Home Blog Page 3

Pesona Otentisitas: Menikmati Eksotisme Seniman di Panggung Maestro

0

Kesenian tradisional Indonesia adalah sebuah warisan budaya yang tidak ternilai harganya. Di tengah arus globalisasi yang kian deras, menjaga dan melestarikan kesenian tradisional menjadi sebuah tanggung jawab yang tidak bisa diabaikan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memastikan kelangsungan warisan budaya ini adalah dengan mengadakan pertunjukan-pertunjukan yang menampilkan maestro-maestro seni tradisional yang telah mendedikasikan hidup mereka untuk mempertahankan dan mengembangkan kesenian tersebut. Salah satu acara yang berhasil menampilkan kekayaan budaya dan seni tradisional Indonesia adalah Panggung Maestro, yang baru saja diselenggarakan dengan sukses pada malam kemarin.

Pertunjukan Panggung Maestro tadi malam memancarkan pesona otentisitas yang luar biasa, menghadirkan para maestro seni pertunjukan dari Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur. Acara ini tidak hanya menjadi sebuah tontonan, tetapi juga sebuah pengalaman mendalam yang membawa penonton menyelami kekayaan kultural dan spiritual dari tradisi yang dibawa oleh para maestro. Keaslian dan originalitas yang ditampilkan oleh para seniman ini menciptakan daya pikat yang luar biasa, memberikan sebuah eksotisme yang sulit untuk dilupakan.

Dean MacCannell, dalam kajian mengenai otentisitas menjelaskan bahwa otentisitas adalah pencarian akan pengalaman yang nyata dan tidak tersentuh oleh pengaruh luar yang dapat mengubah esensinya. Dalam konteks Panggung Maestro, otentisitas ini tercermin dari cara para maestro mempertunjukkan seni tradisional mereka dalam bentuk yang paling asli. Setiap gerakan dan ekspresi yang ditampilkan adalah hasil dari praktik budaya yang telah dijaga dan dilestarikan selama bertahun-tahun, memberikan penonton sebuah pengalaman yang benar-benar otentik dan mendalam. Sementara itu Clifford Geertz menjelaskan bahwa otentisitas dalam budaya tidak hanya ditemukan dalam praktik-praktik yang terlihat, tetapi juga dalam makna-makna simbolis yang mendasarinya. Dalam konteks Panggung Maestro, otentisitas ini tercermin dari cara para maestro mempertunjukkan seni tradisional mereka dengan makna-makna simbolis yang kaya dan mendalam. Setiap gerakan tari dan lagu yang dipertunjukkan tidak hanya menjadi hiburan visual, tetapi juga sarana untuk menyampaikan cerita dan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi, memberikan penonton sebuah pengalaman budaya yang autentik.

Di sisi lain, konsep eksotisme yang dibahas oleh Edward Said dalam karyanya tentang Orientalisme memberikan perspektif tentang bagaimana budaya-budaya yang berbeda seringkali dilihat sebagai sesuatu yang eksotis dan menarik. Eksotisme ini bukan hanya tentang melihat sesuatu yang berbeda, tetapi juga tentang bagaimana perbedaan tersebut dipersepsikan dan dihargai. Dalam Panggung Maestro, eksotisme dari seni pertunjukan tradisional Indonesia membawa daya tarik tersendiri, menarik perhatian penonton dengan keindahan dan keunikan yang tidak biasa mereka temui dalam kehidupan sehari-hari.

Di Panggung Maestro, penonton disuguhkan dengan penampilan yang sarat akan nilai-nilai tradisi dan keindahan budaya. Dari Tari Topeng Malangan yang dibawakan oleh Mbah Sumber, yang meski telah berusia 94 tahun masih mampu menampilkan gerakan yang penuh makna dan simbolisme, hingga Gandrung Banyuwangi yang dibawakan oleh Temu, yang menari dengan begitu anggun dan penuh perasaan. Setiap tarian yang dipertunjukkan tidak hanya menyampaikan keindahan gerak, tetapi juga membawa pesan-pesan filosofis yang mendalam, menjadikan setiap penampilan sebagai sebuah pelajaran tentang kehidupan dan kebijaksanaan.

Keunikan dari Panggung Maestro adalah kemampuan acara ini untuk menampilkan para seniman dalam keaslian mereka. Tidak ada upaya untuk memodernisasi atau mengubah bentuk asli dari kesenian yang ditampilkan. Sebaliknya, acara ini justru menonjolkan keotentikan dari setiap bentuk seni, memperlihatkan kepada penonton bagaimana kesenian tradisional tersebut dilestarikan dan dipraktikkan dalam bentuk aslinya. Hal ini tidak hanya memberikan penghormatan kepada para maestro, tetapi juga mendidik penonton tentang pentingnya menjaga keaslian budaya.

Eksotisme yang ditampilkan oleh para seniman ini berhasil menarik perhatian dan kagum dari para penonton. Setiap penampilan tidak hanya memukau secara visual, tetapi juga menyentuh emosi dan pikiran, membawa penonton pada sebuah perjalanan kultural yang mendalam. Keaslian yang ditampilkan oleh para maestro memberikan sebuah pengalaman yang autentik dan berharga, menjadikan Panggung Maestro sebagai sebuah acara yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik dan menginspirasi.

Panggung Maestro juga menjadi sebuah wadah untuk menghargai dan mengenali para maestro yang telah mendedikasikan hidup mereka untuk seni pertunjukan. Dengan usia yang tidak lagi muda, para maestro ini tetap menunjukkan dedikasi dan semangat yang luar biasa dalam menjaga dan mengajarkan kesenian tradisional kepada generasi muda. Mereka adalah penjaga api suci pengetahuan dan kebijaksanaan, menerangi jalan bagi generasi mendatang agar tidak melupakan akar budaya mereka.

Acara semalam adalah bukti bahwa kesenian tradisional masih memiliki tempat yang penting di hati masyarakat. Pesona otentisitas yang ditampilkan memberikan sebuah pengalaman yang berbeda dan mendalam, memperlihatkan bahwa di tengah perubahan zaman, ada nilai-nilai tradisi yang tetap relevan dan harus dijaga. Panggung Maestro, dengan segala keindahannya, mengingatkan kita akan kekayaan budaya yang kita miliki dan pentingnya untuk terus melestarikannya.

Dengan menampilkan para maestro dalam keotentikan mereka, acara ini tidak hanya menunjukkan keindahan seni, tetapi juga menegaskan bahwa eksotisme dan keaslian adalah daya tarik yang luar biasa, mampu menghubungkan kita dengan warisan budaya yang mendalam dan berharga.

*) Ditulis oleh Dosen Pendidikan Seni Tari Universitas Negeri Jakarta Dra. Nursilah, M.Si

Kursus Mahir Dasar Pramuka (KMD) Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru Universityas Negeri Jakarta Tahun 2024

0

EDURANEWS, JAKARTA: Pada hari Rabu tgl 19 Juni  2024 bertempat di PLaza Universitas Negeri Jakarta dilakukan upacara pembukaan Kursus Mahir Dasar (KMD) bagi Mahasiswa  Prajabatan Pascasarjana UNJ Gelombang 1 dan Gelombang 2 Tahun Akademik 2023. . Acara dibuka oleh Direktur Pasca Sarjana UNJ Prof.Dr. Dedi Purwana. ES. M.Bus, dihadiri Undangan, Waki Ketul Kwarda dan pengurus Kwarda DKI Jakarta DKI Jakarta, para pelatih/narasumber dari Kwarda DKI Jakarta, Para Kordiv Bidang Ilmu dan Kordinator Bidang Studi.

Acara diikuti oleh 530 peserta, terdiri dari gelombang 1 sebanyak 282 orang dan gelombang 2 sebanyak 248 orang. Berasal Prodi PIPS 107, Prodi Pemasaran 23 orang. Prodi  Pend. Bhs In donesias 20,  Prodi PGSD 55 orang, PJOK 53 orang. Tata Busana 7 orang, orang Tata Boga 5 orang.

Gelombang 2 , diikuti oleh 248 orang terdiri dari Prodi Bisnis dan Pemasaran 13 orang. Prod Pendidikan Bahasa Indonesia 38 orang, Prodi Pendidikan Biologi 1 orng,  Prodi PGSD 72, IPS 47 0rang. Prodi Pend.Kimia 1 0rang, Prodi Pend. Matematika 25 orang, Prodi Pend.Sejarah 11 orang dan Prodi Pend.Jasmani Olah raga Kesehatan 29 orang, dan Pend. Konstruksi dan Perumahan 2 0rang

Dalam sambutannya Direktur Pascasarjana memesankan bahwa sebagai calon guru professional Mahasiswa PPG harus memiliki berbagai skill antara lain nasionalisme cinta tanah air, kedisiplinan sebagai bekal ketika menjadi guru di berbagai sekolah tempat pengabdiannya masing masing. Prof Dedi juga mengingatkan agar para para peserta KMD sebagai calon guru professional mengajarkan nilai dan budaya daerah Indonesia agar generasi Z mencintai budaya Indonesia dibandingkan budaya asing seperti K-Pop yang saat ini makin marak.

Pihak Kwarda DKI Jakarta yang menjadi mitra pelaksanaan KMD PPG Pascasarjana UNJ memberi apresiasi dan terimakasih kepada UNJ yang sudah menjadi kmitra Kwarda dalam mensosialisasikan  kegiatan Pramuka bagi generasi Z yang malas bergerak agar mereka tidak tergerus oleh kebudayaan luar yang tidak semuanya berdampak positif.

Dalam laporannya, Prof,Dr. Muhammad Zid. M.Si selaku Ketua Prodi PPG Pascasarjana UNJ melaporkan bahwa kegiatan KMD merupakan kegiatan wajib bagi mahasiswa peserta PPG Prajabatan sebagi bekal mereka untuk menjadi Pembina Pramuka jenjang Siaga pada jenjang SD, Penggalang pada jenjang SMP sederajat dan Pembina Penegak untuk jenjang SMA sederajat. <emjadi pelatih dan Pembina Pramuka pada satuan dan jenjang Pendidikan menrupakan kewajiban setiap guru, dengan demikian seluruh calon guru professional perlu memnguasai kepramukaan dan menerapkannya untuk mencetak peserta didik yang memiliki ketakwaan kepada Tuhan YM, mencintai alam dan manusia, sopan, rajin disipli, bertanggung jawab sesuai dengan dasa darma Pramuka.

Materi yang disampaikan dalam KMD meliputi : fundamental gerakan Pramuka,prinsip dasar dan metode Kepramukaan, postur peserta didik siaga, pengglang dan penegak, teknik penyusunan program latihan, tata laksana perkemahan (upacara pembukaan perkemahan, teori berkemah), penyelesaian SKU, SKK, SPG dan pelantikan, program  pertemuan Pramuka Penegak, organisasi dan administrasi Gudep, wadah pembinaan Pramuka Penegak, ragam keterampilan Pramuka Penegak, ragam upacara di Ambalan, praktik membina.

Supaya materi yang disampaikan pelatih,menggunakan  metode yang bervariasi dalam bentuk paparan, diskusi, simulasi dan permainan disesuaikan dengan sasaran  kelompok usia yaitu  sasaran Pramuka, dilanjutkan dengan perkemahan di Bumi perkemahan CIbubur dengan ditutup api unggun dan malam gembira.

 

Kembangkan Kearifan Lokal Budaya Betawi, Dr. Linda Zakiah Melakukan Pendampingan Guru SD Lewat Media Buku Cerita Interaktif

0

EDURANEWS, JAKARTA. Pagi itu puluhan guru dari SDN Jatinegara 01 dan 03 memadati ruangan di lantai 2 SDN Jatinegara Kaum 01 (11/06). Beberapa dari mereka terlihat begitu serius membaca buku cerita yang sudah disediakan. Mereka membolak-balik buku yang mereka pegang, sesekali mereka tertawa dan berbincang dengan guru lainnya. 

Pak Ries yang merupakan guru seni rupa adalah  salah satu guru yang begitu antusias membaca buku cerita itu.  Ia  sangat penasaran dan sering meminjam buku lainnya dari guru-guru untuk dibaca. 

Ia tertarik karena buku cerita betawi yang disusun Dr. Linda Zakiah tidak hanya menyajikan cerita yang baik tetapi juga memiliki gambar-gambar yang sangat bagus. Menurutnya buku ini  sangat cocok untuk anak-anak sekolah dasar. 

Pak Ries dalam sesi diskusi bersama Dr. Linda Zakiah

Kegiatan pagi itu merupakan bagian dari program pengabdian kepada masyarakat yang diinisiasi oleh Dr. Linda Zakiah dengan tajuk “Pendampingan Guru dalam Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Media Buku Cerita Budaya Betawi Sebagai Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Guru di SDN Jatinegara Kaum 01 dan 03 Jakarta Timur. Para pesertanya adalah gabungan dari guru-guru SDN Jatinegara Kaum 01 dan 03.

Dalam sambutannya Kepala Sekolah SDN Jatinegara 01 Pak Umar menerangkan bahwa kegiatan ini akan membantu guru-guru dalam pendidikan lingkungan dan budaya di Jakarta. 

“Sekolah kita berada di Jakarta tentu harus tahu budaya betawi” ujarnya.  

Pendampingan Guru

Pendampingan guru di SDN Jatinegara 01 dan 03 lewat media buku cerita budaya ini sangatlah penting. Karena selain memperkenalkan budaya betawi lewat media interaktif, Dr. Linda Zakiah juga menjelaskan filosofi yang terkandung dalam setiap peristiwa budaya betawi di setiap buku yang dibuatnya. 

Dr. Linda Zakiah menjelaskan bahwa masyarakat memang mengetahui peristiwa budaya betawi seperti Nyorog palang pintu atau Ondel-Ondel, namun belum tentu mengetahui filosofi yang terkandung dalam Nyorog palang pintu atau Ondel-Ondel.

“Jadi di buku cerita ini bisa digunakan dalam pembelajaran di kelas untuk memperkenalkan budaya betawi yang memiliki filosofi,” jelasnya. 

Salah satu buku cerita seri kearifan lokal mengenai Palang Pintu yang disusun oleh Dr. Linda Zakiah

Dalam pendampingan Dr. Linda Zakiah juga menjelaskan secara komprehensif dan mendetail bagaimana proses pembuatan buku ini. Ia menjelaskan buku ini akan sangat membantu guru-guru dalam memperkenalkan budaya betawi yang terintegrasi dengan pelajaran-pelajaran seperti Pendidikan Kewarganegaraan. 

Buku ini pun begitu kaya dengan cerita yang penuh dengan nilai-nilai multikulturalisme dari segi cerita dan penokohan. Ia berharap guru-guru dapat menerapkan pembelajaran berbasis kearifan lokal sebagai implementasi kurikulum merdeka.

Selain buku cetak, Dr. Linda Zakiah juga telah menyediakan buku digital yang lebih lengkap yang dapat digunakan oleh guru-guru.  Dalam buku digital itu Dr, Linda menyediakan bahan bacaan yang interaktif bagi siswa. Sehingga kelas tidak akan membosankan karena disediakan pelbagai permainan interaktif. 

Media yang interaktif akan menumbuhkan minat belajar pada siswa

Pak Ries peserta pendampingan  menjelaskan buku cerita ini begitu lengkap terutama yang berbentuk digital dan akan menarik bagi anak-anak dari segi gambar, permainan dan pertanyaan-pertanyaan atau soal yang unik dan interaktif. 

“Anak-anak bisa belajar pantun, budaya dan terakhir toleransi keragaman budaya,” terangnya. 

 

Dialog Multikultural: Merayakan Hari Lahir Pancasila Melalui Keberagaman Busana Adat

0

Pada tanggal 1 Juni 2024, kita kembali memperingati Hari Lahir Pancasila, sebuah momen bersejarah yang merayakan dasar negara Indonesia yang kaya akan nilai-nilai kebersamaan dan keberagaman. Pancasila, yang dirumuskan oleh para founding fathers melalui proses yang panjang dan reflektif, mengakui dan merangkul pluralitas bangsa Indonesia. Melalui semboyan “Bhinneka Tunggal Ika,” Pancasila menyatukan berbagai perbedaan menjadi satu kesatuan yang harmonis. Tahun ini, tema peringatan Hari Lahir Pancasila adalah “Pancasila Jiwa Pemersatu Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045,” yang menekankan pentingnya Pancasila sebagai pilar persatuan dalam perjalanan bangsa menuju masa depan yang gemilang. Dalam semangat inilah kita diingatkan untuk merayakan keberagaman dengan memakai pakaian adat tradisional. Namun, muncul pertanyaan penting: apa makna dari ‘kepantasan’ dalam penggunaan busana adat tersebut?

Isu Kepantasan: Menurut Siapa

Dalam konteks ini, ‘kepantasan’ menjadi isu yang kompleks dan sensitif. Kepantasan menurut siapa? Menurut yang memakai pakaian tersebut atau menurut yang melihat? Pemahaman tentang kepantasan ini sering kali bersifat subjektif dan ambigu. Ambiguitas ini muncul karena standar kepantasan bisa berbeda-beda antara satu individu dengan individu lainnya tergantung pada latar belakang budaya, norma sosial, dan perspektif pribadi. Apa yang dianggap pantas oleh seseorang dalam satu budaya mungkin dianggap tidak pantas oleh orang lain dalam budaya yang berbeda. Misalnya, pakaian adat dari suku tertentu mungkin mengandung makna simbolis dan dianggap sangat pantas dalam konteks budaya mereka, tetapi bisa terlihat aneh atau tidak sesuai bagi orang yang tidak memahami konteks tersebut.

Ambiguitas ini menimbulkan berbagai pertanyaan kritis. Apakah yang melihat berhak menilai budaya pihak yang berbeda? Penilaian dari luar sering kali tidak mempertimbangkan nilai-nilai dan norma-norma internal dari budaya yang sedang dinilai. Hal ini dapat mengarah pada ketidakadilan dan ketidakpahaman yang mendalam. Dalam masyarakat yang multikultural, penting untuk membuka ruang diskusi yang lebih inklusif dan empatik. Diskusi tersebut harus mencakup pemahaman bahwa setiap budaya memiliki standar kepantasannya sendiri dan standar tersebut sah dan layak dihormati. Oleh karena itu, menilai kepantasan harus dilakukan dengan mempertimbangkan perspektif orang yang menjalani dan menghargai budaya tersebut.

Ruang Diskusi yang Inklusif

Ruang diskusi yang diharapkan adalah ruang di mana ada saling pengertian dan penghargaan antara berbagai budaya. Diskusi ini harus didasari oleh prinsip-prinsip multikulturalisme, di mana setiap budaya dilihat sebagai bagian dari kekayaan yang memperkaya masyarakat secara keseluruhan. Dalam diskusi ini, penting untuk mempromosikan cultural relativism di mana penilaian terhadap budaya dilakukan dari dalam budaya itu sendiri, bukan dari luar. Dengan demikian, kita dapat menghindari bias etnosentris dan membangun masyarakat yang lebih harmonis dan saling menghargai. Mewujudkan ruang diskusi yang inklusif seperti ini adalah langkah penting menuju penerimaan dan penghargaan terhadap keberagaman budaya yang pada akhirnya menguatkan semangat Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi dasar negara kita.

Cultural Relativism dan Etnosentrisme

Kajian antropologi tentang keberagaman mengenal konsep cultural relativism yang mengajarkan bahwa penilaian terhadap budaya tidak boleh dilakukan dengan kacamata budaya lain, melainkan dengan kacamata budaya tersebut. Artinya, setiap budaya harus dinilai berdasarkan standar dan nilai-nilai internalnya sendiri. Dengan demikian, apa yang dianggap pantas dalam satu budaya mungkin berbeda dengan budaya lain. Misalnya, pakaian adat yang dipakai oleh suku tertentu mungkin memiliki makna dan nilai yang mendalam bagi mereka, meskipun terlihat asing atau tidak biasa bagi orang luar. Sebaliknya, etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menilai budaya lain berdasarkan standar dan nilai-nilai budaya kita sendiri. Ini sering kali mengarah pada pandangan yang bias dan merendahkan budaya lain. Ketika seseorang menilai pakaian adat suku lain tidak pantas hanya karena berbeda dari apa yang biasa mereka lihat, mereka melakukan tindakan etnosentrisme. Hal ini bisa merusak hubungan antarbudaya dan menghambat upaya untuk mencapai pemahaman dan penghargaan yang lebih dalam terhadap keberagaman.

Apresiasi Terhadap Keberagaman

Konteks multikulturalisme mengharapkan  apresiasi terhadap kebersamaan dalam keberagaman, dan bukan justifikasi hitam-putih tentang apa yang pantas dan tidak pantas. Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia merupakan kekayaan yang harus kita hargai dan rayakan. Dengan memahami bahwa setiap budaya memiliki akar dan proses yang berbeda, kita bisa lebih menghargai perbedaan tersebut.

Multikulturalisme mengajarkan kita untuk melihat nilai dalam setiap budaya dan untuk menciptakan ruang dialog yang memungkinkan pemahaman bersama. Dialog ini penting untuk membangun harmoni dalam masyarakat yang multikultural. Pemahaman bukan berarti harus sepaham, tetapi mengerti dan mengakui adanya keberagaman. Dalam semangat Pancasila, kita diajak untuk mengatasi perbedaan dan bekerja sama dalam kebersamaan.

Menghadirkan Kepantasan dalam Keberagaman

Menghadapi isu kepantasan dalam penggunaan busana adat, kita perlu mengadopsi pendekatan yang lebih inklusif dan empatik. Kita harus mengakui bahwa setiap budaya memiliki nilai dan makna tersendiri yang layak dihormati. Oleh karena itu, penilaian tentang kepantasan seharusnya tidak hanya berdasarkan pandangan satu kelompok budaya saja, melainkan mempertimbangkan perspektif dari berbagai budaya yang ada.

Penting bagi kita untuk menghindari pandangan etnosentris dan mengadopsi pandangan yang lebih relativistik dalam menilai budaya lain. Dengan demikian, kita bisa menghindari bias dan prasangka yang merusak dan sebaliknya membangun penghargaan yang lebih dalam terhadap keberagaman budaya.

Bhineka Tunggal Ika: Mewujudkan Kesatuan dalam Keberagaman

Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” mengajarkan kita bahwa meskipun berbeda-beda, kita tetap satu kesatuan. Konsep ini sangat relevan dalam konteks peringatan Hari Lahir Pancasila. Keberagaman budaya di Indonesia bukanlah sesuatu yang harus kita hindari atau takutkan, tetapi sesuatu yang harus kita rayakan dan hargai. Melalui keberagaman inilah kita bisa belajar satu sama lain dan memperkaya pemahaman kita tentang dunia. Dalam praktiknya, kita bisa mulai dengan membuka ruang dialog dan saling belajar antarbudaya. Misalnya, dengan mengadakan acara-acara budaya yang memungkinkan setiap suku untuk menunjukkan keunikan mereka, kita bisa meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap keberagaman. Selain itu, pendidikan multikultural di sekolah-sekolah juga penting untuk menanamkan nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan sejak dini.

Kesimpulan

Dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila, mari kita renungkan kembali nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika.” Isu kepantasan dalam penggunaan busana adat mengingatkan kita akan pentingnya mengadopsi pandangan yang lebih inklusif dan empatik dalam menilai budaya lain. Dengan menghindari etnosentrisme dan mengadopsi cultural relativism, kita bisa membangun penghargaan yang lebih dalam terhadap keberagaman budaya.

Mari kita rayakan keberagaman ini sebagai kekayaan yang menyatukan kita dalam satu kesatuan. Dengan memahami dan menghargai perbedaan, kita bisa mewujudkan harmoni dan kesatuan dalam keberagaman sesuai dengan semangat Pancasila. Selamat memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2024. Semoga semangat kebersamaan dalam keberagaman selalu menyertai kita dalam setiap langkah menuju masa depan yang lebih baik, menuju Indonesia Emas 2045.

Cegah TPPO, UNJ dan BP2MI Jalin Kerjasama Sosialisasi

0

EDURANEWS, JAKARTA. UNJ dan BP2MI mengadakan seminar dengan tajuk  “Sosialisasi Pencegahan Tindak Pidana Orang” di Aula Bung Hatta Gedung Pascasarjana UNJ (31/5). Sosialisasi ini penting karena kasus TPPO harus dipahami dengan baik secara bersama. 

Seminar ini mengundang pelbagai narasumber yang memiliki kapasitas mumpuni dalam isu TPPO.  Para narasumber yang hadir yakni Prof. Hafid Abbas (ketua Komnas HAM periode 2012-2017), Dendy Zuhairil Finsa (Ketua LBH Ansor), dan Aznil Tan (Direktur Migran Watch). Dimoderatori oleh Syaifudin dosen muda produktif dari Pendidikan Sosiologi. 

Rektor UNJ Prof. Komarudin sangat bergembira dengan adanya acara sosialisasi dan kerjasama ini. Langkah cepat akan dilakukan dengan menghimpun perguruan tinggi yang sedang diterpa kasus ferienjob agar perguruan tinggi memahami persoalan mengenai migran dan TPPO. 

“Kita mendorong termasuk kampus untuk mensukseskan” ujar Prof. Komarudin dalam sambutannya. Menurutnya  sosialisasi ini penting dan sangat bermanfaat. 

Kepala BP2MI Beni Rhamdani menjadi keynote speech dalam seminar ini. Ia menjelaskan secara detail dan komprehensif tentang TPPO. Beni menjelaskan mengenai potret resiko eksploitasi TPPO dari kekerasan, gaji, pemutusan kerja sepihak, eksploitasi jam kerja, serta modus operandi penempatan ilegal pekerja migran. BP2MI memiliki data yang lengkap bagaimana modus operandi TPPO ini terjadi. 

“Jadi kita tahu ada di mana, tujuan negaranya dari pintu mana,” ujarnya.  

Yang patut dicermati dari paparan Beni adalah rentannya kaum perempuan. Data menyebutkan 80 % korban kejahatan TPPO adalah perempuan dan ibu-ibu.  

Dalam amatannya, pekerja migran Indonesia ketika menjadi TKI juga  harus meminjam dan menjual harta bendanya. Sehingga mereka terjebak pada praktik rente dan calo. Menurutnya  biaya ini seharusnya  ditanggung oleh negara. 

Perubahan fundamental harus dilakukan agar mereka berdaya tidak dimobilisasi calo. Serta cara pandang aparat negara terhadap PMI juga harus diubah. Mereka adalah pahlawan devisa jadi tidak patut untuk dicurigai. 

Beni juga  menegaskan mengenai undang-undang sudah lebih baik dan meyakinkan namun dalam tahap pelaksanaan masih belum berjalan. Menurutnya diperlukan komitmen yang kuat dalam pelaksanaan. 

Kerjasama dengan perguruan tinggi mengenai sosialisasi TPPO menjadi agenda yang penting. Benni mengajak elemen perguruan tinggi seperti UNJ menjadi mitra kolaborasi. BP2MI siap melakukan kerjasama dan kolaborasi dengan perguruan tinggi. 

“BP2MI akan memfasilitasi anak bangsa yang memiliki mimpi bekerja di luar negeri,” ujarnya. 

Prof. Komarudin pun menyambut baik kerjasama ini. Menurutnya, pada prinsipnya UNJ mendukung karena sebagai lembaga pendidikan tinggi yang menghasilkan lulusan yang  siap bekerja di manapun termasuk di  luar negeri. 

“Mereka harus terhindar dari kasus TPPO ini,” ujarnya.

Pendidikan Ala Sekolah Gerbong Kereta Tomoe

0

Film animasi Totto-Chan: The Little Girl at the Window menawarkan imajinasi pendidikan lewat mata bocah

Bersekolah bagi bocah seperti Totto-Chan adalah hal yang membuat dirinya mengenal akan dunia. Namun ketika bersekolah ia dianggap pembuat ‘onar’. Totto-Chan dianggap gadis yang sulit diatur; dengan kekhasan dirinya yang penasaran dengan apapun. Ia pun mesti berpindah-pindah sekolah. 

Di sekolah gerbong kereta Tomoe lah Totto-Chan mulai mendapatkan dirinya diterima. Pak Kobayashi dengan kesabaran dan kelembutan mendengarkan cerita dari seorang gadis yang akan bersekolah di gerbong kereta itu.  

Sebagai film animasi yang diadaptasi dari buku terkenal karangan Tetsuko Kuroyanagi, Totto-Chan menawarkan kegembiraan lewat mata bocah. Kesegaran-kesegaran visual yang ditawarkan dalam film animasi ini begitu kuat membawa kegembiraan bagi siapa saja yang menontonnya.

Kita akan mudah mengenali momen-momen penting yang ditangkap dalam buku menjadi visual yang mengesankan penonton. Misalnya bagaimana bekal anak-anak sekolah Tomoe adalah harus berasal dari paduan darat dan laut. Mereka pun diajak untuk mengenal dunia lewat makanan. Serta bagaimana anak-anak begitu penasaran akan kehadiran gerbong kereta baru yang akan hadir di sekolah mereka. 

Pak Kobayashi adalah gambaran besar bagaimana pendidikan menjadi jalan anak-anak mengenal dunianya.  Meskipun Jepang kala itu sedang dalam Perang Dunia 2, pendidikan menjadi mutlak yang harus terus diusahakan dalam dunia yang hancur lebur akibat perang. Pak Kobayashi benar-benar memiliki sifat guru pendidik; ia memimpikan dunia yang setara bagi murid-muridnya. Obrolan-obrolan singkatnya dengan Yasuaki mencerminkan Pak Kobayashi benar-benar mengusahakan sekolahnya bagi semua anak-anak.  

Shinnosuke Yakuwa sebagai sutradara juga memanjakan mata penonton lewat kegembiraan musik yang dibawakan Pak Kobayashi. Visual yang menarik perhatian saya adalah bagaimana Yakuwa membuat mata kita tercengang lewat sentuhan visual persahabatan Totto-Chan dan  Yasuaki. 

Terutama ketika Yasuaki memberanikan diri untuk mandi di kolam renang sekolah; visual animasi ketika ia menyelam seolah-olah kita dibawa kebebasan Yasuaki. Shinnosuke Yakuwa juga pintar menyelipkan beberapa adegan kegetiran akibat perang. 

Film animasi Totto-Chan: The Little Girl at the Window akan membawa kegembiraan sekaligus kesedihan dan kemarahan. Seperti Pak Kobayashi, perang dan apinya tidak akan menyurutkan bagi siapa saja yang mengusahakan pendidikan lewat sekolahan. 

 

* Film animasi Totto-Chan: The Little Girl at the Window dapat kalian temui di Cinepolis terdekat. Rasakan pengalaman yang menarik ketika menonton di Cinepolis. 

3 Film yang Sayang Banget Kalau Dilewatin di KlikFilm! 

0

Fallen Leaves  jadi pilihan yang gak bisa dilewati begitu saja!

Sebagai platform nonton film di gadget, Klikfilm benar-benar manjain mata siapa saja yang senang menonton film. Kurasi film yang gak main-main, kita akan mudah untuk menemukan film yang buat kita takjub. 

Saya memilih 3 film yang dapat kalian nikmatin di kala senggang. Ketiga film ini memiliki keajaibannya masing-masing.

  • Perfect Days

Akting luar biasa dari Koji Yakusho membawa kita pada kenyataan hidup menjadi orang-orang kota yang biasa tenggelam dalam keseharian. Tokyo menjadi kota yang jauh dari keriuhan karena keseharian yang biasa saja dari Hirayama. Menyirami tanaman, membaca buku di malam hari, menikmati kopi, mandi, mengunjungi kedai, dan memfoto pohon lewat kamera digital lalu mencetaknya dan mengkurasinya menjadi tanda-tanda waktu yang begitu dinikmati. Kehadiran keponakannya yang kabur dari rumah dan mengikuti kesehariannya secara singkat membuka tabir mengapa Hirayama harus menjalani hidup sebagai penggosok toilet.  Percakapan dengan adiknya yang secara singkat membuka hitam dan putih bagi penonton untuk menafsir atas keputusannya menjalani hidup. Kesedihan yang nampak begitu dalam meskipun ditutupi sebisanya lewat kesehariannya. 

  • The Taste Of Things

Keajaiban apa yang dapat ditawarkan oleh dapur dan pelbagai sajiannya lewat frame film? The Taste Of Things barangkali ia menawarkan keajaiban-keajaibannya story telling lewat makanan. Dialog-dialog yang sangat kuat dan keajaiban sebuah obrolan dalam film yang hampir puitik selalu tersaji dalam adegan per adegan. Kebahagian lewat dialog-dialog yang puitik itu barangkali menawarkan gagasan dari setiap komentar yang terlontar. Bahkan komentar dari orang-orang biasa pun seperti disajikan begitu indah. Rasakan keintiman cinta yang terasa lambat untuk diucapkan lewat kata namun terasa disaat mereka memasak; Dodin Bouffant (Benoit Magimel) dan Eugenie (Juliette Binoche).

  • Fallen Leaves

Jika ditanya film apa yang sangat direkomendasikan untuk ditonton, Fallen Leaves adalah jawabannya! Ada rasa kebahagian dan takjub ketika menonton Fallen Leaves yang sulit diungkapkan. Saya merasakan orang-orang tanpa kepala yang hidupnya tak bermakna karena perang. Bahkan hidup yang penuh kegetiran saja layak untuk dirayakan! Sajian artistik, kualitas akting yang mumpuni dan tidak biasa, serta permainan wacana dalam film ini akan menawarkan gagasan kepada kita bagaimana menikmati film lewat dialog picisan dan akting yang picisan pula tapi keren! Hollapa (Jussi Vatanen) si pemabuk itu mendapati hidupnya kembali bersinar karena bertemu dengan Ansa (Alma Poysti) dan perang tak akan menghentikan hidup mereka yang biasa-biasa saja di kota kecil. Dua orang yang kesepian yang jatuh cinta di tengah perang yang membosankan. 

Dijamin nonton ketiga film ini akan memantik kita untuk terus mencintai film-film.

Rektor UNJ Hadiri Rapat Pengurus FRI di Unhas Makassar

0

EDURANEWS, MAKASSAR: Prof. Komarudin selaku Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) hadiri Rapat Pengurus Forum Rektor Indonesia (FRI) di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar.

Acara yang digelar dari 2 – 4 Februari 2024 ini turut dihadiri oleh para Rektor dari berbagai perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta.

Pada kesempatan ini, Prof. Nurhasan yang merupakan Ketua FRI Periode 2023-2024 yang juga Rektor Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dalam sambutan pembuka mengatakan bahwa posisi FRI dalam mendorong kemajuan dan daya saing bangsa selama ini sudah diakui eksistensinya.

Banyak hal yang dicapai pengurus FRI selama ini, Untuk itu ia berharap, agar para pengurus FRI dapat berperan aktif dan FRI ke depan bisa terus memperkuat kontribusinya dan selalu hadir untuk memberikan solusi atas berbagai tantangan dan permasalahan dalam mewujudkan Indonesia maju 2045, ungkapnya.

Sementara itu, Prof. Komarudin yang juga Ketua Komisi Pendidikan dan Kemahasiswaan FRI mengatakan bahwa FRI memiliki peran strategis dalam memberikan rekomendasi kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat menyongsong Indonesia Emas di 2045.

UNJ sendiri memiliki komitmen dalam kepengurusan FRI ini untuk berperan aktif dan berkontribusi mewujudkan visi – misi FRI, ungkap Prof. Komarudin.

INCEPTION: Mengukir Eksistensi Tari Kontemporer di Seruntai Rawamangun #1

0

EDURANEWS, JAKARTA: Seruntai Rawamangun #1 “INCEPTION: Urban Contemporary Dance Collage” menyajikan pengalaman luar biasa dalam dunia tari kontemporer. Diprakarsai oleh Matara Production x Edura Art UNJ, bersama dengan mitra Yayasan Jakarta Weltevreden, pertunjukan ini menghadirkan kolase tarian yang menggabungkan kekayaan tradisi dengan sentuhan kontemporer yang segar.

Gairah dan pesona urban menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap gerak tari yang ditampilkan oleh Matara Production. Dalam pertunjukan ini, mereka tidak hanya menyuguhkan kreasi tari kontemporer yang inovatif tetapi juga mengakar pada tradisi, menciptakan pengalaman yang mendalam bagi penonton.

Salah satu sorotan dalam pertunjukan ini adalah tari Nindak Jirumklan, yang menggambarkan asal-usul manusia dengan pijakan gerak tari Topeng. Dari prosesi penciptaan hingga panggilan kepada Sang Pencipta, tarian ini mempersembahkan karakter-karakter yang kaya akan sisi religiusitas.

Tidak kalah menarik, Tari Kujang menghadirkan cerita tentang kecekatan dan ketangkasan sebagai simbol kekuatan, dengan kujang sebagai alat untuk mempertahankan diri. Tarian ini bukan hanya produk kreativitas, melainkan juga hasil dari Pelatihan Penciptaan Tari yang dilakukan di Subang, Jawa Barat, sebagai bagian dari Pengabdian Kepada Masyarakat.

Dalam kreasi tari Wiraga Bhumi Phala, Matara Production mengambil inspirasi dari kekuatan bumi Temanggung dan seni tradisi Jaran Kepang. Sebuah representasi visual yang menggambarkan kekuatan sendiri dalam mempertinggi hasil bumi, Wiraga Bhumi Phala menjadi penghormatan terhadap seni tradisi dan kearifan lokal.

Jathil Urban, sebuah karya tari yang mengisahkan prajurit sebagai sumber kekuatan kerajaan, menjadi daya tarik lain dalam pertunjukan. Dalam konteks urban Jakarta, Jathil bermetamorfosa menjadi performa visual menarik yang berinteraksi dengan lingkungan multikultural, menciptakan konsep baru: Jathil Urban.

“Seruntai Rawamangun #1 Inception” memukau penonton di Aula Lathief Hemdradiningrat, Gedung Dewi Sartika, Universitas Negeri Jakarta pada Jumat, 15 Desember 2023. Matara Production, berasal dari Prodi Seni Tari, Fakultas Bahasa dan Seni UNJ, bekerja sama dengan Edura Art dan Yayasan Jakarta Weltevreden, berkomitmen untuk mengembangkan dan mempromosikan kesenian, tradisi, dan sejarah Indonesia melalui pertunjukan tari kontemporer yang inovatif dan berbobot.

“Kami peduli pengembangan  karya seni budaya lokal  hasil  cipta karya karya generasi penerus yang lebih-berbasis ilmu pengetahuan sehingga dapat menyesusikan kebutuhan zaman,” kata Toto Irianto, Ketua Yayasan Jakarta Weltevreden dalam keterangan di Jakarta Jumat, 15 Desember. “Kami mengapresiasi UNJ yang senantiasa peduli melalui satu program studi menggali dan mengembangkan karya seni tari dan lainnya. Pariwisata tanpa karya seni terasa hambar.”

Prof. Iwan Sugihartono: Lampu LED Berbasis ZnO Sebagai Potensi Sumber Cahaya Ramah Lingkungan

0

EDURANEWS, JAKARTA.  Thomas Alva Edison dengan  penemuan lampu pijarnya  di tahun 1879 menjadi penemuan penting di abad itu.  Sejarah awal mengenai teknologi sumber cahaya inilah yang  Prof. Iwan Sugihartono awali dalam orasinya bertajuk “Lampu Dioda (LED) Berbasis ZnO: Potensi Sumber Cahaya Masa Depan Ramah Lingkungan”  di Aula Latief Hendraningrat Gedung Dewi Sartika UNJ (23/11). 

Dari tahun ke tahun perkembangan penemuan LED ini menjadi tanda abad penerangan. 3 ilmuwan Jepang yakni Isamu Akasaki, Hiroshi Amano, Shuji Nakamura menggawangi peraih nobel dalam bidang fisika karena penemuannya mengenai The Blue LED. Dalam perkembangannya temuan ini menjadi tonggak awal penemuan lampu LED. 

Prof. Iwan Sugiharto menjelaskan bahwa ZnO (seng oksida) merupakan benda yang berlimpah di alam. Indonesia memiliki cadangan seng sekitar 22.139.073. Namun Indonesia belum memiliki teknologi dalam pemurnian logam seng. 

LED berbasis ZnO sudah dilakukan penelitian lebih dari dua dekade. Namun menurut Prof. Iwan Sugiharto berdasarkan banyak laporan para ilmuwan sampai sekarang masih belum menemukan teknik rekayasa untuk menemukan tipe-p ZnO.  Hal itu disebabkan karena belum ada teknologinya.

Prof. Iwan menyatakan telah melakukan sintesis ZnO menggunakan metode yang sederhana, ekonomis dan sederhana dan ramah lingkungan yang menghasilkan ZnO.  Beberapa penelitian yang sudah dilakukan adalah studi struktur kristal dan sifat optik lapisan tipis ZnO,  studi struktur nano ZnO, pengaruh doping, dan analisis sifat optik, lampu LED berbasis sambungan hetero n-ZnO, 

Menurut Prof. Iwan Sugiharto dengan adanya penelitian yang berkelanjutan dan kolaborasi kelompok peneliti dapat memahami fenomena asimetri dari ZnO sehingga konversi tipe-n ke tipe-p dapat terwujud.

Recent Posts