Home Tournament ini :

Juara 1 : Uded Darussalam dan Sucipto

Juara 2 : Syaiful dan Endang

Juara 3 : Supardi dan Rato 

Anggaran Pendidikan di Era Tatanan Baru Fokus Pengembangan Digitalisasi Sekolah

0

EDURANEWS, JAKARTA – Era Normal Baru memberikan tantangan tersendiri bagi pendidikan nasional. Selain tantangan teknis dari aspek teknologi. Prosesnya pun memberikan sebuah paradigma baru. Hal ini dialami oleh seluruh stakeholder pendidikan. Semua itu harus ditopang dengan kebijakan anggaran yang dapat menopang keberlangsungan pendidikan pascapandemi Covid-19.

Ikatan Alumni Program Studi Manajemen Pendidikan (S3) Universitas Negeri Jakarta (IKA S3 MP UNJ) menyelenggarakan diskusi bertemakan “Menyelaraskan Kebijakan Anggaran Pendidikan di Era Tatanan Baru: Menuju Peningkatan Mutu Pendidikan Indonesia”. Diskusi ini diangkat sebagai respon bagaimana pendidikan Indonesia mempersiapkan tahun ajaran 2021. Tentunya dengan menitikberatkan pada pengalaman menghadapi kebijakan New Normal.

Pembicara dalam acara ini yaitu Anggota Komisi X DPR RI Dr. Ir. Hetifah Sjaifudian, M.P.P dan Anggota DPD RI Arniza Nilawati, S.E., M.M. Diskusi dilangsungkan melalui platform Zoom. Sementara publik dapat mengakses langsung acara ini juga dalam Youtube. Pelaksanaan dilakukan pada Sabutu, 24 Oktober 2020 pukul 08.00-11.00 WIB.

Ketua IKA S3 MP UNJ Prof. Dr. Henry Eryanto, MM dalam sambutannya mengatakan anggaran pendidikan sangat relevan dengan keberlanjutan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Kebijakan pendidikan yang berkaitan dengan anggaran harus menjadi komitmen pemerintah maupun DPR sesuai amanat pembukaan UUD 45 setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan

“UU No 20 2003 pasal 5 ayat 2 setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Pemerintah bertanggung jawab terhadap pendidikan yang bermutu bagi warga negara,. Pemenuhan 20% anggaran pendidikan dari total APBN murni untuk penyelenggaraan di luar gaji dan tunjangan guru,” tutur Henry.

Direktur Pascasarjana UNJ Prof. Dr. Nadiroh, M.Pd memulai sambutan dengan sebuah pertanyaan pilihan, apa yang harus didahulukan kualitas mengikuti anggaran, atau anggaran yang mengikuti kualitas? Nadiroh mengatakan keduanya harus berada pada frekuensi yang sama, kualitas pendidikan tentu membutuhkan anggaran, sementara anggaran pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan pendidikan yang berkualitas.

“Nadiroh berpendapat bahwa seharusnya ada prioritas untuk penggunaan anggaran tersebut. Terutama dalam memenuhi angka partisipasi pendidikan bagi seluruh rakyat. Jangan ada lagi anak yang putus sekolah karena kendala biaya,” ungkap Nadiroh dalam sambutannya.

Dr. Ir. Hetifah Sjaifudian, M.P.P berbicara tentang “Pengelolaan Anggaran di Era New Normal”. Ia mengatakan anggaran merupakan manifestasi dari tujuan pendidikan yang sudah diamanatkan oleh undang-undang. Pendidikan tentu saja menjadi prioritas dalam agenda negara ini Bahkan menjadi satu sektor yang satu-satunya disebut porsi dalam APBN sebanyak minimal 20% dari total. Artinya bila urgensinya dianggap penting, bisa saja lebih dari itu.

Ia menambahkan, saat ini, sebagian besar porsi anggaran pendidikan terserap mayoritas untuk transfer ke daerah, dan sebagian besar diantaranya digunakan untuk kesejahteraan pendidik. “Penganggaran di tahun 2021 dibuat sedemikian rupa mempertibangkan dampak akibat Covid-19 dengan program prioritas yang mendukung tatanan normal baru,” tutur Hetifah.

Program tersebut bernama digitalisasi sekolah dan media yang rencananya dianggarkan sebesar Rp2,01 triliun, a.l meliputi penguatan platform digital sebanyak Rp300 miliar, bahan belajar dan modal media pendidikan digital sebanyak Rp69,02 miliar, layanan terpadu Kemendikbud, Kehumasan, dan Media sebesar Rp209 miliar, dan penyediaan sarana pendidikan (APE dan TIK) sebesar 1,4 triliun yang tersebar dalam 16.844 sekolah.

Arniza Nilawati, S.E., M.M. berbicara tentang “Peluang institusi pendidikan dalam mengatasi keterbatasan anggaran dari pemerintah”. Problem utama, walaupun anggaran pendidikan dari tahun ke tahun terus meningkat. Meski begitu porsi anggaran pendidikan bila dibandingkan dengan negara tetangga masih terbilang kurang. DI samping itu, anggaran pendidikan juga tidak mencukupi. Maka diperlukan alternatif solusi pendanaan di luar APBN.

Dari internal, untuk bisa memaksimalkan anggara terbatas juga kita perlu melakukan efisiensi. Hal itu akan menjadi solusi internal agar dana lebih efektif. Dari eksternal, dapat menggali sumber daya pendanaan pendidikan dari masyarakat dan melakukan kerjasama yang saling menguntungkan antara lembaga pendidikan dan dunia usaha.

 Dari diskusi tersebut diharapkan publik mengetahui apa saja prioritas agenda yang akan dituju pada pelaksanaan pendidikan di tahun 2021.

Lokakarya Penyusunan Dokumen AQAS Tahap IV Pascasarjana UNJ, Progres Persiapan Semakin Positif

0

EDURANEWS, JAKARTA – Akreditasi sebuah lembaga pendidikan mutlak diperlukan sebagai ukuran kualitas. Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ) berupaya melakukan akreditasi tingkat internasional melalui lembaga akreditasi asal Jerman, The Agency for Quality Assurance through the Accreditataion of Study Programmes (AQAS).

AQAS merupakan salah satu agensi akreditasi independen dan profesional asal Jerman yang memiliki reputasi di dunia. Tujuan dari akreditasi tersebut bertujuan jangka panjang untuk membawa UNJ menjadi Worl Class University dengan visi “Menjadi pusat pembelajaran berbasis penelitian tingkat pascasarjana yang bereputasi di kawasan Asia”.

Dalam rangka itu, Pascasarjana UNJ menyelenggarakan Lokakarya Penyusunan Dokumen AQAS Tahap IV. Dalam lokakarya kali ini progres persiapan semakin positif. Sebelum acara ini berlangsung sudah terlebih dahulu dilangsungkan Lokakarya Penyusunan Dokumen AQAS mulai dari Sesi I s/d III. 

Agenda yang dibahas adalah kemajuan dan review self evaluation report (SER) per cluster. Acara berlangsung selama dua hari Rabu dan Kamis (13.00 s/d 16.00 WIB). Acara dilangsungkan secara offline (Ruang Rapat Lt. 5 Pascasarjana) dan online melalui aplikasi Zoom. Narasumber antara lain Prof. Dr. Nadiroh, M.Pd., Dr.rer.nat. Nandi, S.Pd., M.T.M.Sc., dan Dr. Faisal Madani, M. Sc. Ed.

Direktur Pasacasarjana Prof. Dr. Nadiroh, M.Pd. sangat mendorong persiapan ini dapat dijalankan dengan baik dengan bantuan reviewer. Ia menambahkan akreditasi AQAS diharapkan dapat menjadikan lulusan Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta akan diakui secara Nasional, Regional dan Internasional. 

“Semua prodi Magister dan Doktor memenuhi standar kualitas internasional dan standar akreditasi,” tutur Nadiroh.

Pascasarjana UNJ melakukan persiapan untuk akreditasi 18 Program studi yang ada (Teknologi Pendidikan S2 dan S3, Pendidikan Sejarah S2, Pendidikan Dasar S2 dan S3, Pendidikan Olahraga S2 dan S3, Pendidikan Bahasa S2, Linguistik Terapan S2, Ilmu Pendidikan Bahasa S3, Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup S2 dan S3, Manajemen Lingkungan S2, Penelitian dan Evaluasi Pendidikan S2 dan S3, Pendidikan Anak Usia Dini S2 dan S3, Manajemen Pendidikan S2 dan S3 serta Ilmu Manajemen S3).

Direktur Pascasarjana juga menegaskan bahwa manfaat dari akreditasi Internasional merupakan pengakuan terhadap lembaga pendidikan yang diberikan oleh badan yang berwenang sebagai hasil penilaian bahwa lembaga tersebut telah memenuhi syarat maupun kriteria mutu yang ditetapkan. 

“Akreditasi ini juga merupakan langkah dalam merespon kebijakan Kemendikbud terkait Kampus Merdeka dan Merdeka Belajar. Di mana salah satu indikatornya adalah tentang akreditasi Internasional,” tambah Nadiroh.

Pascasarjana bertekad menjadi institusi pendidikan tinggi yang juga bertanggung jawab dalam melakukan sinergi dengan berbagai pihak dalam pencapaian akselerasi pencapaian mewujudkan  tujuan  pendidikan berkualitas menuju Indonesia Maju 2045. 

Pascasarjana UNJ yang memiliki kapasitas dan kapabilitas yang memadai dalam membantu dalam memecahkan berbagai permasalan Pendidikan berkualitas di Indonesia.

BASRI YUSUF: Sport Science Dapat Diterapkan Sejak Anak Usia Dini

0

Sport Science dapat diterapkan sejak anak usia dini. Miskonsepi kepelatihan terutama dalam duplikasi latihan dewasa ke anak menjadikan program tidak tepat sasaran dan bersifat instan.

EDURANEWS, JAKARTA– Edura Sport UNJ mengadakan webinar Penerapan Sport Science Dalam Pengembangan Prestasi Atlet Bulutangkis (19/10). Webinar ini menghadirkan praktisi dan akademisi bulutangkis yakni Basri Yusuf dan Endang Darajat. Dalam sambutannya ketua Edura UNJ Prof Henry Eryanto menjelaskan Edura Sport UNJ menjadi wadah dalam pengembangan pendidikan dunia olahraga.

Sport Science menjadi pembicaraan dan topik yang banyak diobrolkan,” kata Prof Henry. Edura tertarik mendalami tema tersebut dengan mengundang para praktisi dan akademisi. 

Menurut Basri Yusuf dalam pemaparannya, Sport Science dalam dunia bulutangkis Indonesia sebetulnya sudah diterapkan namun belum tersusun dengan rapi.

“Seharusnya penerapannya sudah 10 tahun yang lalu,” kata Basri. 

Miskonsepsi

Ada filosofi yang kurang tepat dalam pembinaan atlet bulutangkis di Indonesia. Basri mengatakan ini karena adanya miskonsepsi dalam pembinaan atlet bulutangkis. Miskonsepsi ini terlihat dari pelbagai sisi, di antaranya adalah duplikasi penerapan pelatihan orang dewasa ke anak usia dini. 

Duplikasi latihan orang dewasa ini terjadi ketika kebanyakan pelatih mengadopsi pelatihan orang dewasa dan bersifat instan untuk mengejar prestasi. Menurut Basri, konsep pembinaan seperti ini kurang tepat. Akibatnya si anak dicekoki oleh persoalan taktik dan strategi di usia perkembangan mereka yang belum membutuhkan hal tersebut. 

Terlebih anak juga memperoleh latihan beban dengan alat yang tidak sesuai dengan tubuh mereka. Dalam usia emas ini pelatih diharapkan banyak membentuk keterampilan teknik dasar bermain dan pembentukan karakter. 

“Kompetisi haruslah menyenangkan untuk anak dan jangan terlalu banyak pressure,” kata Basri.

Jangka Panjang

Dalam Sport Science pembinaan jangka panjang sangat diperlukan dalam membentuk atlet dunia. Pembinaan jangka panjang ini diperlukan waktu 10 tahun. Mulai dari usia anak dini dalam tahap pengembangan teknik dasar, otomatisasi, mengikuti kompetisi, pembinaan di klub dan penajaman di pelatnas.

Serangkaian tes dilakukan mulai dari usia dini, masuk ke sekolah-sekolah dasar untuk mendeteksi bakat anak. Pelatih di setiap klub cabang olahraga juga dapat mengevaluasi setiap bakat yang dimiliki anak.

Pembinaan dan pengembangan di klub inilah menjadi poin penting dalam pembinaan jangka panjang. Menurut Basri di klub inilah para pelatih dapat melihat background anak, riwayat cedera, dan pengembangan teknik dasar. Program pemaksimalan anak usia dini juga menekankan kepada speed, endurance, strength, coordination, flexibility

Catatan menarik ketika banyak atlet di usia anak bisa bersinar namun semakin beranjak dewasa semakin redup dan menghilang. Fenomena ini tidak lepas dari pola pembinaan yang kurang tepat. 

“Metodologi pelatihan masih lemah, pola pertandingan masih lama, maunya instan dan berprestasi,” ungkap Basri. 

Endang Darajat memberikan catatan bagaimana atlet dapat mencapai Peak Performance. Peak Performance adalah kondisi terbaik atlet dapat memaksimalkan kemampuannya dalam pertandingan. Kondisi ini tidak lepas dari perencanaan pelatihan yang matang dan tidak instan.

Endang mengingatkan target dalam pertandingan bukan hanya juara tetapi juga tolak ukur bagaimana perkembangan seorang atlet. Sehingga pelatih dapat melihat dan merekomendasikan program latihan yang tepat bagi atlet ke depannya. 

“Dasarnya adalah kemampuan dasar individu atlet yang menjadi tolak ukur memberikan berat ringannya latihan,” ungkap Endang dalam diskusi. 

Recent Posts