Home Blog Page 42

Diaz Expo 2021 Digelar Semi Virtual, Semakin Spektakuler!

0

EDURANEWS, JAKARTA – Pendidikan Diniyyah Al-Azhar kembali menggelar Diaz Expo 2021 dengan tema “Take off Towards The World Class Institution 2025”. Tema tersebut diambil karena visi ke depan lembaga pendidikan yang berusia lebih dari 40 tahun ini.

Artinya, Pendidikan Diniyyah Al-Azhar sudah siap menghadapi perkembangan globalisasi untuk bersaing secara kualitas.

Direktur Pendidikan Diniyyah Al-Azhar Hafizh El Yusufi mengatakan kegiatan Diaz Expo 2021 bertujuan sebagai wadah apresiasi siswa/siswi dalam menyalurkan minat dan bakat.

Tim Kreatif Diaz Expo 2021 Sri Dewi Murniatie mengatakan acara ini juga merupakan ajang silaturahmi dari seluruh pihak mulai dari siswa, orang tua murid, warga sekitar, pemerintahan, guru, pengurus yayasan, dan alumni.

“Kegiatan ini juga menjadi ruang kreatif siswa dan guru untuk saling berkomunikasi dalam mewujudkan tujuan bersama. Siswa yang dilibatkan tentunya sesuai dengan bidang tergantung ekstrakulikuler yang diambilnya.”

Kegiatan tahun ini dilangsungkan secara kombinasi luring dan daring, dikarenakan Pandemi Covid-19. Meski secara virtual, festival yang rutin dilakukan setahun sekali ini tidak mengurangi esensi dan kemeriahan acara dari awal sampai selesai.

Acara ini dimeriahkan oleh 571 peserta yang berasal dari siswa/siswi Pendidikan Diniyyah Al-Azhar. Karena acara ini berlangsung di jam sekolah, siswa yang menjadi talent tetap melakukan pembelajaran. Setelah itu, pada jam istirahat mereka kemudian bersiap untuk memeriahkan acara.

Festival Talent Spectacular Art Show Diaz EXPO 2021 ini menampilkan paskibra, teknik army junior, tari grup asmaul husna, tari persembahan, paduan suara, pramuka, persembahan media santri, launching buku santri Kelas XII yang berjumlah 58 buku, launching Diaz Body Care, tapak suci, tari kreasi theme song man jadda wa wajada.

Harapan dari semua, semoga Diaz Expo di tahun yang akan datang lebih semangat dan kreatif lagi. DI setiap penampilan selalu religius, smart, dan kreatif.

Sehat Bugar Bersama Bambang Brodjonegoro (Bangbro)

0

EDURANEWS, JAKARTA – Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Profesor Komarudin melakukan pertandingan persahabatan (friendly match) badminton bersama Menteri Riset dan Teknologi Indonesia / Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Indonesia Bambang Brodjonegoro di GOR UNJ (28/02/2021).

Acara bertajuk “Sehat Bugar Bersama Bangbro” menyelenggarakan pertandingan dengan sistem tiga lawan tiga. Profesor Komarudin satu tim bersama Markis Kido (Medali Emas Olimpiade Beijing 2008), dan Arif Satria (Rektor IPB). Sementara itu, Bambang Brodjonegoro satu tim bersama Candra Wijaya (Medali Emas Olimpiade 2000) dan Mego Pinandito (Sekretaris Kemenristek).

Bambang Brodjonegoro yang akrab disapa Bangbro mengatakan acara tersebut merupakan cara untuk tetap sehat di kala Pandemi Covid-19. Tentunya dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Terbukti tadi sebelum bertanding semua dilakukan tes dengan GeNose buatan Universitas Gadjah Mada (UGM).

“Acara ini juga dapat memupuk solidaritas antar pimpinan perguruan tinggi dan jajaran kementerian. Saya harapkan dapat terus berjalan ke depan bisa pindah ke universitas lain bergiliran.”

Bambang juga berharap UNJ bisa menjadi pusat studi penelitian dan kajian olahraga yang konsisten melahirkan sumber daya yang mampu menjadi juara dunia. Karena selama ini banyak sekali atlet yang lahir berasal dari UNJ.

“Saya juga senang bermain dengan para pimpinan (perguruan tinggi), ternyata para rektor juga jago-jago. Saya juga merasa senang bisa mensosialisasikan permainan tiga lawan tiga ini. Cocok untuk usia di atas 40 tahun.”

Profesor Komarudin mengatakan pertandingan tersebut diinisiasi bersama baik dari kementerian maupun pimpinan universitas. Sebelumnya, Profesor Komarudin melakukan pertandingan persahabatan dengan Arif Satria. Dari sanalah muncul inisiatif untuk mengajak menteri bersama pimpinan perguruan tinggi lain.

“Tadi sempat terbersit dalam obrolan untuk membentuk konsorsium olahraga bersama antar perguruan tinggi.”

Profesor Komarudin mengatakan sempat mengalami penyesuaian bermain dengan sistem tiga lawan tiga. Karena biasa bermain dengan sistem double. Tapi dia merasa pergerakan lebih sedikit, sehingga lebih efisien.

Mantan Atlet Nasional Markis Kido menyatakan senang bermain dengan pak menteri dan para rektor. Pertandingan tersebut merupakan pengalaman berkesan baginya.

“Saya tidak menyangka ternyata mereka (para rektor) juga punya skill yang sangat mumpuni.”

Hadir dalam acara ini Rektor Universitas Tadulako Profesor Mahfudz, Rektor Universitas Negeri Makassar Profesor Husain Syam, Rektor Universitas Borneo Tarakan Profesor Adri Patton. Selain itu, beberapa wakil rektor juga turut hadir. Dari jajaran internal juga hadir para wakil rektor, pimpinan lembaga dan unit, serta dekan dari berbagai fakultas.

Besar harapan, dari berbagai pihak, dengan berlangsungnya acara ini ada kerjasama yang terjalin antar lembaga perguran tinggi. Juga dapat dilanjutkan dengan pertandingan berikutnya untuk membangun sportivitas dan silaturahim.

UNJ Mendapat Alokasi Vaksin Dosis Pertama untuk Tenaga Pendidik

0

EDURANEWS, JAKARTA – Presiden Joko Widodo menyaksikan pelaksanaan vaksinasi untuk guru, tenaga kependidikan, dan dosen di SMA Negeri 70, Bulungan, Jakarta Selatan, Rabu (24/2/2021).

Jokowi mengatakan, mulai Rabu tahapan vaksinasi untuk guru dan tenaga kependidikan telah dimulai.

“Hari ini vaksinasi untuk tenaga pendidik dan tenaga kependidikan telah dimulai,” ujar Jokowi selepas meninjau pelaksanaan vaksinasi di SMA 70 yang ditayangkan langsung di Sekretariat Presiden, Rabu.

Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mendapatkan alokasi 20 orang untuk di vaksinisasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Jokowi mengatakan guru menjadi prioritas karena nanti semester kedua pembelajaran tatap muka bisa mulai dilakukan, dan target pada bulan juni 5juta guru dan tenaga pendidik sudah selesai di vaksinisasi.

Rektor UNJ Komarudin enjelaskan bahwa sekitar 5 sampai 6 orang tidak bisa hadir karena ada beberapa orang pernah transfusi darah, ada juga yang kurang sehat dan sebagainya.

“Alhamdulillah saya tidak mengalami apa-apa setelah di vaksin, semua sehat dan aman, tidak ada efek negatif semuanya berjalan dengan baik,” tutur Komarudin

Prosedur vaksinisasi dosis pertama untuk tenaga pendidik dimulai dengan registrasi, kemudian mendapatkan nomor antrian dan duduk diluar ruangan untuk menunggu giliran vaksinisasi, sampai akhirnya diruang pasca vaksinisasi guna menunggu reaksi.

Adapun daftar nama yang mendapatkan jatah vaksinisasi dosis pertama, di antaranya: Komarudin, Abdul Sukur, Totok Bintoro, Ucu Cahyana, Muhammad Zid, Sofiah Hartati, Liliana Muliastuti, Ari Saptono, Adisyahputra, Johansyah Lubis, Dr. Yufiarti, Nadiroh, Dedi Purwana, Choirul Anwar, Hafid Abbas, Ahman Sya, I Made Putrawan, James A.P. Tangkudung, Suyitno, Zuriyati Kotto.

Kota Utrecht di Mata Adi Negoro, Kota Mahasiswa dan Pusat Peradaban

0

Tahun 1920-an Adi Negoro menuliskan semacam reportase perjalanan ketika melawat ke Belanda. Bagaimana pandangan Adi Negoro mengenai Kota Utrecht?

EDURANEWS, JAKARTA-  Amirudin Bagus Kahfi, anak muda kribo itu menjadi perbincangan hangat di media massa. Pemain sepak bola kelahiran Magelang 2002 itu kini bergabung dengan FC.Utrecht. Kemampuannya mengolah si kulit bundar, memiliki kreativitas dan teknik yang tinggi telah menerbangkannya ke Utrecht, Belanda. 

Utrecht bukanlah kota yang asing bagi Indonesia, di masa lalu kota ini adalah pelabuhan para mahasiswa, ahli hukum, jurnalis yang belajar mendalami ilmu.

Adi Negoro adalah salah satu jurnalis di masa lalu yang membuat reportase perjalanan dan diabadikan dalam bukunya ‘Melawat ke Barat’.  Bagi Adi Negoro, Utrecht adalah kota olahraga dan mahasiswa. Di masa lalu, orang-orang Indonesia mengenal Utrecht sebagai salah satu kota pusat peradaban.

Adinegoro ingat betul mengenai kota ini. 

Bagi Adi Negoro Belanda dan kota-kotanya termasuk Utrecht adalah negeri di atas angin.  Adi Negoro mengabarkan,

“Orang jang selama hidupnja ada di Indonesia atau di daerah jang tiada djauh letaknja dari chattulistiwa, suka mengetahui bagaimana perubahan alam di negeri di atas angin. Empat kali dalam setahun alam di sana berubah-ubah. Tidak sadja matahari melereng langit atau diubun-ubun kepala, tetapi perubahan itu njata pula pada pohon kaju dan bunga-bungaan,”  tulis Adi Negoro di buku “Melawat Ke Barat” (Balai Pustaka, 1950)

Keadaan Geografis kota Utrecht dengan musimnya digambarkan dengan baik oleh Adi Negoro. Utrecht adalah kota yang memperkenalkannya dengan ‘sport berdjalan’, sebutan bagi Adi Negoro mengenai kebiasaan untuk olahraga dengan berjalan. Adi Negoro membandingkan dengan olahraga berjalan seperti mendaki yang sering umum dilakukan oleh Orang Indonesia karena memiliki banyak pegunungan.  

Universitas Utrecht

Menurut Adi Negoro, Utrecht adalah kota yang pertama kali memikirkan mengenai konsep sekolah tinggi di Belanda. Tahun 1470 di Utrecht diadakanlah sebuah Komisi untuk membicarakan mengenai akan didirikannya universitas. Namun perselisihan menyebabkan mengurungkan niat itu, hingga kota Leiden yang pertama kali didirikan Universitas. 

Kala itu Adi Negoro mendatangi Universitas Utrecht, 

“Di muka Universiteit itu sebelah kiri terdiri patung Graaf jan van Nassau. Graaf Jan van Nassau ialah saudara Prins Willem I. Kedua saudara itu bekerdja bersama-sama memerdekan ytanah Belanda dari pemerintahan orang asing (Sepanjol). Jan van Nasssau itulah jang amat keras mendjalankan politik persatuan, hingga pada 23 Januari 1579 terdjadilah Unie van Utrecht, persatuan dari 7 buah provinsi,” tulis Adi Negoro menggambarkan sekilas mengenai sejarah sosial politik Utrecht. 

Adi Negoro menuliskan cerita mengenai universitas Utrecht dengan sangat detail. Membaca karangannya seperti diajak untuk berjalan-jalan mengelilingi Universitas Utrecht. Kala itu ia menggambarkan gedung, lorong, aula, menara-menara. 

“Kalau kita masuk,” tulis Adi Negoro, “kelihatan di atas pintu gerbangnja tertulis sebuah sjair dengan bahasa Latin, maknanja: Segala matjam sinar mendjadikan tjahaja matahari. sedemikianlah segala ilmu pengetahuan  menimbulkan satu thajaya jang terang,” tulisnya. 

Melihat-lihat gedung telah membuatnya kagum dengan pengajaran di Universitas Utrecht. Adi Negoro kagum  mengenai cabang ilmu pengetahuan seperti botani dan zoologi. Bagi Adi Negoro, kebun tanaman yang ada di universitas itu menjadi bagian pengembangan ilmu pengetahuan yang penting.

“Dalam kebun itu banjak tanaman-tanaman jang aneh-aneh. Gunanja di tanam di sana, supaja student-student dapat memperhatikan keadaan segala jang dipelajarinja,” tulis Adi Negoro yang juga terheran-heran dengan Gingko Bilobalah dari Jepang. 

Di dekat kebun itu pula ada Botanisch Laboratorium sebuah gedung yanag digunakan untuk penelitian tanaman.

Selain itu setiap profesor memiliki ruangan pribadi yang setiap ukiran nama di ruangan itu memusingkan kepala pembaca termasuk Adinegoro.

Mengenal Komisi Pendidikan Perkumpulan Oost en West; Mengurusi Bimbingan Belajar Sampai Asrama

0

Bagaimana anak-anak muda Hindia mampu sekolah di Belanda?

EDURANEWS, JAKARTA-  Di awal abad 19, ketika politik etis menggema pendidikan mendapatkan perhatian.  Kala itu, pendidikan tinggi yang layak hanya dimilki kaum bangsawan. Mereka mampu pergi ke Belanda karena mendapatkan keistimewaan sebagai anak bangsawan. 

Tak hanya dari kalangan ningrat, beberapa mahasiswa yang pergi ke Belanda saat itu juga dari kalangan orang biasa. Mereka adalah anak-anak cerdik pandai yang direkomendasikan untuk mendapatkan  pendidikan tinggi. Mereka mampu pergi ke Belanda karena mampu memanfaatkan dana pendidikan yang ada saat itu.  

Tujuan awal pendidikan di zaman politik etis adalah menjadikan mereka juru kerja di pelbagai bidang; guru, dokter, ahli hukum untuk kepentingan di tanah jajahan. Walaupun pada akhirnya banyak dari mereka berubah haluan. Kelak politik balas budi itu mengubah mereka menjadi pemimpin pergerakan terkemuka di Hindia. 

Tan Malaka seorang cerdik pandai dari Suliki ini adalah salah satu mahasiswa yang mendapatkan semacam dana pendidikan untuk melanjutkan sekolah di Belanda. Atas usul dari Tuan Horensma, gurunya, Tan Malaka berangkat ke negeri Belanda. Tan Malaka memberikan catatan dalam biografinya bahwa ia pun berangkat ke sana karena adanya engkufonds, yakni semacam bantuan dana pendidikan dari para Engku di Suliki kampung halamanya itu.

“..Maka didirikanlah engkufonds yang disokong para Engku di Suliki buat mengumpulkan 50 rupiah setiap bulan, untuk membantu saya di negeri Belanda,” tulis Tan Malaka.

Dalam amatan Harry Poeze mahasiswa seperti Tan Malaka mampu pergi ke Belanda karena memanfaatkan dana-dana pendidikan yang ada.

“Tan Malaka dan mahasiswa Indonesia lain di masa berlangsungnya Perang Dunia Pertama jumlahnya sekitar lima puluh orang; jumlah itu relatif stabil, dan mereka beruntung dapat memanfaatkan dana-dana pendidikan yang ada waktu itu,” tulis Poeze dalam buku “Di Negeri Penjajah; Orang Indonesia di Negeri Belanda 1660-1950”

Poeze juga menulis kan pelbagai dana-dana pendidikan yang ada saat itu seperti Nederlandsch-Indisch Onderwijs-en Studiekas (Kas Pendidikan dan Pengajaran Hindia-Belanda), Max Havelaarfonds (Dana Max Havelaar), Julianafonds (Dana Juliana) dan Tjandistichting (Yayasan Candi).  

Dana-dana pendidikan itu diwakili dalam Komisi Pendidikan perkumpulan Oost en West sejak 1916. Di mana memiliki tujuan dalam memperhatikan kepentingan para mahasiswa dari Hindia. 

Komisi itu sendiri adalah badan yang dibentuk oleh jenderal Van Heutsz atas dukungan para politisi, pejabat dan pengusaha. 

Meskipun komisi itu tidak memiliki dana pendidikan yang berlimpah, kiprahnya menjadi penghubung yang dapat memudahkan  para mahasiswa  dalam mengakses pelbagai keterampilan dan pendidikan tanpa memandang identitas kebangsaan. Komisi ini juga menjadi tempat informasi dalam mengatur keuangan untuk pendidikan.

Seiring waktu, Komisi Pendidikan itu memberikan saran kepada dana pendidikan yang ada untuk dapat memberikan bimbingan kepada mahasiswa berupa nasihat-nasihat. Namun saran itu tidak berjalan dengan baik karena adanya miskonsepsi mengenai peran penasihat dan upaya komunikasi yang akan diusahakannya. 

Pelbagai bimbingan pendidikan dilakukan agar para mahasiswa dari Hindia ini dapat mengurai masalah yang terjadi selama di Belanda mulai dari pelajaran, bahasa, budaya, serta juga pengaturan bagaimana sebaiknya para mahasiswa tinggal, apakah mereka harus diawasi dalam asrama?

Asrama

Tahun 1917 terbentuklah sebuah sub komite yang diketuai Dr Hazeu yang dibentuk atas desakan Pangeran Ario Koesoemodiningrat. Ia jugalah yang mengusulkan adanya asrama bagi para mahasiswa dari Hindia. Namun usulnya ditolak secara teknis dan prinsipil. 

Penolakan itu dikarenakan ketidakmungkinan untuk mencari pribumi yang tepat untuk dijadikan pemimpin asrama. Juga dikarenakan beragamnya para mahasiswa  dalam mengambil bidang pendidikan, sehingga tidak mungkin hanya selesai hanya dengan membangun satu asrama. 

Secara kehidupan sehari-hari, banyaknya para mahasiswa yang bergaul dengan sesamanya, padahal pergaulan atau persinggungan dengan anak-anak muda Belanda diharapkan mampu menambah memajukan pengetahuan para mahasiswa hindia.

Jalan keluar yang direkomendasikan Komite adalah menempatkan para mahasiswa di rumah orang-orang Belanda.  

Komisi berpendapat, “ditumpangkan pada keluarga yang dipilih khusus untuk itu, di mana mereka dengan cara yang bijaksana dapat dibimbing memasuki pergaulan yang beradab,” tulis Poeze. 

Penempatan di rumah-rumah orang Belanda itu menjadi semacam pengawasan para mahasiswa selama mereka selama berada di Belanda. 

Residen GJ. Oudemans mulai mengawasi secara resmi di tahun 1916. Menteri Daerah Jajahan itu memulai kegiatannya untuk mengawasi para mahasiswa Hindia yang pergi ke Belanda. Di awal kegiatannya, Oudemans terlalu sibuk untuk dapat mengawasi keadaan mahasiswa yang banyak mendapatkan masalah dalam tujuan pendidikan, pembelajaran, melarnya masa pembelajaran.

Mahasiswa yang tinggal di asrama diawasi dengan pendekatan militer. Seringkali ini menjadi masalah hingga menyebabkan putusnya dana pendidikan dengan para mahasiswa pribumi. Seperti yang terjadi dengan Tan Malaka yang berdebat tentang masalah politik dengan pengawas. 

Sekolah Penggerak : Kuncinya Kolaborasi Seluruh Elemen Sekolah

0
Education, graduation, awarding concept. Awarding successful graduate students in school or college with diplomas. Young graduates of the university received bachelors degrees. Simple flat vector.

EDURANEWS, JAKARTA- Program Sekolah Penggerak diluncurkan Mendikbud Nadiem Makarim. Bagi Nadiem, Sekolah Penggerak akan menjadi jalan akseleratif dalam terciptanya ekosistem pendidikan yang sesuai dengan visi pendidikan Indonesia dalam mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat mandiri dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar pancasila. 

Program sekolah penggerak berfokus pada terciptanya pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang mencangkup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter, diawali dengan SDM yang unggul (kepala sekolah dan guru).

Kepala sekolah dan Guru dianggap menjadi motor dalam menumbuhkan kompetensi dan karakter yang dapat dikembangkan. Nadiem juga mengingatkan ekosistem sekolah yang baik bukan untuk menumbuhkan kompetensi, namun menumbuhkan kolaborasi.

Kuncinya Kolaborasi

Kolaborasi inilah yang dapat menumbuhkan ekosistem sekolah yang sehat dalam artian pengetahuan, inovasi dapat ditumbuhkan bersama. Diperlukan kolaborasi antar seluruh elemen warga sekolah mulai dari kepala sekolah, guru, murid, dan orang tua.

Di kelas, pengetahuan harus dipahami tidak lagi tunggal ada di guru tetapi ada juga di semua murid. Di sinilah kolaborasi antar guru dan murid. Kolaborasi juga dapat memperkaya sumber belajar antar guru dan murid. Apalagi di zaman digital, murid berlari begitu kencang dengan pencerapan ilmu pengetahuan dari mana saja ; youtube, line, twitter, ataupun tik-tok.

Kolaborasi tercipta dari murid yang mememiliki pengertian dalam memahami medsos (dalam arti digunakan untuk kegiatan belajar/mengajar) saling menciptakan pengetahuan dengan saling berbagi pengalaman belajar yang mungkin saja itu bisa menghindari pelajaran yang itu-itu saja,membosankan dan terkesan teks books.  

Selain itu, perlu adanya pemutusan kuasa hirarkis antara kepala sekolah dan guru. Hubungan kuasa yang timpang antar kepala sekolah dan guru menyebabkan mandeknya sekolah dalam menciptakan ekosistem sekolah yang baik. Perlu adanya hubungan yang setara antara kepala sekolah dan guru dalam menciptakan program-program sekolah yang menunjang pembelajaran yang turut aktif menciptakan ekosistem belajar yang mandiri dan relevan.

Nilai Kolaborasi

Kita sadari kolaborasi akan mempercepat penyebaran pengetahuan yang menarik, dapat dipelajari oleh siapapun yang menjadi kawan belajar. Kolaborasi memiliki semangat dalam menumbuhkan belajar mengenai apa saja. 

Di antara guru muda dan senior juga diperlukan kolaborasi diantara keduanya. Untuk menghindari gap pengetahuan bagiamana menggunakan perangkat belajar yang berbasis teknologi misalnya.

Di level siswa, kolaborasi dapat ditumbuhkan dalam kelompok belajar. Di dalam kelompok belajar inilah kemampuan siswa dalam berbagi pengetahuan. Guru harus menekankan nilai yang ditumbuhkan bukan untuk mendapatkan nilai pelajaran semata tapi bagaimana ruang belajar dalam kelompok belajar ini dimanfaatkan untuk menumbuhkan secara aktif nilai saling silang berbagi pengetahuan dan menumbuhkan sikap critical thinking

Kolaborasi juga memang dapat ditumbuhkan dalam level kompetisi. Biasanya kolaborasi antar siswa terjadi dalam level kompetisi. Misalnya siswa mengikuti perlombaan penelitian karya ilmiah. Kompetisi ini harus dipahami bukan untuk menentukan menang dan kalah, tetapi wahana di mana siswa belajar berorganisasi; memahami dan menghargai pendapat teman-temannya, belajar mengurai masalah dengan pemikiran yang inovatif, pematangan ide dengan juri dan mentor.

Dalam hal inilah kompetisi dipahami sebagai menumbuhkan nilai-nilai kolaborasi yang ditumbuhkan adalah bagaimana membentuk ekosistem belajar yang baik antar murid.

Dalam hal ini pemupukan nilai-nilai itu bisa dimulai dari kelompok belajar sehari-hari dalam mata pelajaran apapun. Karakter yang ditumbuhkan dari nilai-nilai saling berbagi pengetahuan dalam diskusi, pemecahan masalah hingga menimbulkan pemikiran kritis.  Jika nilai-nilai itu sudah tumbuh dalam diri sekolah, maka dengan sendirinya sekolah akan menjadi penggerak ekosistem sekolah yang mumpuni, inovatif, dan tentunya demokratis.

Abdul Rivai ; Majalah, Pendidikan dan Hindia

0

Bagaimana Abdul Rivai menerangkan keadaan pendidikan dan pengajaran di Hindia ?

EDURANEWS, JAKARTA-  Abdul Rivai dilahirkan di Palembayan, Agam, Sumatera Barat tahun 1871. Orang-orang mengenal Abdul Rivai sebagai dokter dan wartawan. Setelah lulus dari sekolah kedokteran Stovia, ia sempat menjadi seorang dokter pemerintahan di Deli. 

Waktu ke waktu Abdul Rivai mampu mengumpulkan uang untuk berangkat ke Belanda untuk melanjutkan sekolah di tahun 1899. Dari hidupnya itu, Abdul Rivai tak jauh dari kegiatan jurnalistiknya, mengurusi koran dan majalah, kursus bahasa dan mengirimkan artikel-artikel kontroversial.

Kemauannya untuk kursus bahasa-bahasa asing telah membentuknya menjadi seorang mahasiswa yang mampu menulis dalam bahasa asing. Ia pun kembali mengasah kemampuan jurnalistiknya, mengirimkan artikel ke koran-koran, dan mendirikan majalah sendiri seperti Pewarta Wolanda yang sudah diniatkannya di tahun 1898.

Koran dan majalah adalah media ampuh yang mampu menarik minat orang-orang di Hindia untuk belajar di Belanda.

Artikel-artikel di koran dan majalah mengenai penggambaran negeri Belanda telah banyak menarik minat para anak-anak muda di Hindia untuk berbondong-bondong menjadi mahasiswa. Di awal-awal tahun meledaknya orang-orang dari Hindia untuk belajar ke Belanda waktu itu memang masih di dominasi dari kaum ningrat.

Menjadi Guru

Selama di Belanda, selain mengurus majalah dan koran-koran, Abdul Rivai juga menjadi guru dan mengajar bahasa Melayu pada kursus bahasa Berlitz. Abdul Rivai juga memperkenalkan dan menerjemahkan salah satu roman karangan sastrawan naturalis Emilie Zola dalam bahasa Melayu. 

Tujuannya menulis dan menerbitkan majalah-majalah tak lain untuk mendekatkan Hindia dengan tuannya (Belanda). Majalah-majalah yang diterbitkannya sempat serat pembaca. Meskipun begitu Abdul Rivai merasa majalah-majalah yang diterbitkannya sampai kepada tujuaannya yakni menyebarkan pengetahuan tentang negeri Belanda.  

Meskipun artikel-artikel yang ditulisnya banyak dikutip oleh pers Melayu di Indonesia, Abdul Rivai tidak mendapatkan bayaran, ia pun sulit untuk menghidupkan majalah Pewarta Wolanda yang mengandalkan penghidupan dari satu redaksi yang terkadang satu orang merangkap jabatan.  Pun para pembacanya di Hindia yang jauh nun di sana tak tertib membayar. Abdul Rivai pun  terpaksa menutup majalah Pewarta Wolanda tahun 1901 yang sudah mendengung di Hindia selama tiga tahun. 

Pengajaran dan Pendidikan bagi Hindia

Abdul Rivai memang termasuk penulis dan pemikir yang cemerlang, mampu menggambarkan keadaan sosial dan pendidikan di Hindia.

Kala itu, tulisan-tulisan Rivai banyak tertuang dalam koran-koran Belanda.  Rivai banyak menggambarkan keadaan Hindia waktu itu. Salah satu seri dari empat artikel berjudul,“Kepercayaan orang Pribumi di Hindia” yang ditulisnya banyak menimbulkan kontroversi. Namun inti argumen dari Rivai adalah bahwa pengajaranlah yang dapat mengantarkan rakyat ke arah kemajuan, bukan agama Islam atau Kristen.

Menurut Rivai, buku-buku pelajaran yang menggugah dan bermanfaat serta bersifat pengajaran yang diperlukan  untuk “mendorong orang pribumi berpikir dan memperhatikan”. Tentunya buku-buku itu ditulis berdasarkan bahasa sehari-hari orang pribumi.   

Suatu ketika, Abdul Rivai menulis  sebuah artikel “Demoralisasi orang Jawa”. Rivai menggambarkan orang-orang Jawa yang waktu itu seperti sengaja untuk tidak dilatih dan diberi pengetahuan seperti orang-orang Belanda.

Keadaan bencana kelaparan yang terjadi di Hindia itulah yang menjadi bahan yang digunakan Abdul Rivai menulis artikel-artikel sekaligus menjadi kritik tajam mengenai keadaaan yang berbanding terbalik dengan negeri Tuannya.

Putra Nababan berikan UKT Bagi Mahasiswa UNJ

0

EDURANEWS, JAKARTA – Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menerima Kunjungan Anggota Komisi X DPR Dalam Rangka Acara Serah Terima Simbolis Bantuan UKT dan KIP Kuliah Jalur Aspirasi Masyarakat. Acara diadakan di Aula Latief Hendraningrat, Gedung Dewi Sartika Kampus A UNJ pada tanggal 6 Februari 2021.

Acara dihadiri oleh Rektor UNJ Prof. Dr. Komarudin, M.Si, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Dr. Abdul Sukur, S Pd, M.Si dan Putra Nababan selaku perwakilan dari komisi X DPR RI

Acara dimulai dengan pembacaan doa dipimpin oleh Bazuri Fadillah Amin, M.Pd, kemudian dilanjut dengan pelaporan pelaksanaan kegiatan oleh Dr. Abdul Sukur, S Pd, M.Si. Ia melaporkan di UNJ saat ini menerima bantuan uang kuliah tunggal (UKT) sebanyak 2546 penerima UKT dan 883 penerima KIP kuliah pada semester 113 pada tahun 2020/2021,

Sebagai laporan dalam program kesejahteraan mahasiswa UNJ pada tahun 2020, jumlah penerima beasiswa baik yang diberikan oleh lembaga pemerintah, perusahaan atau yayasan kurang lebih 31% dari jumlah total mahasiswa UNJ, dan ada sebanyak 17.202 mahasiswa berdomisili di Provinsi DKI Jakarta dan diantaranya terdapat 8633 yang berdomisili di Jakarta Timur.

“Bertepatan Juga hari ini terdapat Kunjungan Bapak Putra Nababan perwakilan dari Komisi X DPR RI yang hari memberikan bantuan beasiswa kepada perwakilan mahasiswa yang berdomisili di Jakarta Timur, sebanyak 13 orang perwakilan penerima beasiswa UKT dan 13 orang juga sebagai perwakilan penerima beasiswa KIP, untuk itu saya ucapkan terimakasih,” Sambungnya dalam penyampaian laporan.

“semoga bantuan ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh mahasiswa, sehingga menghasilkan prestasi akademik maupun non akademik bagi UNJ, seperti pada pada tahun 2020 UNJ berada pada peringkat 8 besar nasional dan atas banyaknya prestasi yang dihasilkan mahasiswa tepatnya pada tanggal 2 februari 2021 UNJ mengalami peralihan akreditasi menjadi akreditasi Unggul,” ucapnya dalam penutup laporan yang disampaikan

Rektor UNJ Prof. Dr. Komarudin, M.Si, dalam pidatonya mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya dan mengapresiasi apa yang sudah Bapak Putra Nababan berikan untuk Mahasiswa UNJ yang berdomisili di Jakarta Timur.

Rektor UNJ juga berpesan kepada mahasiswa yang hadir menerima beasiswa “berfokuslah terhadap pikiran anda untuk meningkatkan kompetensi dan bakat yang ada miliki karena setelah lulus perusahaan yang akan mengejar kalian, bukan sebaliknya.”

Acara selanjutnya ialah sambutan dari Bapak Putra Nababan, ia mengatakan “UKT ialah hasil dari perjuangan mahasiswa, karena disaat sekarang kebanyakan orang tua terkena dampak dari pandemi ini, untuk itu saya mencoba mendengar keluhan para mahasiswa,”

“dibantu itu juga harus dengan tanggung jawab, repotnya dibantu itu tanggung jawab terhadap nilai. Jangan sampai kita lulus dengan IPK dibawah 3, karena itu mungkin kita akan susah untuk berkompetensi, tugas kalian hanya 1 yaitu menyelesaikan kuliah dengan sebaik mungkin. Jangan lupa juga asah minat dan bakat kalian di program studi yang kalian pilih dan menganalisisnya dengan SWOT,” tutur Putra Nababan dalam sambutannya.

UNJ Peduli Salurkan Bantuan Sosial Kepada Warga Terdampak Banjir Indramayu

0

EDURANEWS, JAKARTA – Universitas Negeri Jakarta melalui Satuan Pelaksana (Satlak) UNJ Peduli menyalurkan bantuan sosial kepada warga terdampak banjir di Indramayu, Jawa Barat (13/2).

Satlak UNJ Peduli menyalurkan 87 Dus yang terdiri dari makanan dan susu, peralatan kebersihan, pakaian dalam, serta alat perlindungan diri (APD) di empat kecamatan di Indramayu, yaitu Kecamatan Kertasemaya, Cikedung, Losarang, dan Eretan.

Bantuan diberikan langsung oleh Rektor UNJ, Prof. Komarudin, M.Si., dan diterima oleh Kepala Camat Kertasemaya, Ade Sukma Wibowo, dan Camat Cikedung Drs. Hendhy Yohendi. Sedangkan di Kecamatan Losarang dan Eretan diserahkan dan disalurkan oleh volunteer Mahasiswa Indramayu (Mahindra).

Prof. Komarudin, mengatakan bahwa UNJ merasa terpanggil untuk ikut serta meringankan korban banjir yang menimpa Indramayu, “kami niat datang untuk silaturahmi, juga memberi bantuan kemanusiaan atas korban terdampak banjir di Indramayu, semoga dapat meringankan kebutuhan-kebutuhan korban banjir yang belum terpenuhi” kata Komarudin.

Camat Kertasemaya mengucapkan terima kasih kepada tim UNJ atas bantuan yang diberikan, “masih banyak warga yang membutuhkan bantuan untuk alat kebersihan, jadi semoga bantuan ini dapat meringankan korban banjir” ucap Ade.

Sama seperti Ade, Camat Cikedung juga berterima kasih atas pemberian bantuan dari UNJ. Hendhy mengaku salut kepada volunteer mahasiswa yang datang jauh-jauh dari Jakarta ke Cikedung. “Kami tidak menyangka akan kedatangan tim UNJ yang dipimpin oleh Rektornya langsung, tentunya bantuan ini akan disalurkan kepada masyarakat terdampak banjir di Cikedung” kata Hendhy.

Hendhy juga berharap agar UNJ dan Cikedung dapat menjalin komunikasi yang intensif dan dapat mengirimkan tenaga ahli untuk menggali potensi-potensi yang ada di Cikedung. “Cikedung termasuk daerah dengan klaster pangan dan agriwisata terbaik nasional, kedepan kami juga akan mengembangkan sektor peternakan dan perkebunan. Untuk itu, kami mengajak tenaga ahli dari UNJ untuk datang dan mengembangkan potensi yang ada di Cikedung” jelas Hendhy.

Smash!! Pertandingan Persahabatan UNJ-IPB Momentum Jalin Kerjasama

0

EDURANEWS, JAKARTA- Di Gelanggang Olahraga (GOR) UNJ, Rektor IPB University Prof. Arif Satria menjalani pertandingan persahabatan  bersama Rektor UNJ Prof. Komarudin (14/2). Kedua Rektor yang memiliki pasion bulutangkis itu berpasangan melawan pasangan Candra Wijaya dan Prof.Yoni. Pertandingan persahabatan menjadi momentum silaturahmi yang baik antar kedua perguruan tinggi. 

Komunikasi antar kampus untuk melaksanakan pertandingan persahabatan sebetulnya sudah terjalin sejak Prof.Yoni main ke GOR UNJ tiga tahun lalu. Pertandingan pun terlaksana dengan Protokol kesehatan ketat. 

Prof. Komarudin berharap dengan adanya pertandingan persahabatan ini menjadi momentum kedepannya  UNJ untuk kerjasama belajar di bidang penelitian dari IPB University yang sudah sangat mapan dalam penelitian.

“Kerjasama yang akan kami lakukan terutama dalam pengembangan akademik, kurikulum, laboratorium pembelajaran dan riset,” jelas Prof. Komarudin. 

Prof. Arif Satria sangat senang bisa melakukan pertandingan persahabatan bersama Prof. Komarudin. Sinergitas akan terjalin antar perguruan tinggi ini terutama dalam penelitian pendidikan dan penelitian. 

“Dalam bidang riset sangat besar apalagi sport sains diperlukan kemampuan statistik yang kuat, kalau bisa kita (IPB University) mensuport perkembangan sport sains,” ungkap Prof. Arif Satria yang mengkonfirmasi akan banyak kerjasama dalam bidang penelitian yang perlu direalisasikan antar perguruan tinggi.

Candra Wijaya peraih medali Olimpiade 2000 Sydney ikut memeriahkan pertandingan persahabatan ini. Kedatangan Candra Wijaya memotivasi gairah bulutangkis di kampus UNJ.

Pengalaman-pengalaman prestasi dapat dibagikan menjadi bagian memunculkan gairah bulutangkis nasional. Menurut Candra Wijaya olahraga prestasi  tidak bisa serta merta dapat tercipta begitu saja. Diperlukan bidang khusus pembinaan. Sinergitas kampus UNJ sebagai kampus kebanggan Indonesia di dalam olahraga dapat menciptakan pembinaaan itu teurtama dalam dukungan penelitian sport sains.  

Candra Wijaya memberikan  tips untuk para atlet mahasiswa untuk menjadi atlet profesional. Terutama dalam menumbuhkan kemauan untuk terus belajar dan menciptakan kematangan mental juara

“Teori, praktik dan sinergi pola pikir sportivitas menjadi motto dalam pembinaan mental juara,” ungkap Candra Wijaya.

Candra Wijaya sangat mengapresiasi permainan bulutangkis Prof. Komarudin. Bagi Candra, menjadi kebanggan dan kehormatan bisa bermain bersama Prof Komarudin.

“Teknik dan pukulannya sangat bagus dalam kapasitasnya sebagai rektor, terlihat Beliau sangat mencintai olahraga khususnya dalam bulutangkis,” ucap Candra Wijaya.

Recent Posts