Home Blog Page 15

UNJ Meraih MURI, Prof. Ucu Cahyana: Proses Menjadi Guru Besar Tidak Mudah, Harus Ada by System

0

EDURANEWS, JAKARTA– UNJ mengadakan acara Tasyakur dan Doa Bersama untuk UNJ Unggul dan Bereputasi. Acara ini sekaligus penyerahan piagam penghargaan Rekor Muri; Pengukuhan Guru Besar Terbanyak (21/12). Rekor Muri ini menjadi prestasi penting bagi UNJ untuk terus melesat menjadi kampus unggul dan berprestasi.

Rektor UNJ Prof. Komarudin menjelaskan kini gairah proses untuk menjadi guru besar muncul di setiap unit. Rekor Muri ini tercipta terkait dengan banyaknya penelitian yang dihasilkan guru besar UNJ.

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UNJ memiliki peran penting dalam mengawal penelitian dan publikasi ilmiah para guru besar.  

“Yang menciptakan kondisi ini sebenarnya karena publikasi yang hebat yang dikawal Prof. Ucu,” ujar Prof. Komarudin.

Penelitian menjadi kunci

Prof. Ucu Cahyana menjelaskan memang proses menjadi guru besar itu tidak mudah, harus ada by system. Karena menjadi guru besar ada persyaratan yang paling berat berkaitan dengan karya akademik dosen. 

Terutama penilaian guru besar yang berkaitan dengan publikasi ilmiah dan penelitian. Produktivitas para guru besar itu dikawal mulai dari penulisan jurnal di scopus, penelitian, penulisan buku dan penerbitan HAKI. 

“Dalam kurun waktu 5-6 tahun ini ketika pembinaan penelitian ditingkatkan kualitasnya sehingga  bisa dipublikasikan ke jurnal-jurnal internasional bereputasi seperti scopus,” ujar Prof. Ucu

 

Keren! Fakultas Teknik UNJ Tampilkan Prototype Sepeda Listrik dan Kirus Pada Acara Pencanangan Fakultas Teknik Sebagai Zona Integritas UNJ

0

EDURANEWS, JAKARTA– Fakultas Teknik UNJ telah ditetapkan sebagai Zona Integritas UNJ Menuju Wilayah Bebas Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (21/12). Selain penandatanganan pakta integritas Fakultas Teknik juga menampilkan simulasi layanan berbasis digital.

Fakultas Teknik menghasilkan inovasi seperti alat peminjaman bahan praktik otomatis, aplikasi peminjaman alat praktik, absensi tamu digital, dan juga agenda digital untuk para dekanat. 

Dr. Uswatun Hasanah selaku Dekan Fakultas Teknik mengatakan simulasi ini menjadi inovasi untuk memutus pelayanan yang masih serba manual. Fakultas Teknik dengan segala kreativitasnya memiliki modal yang dapat menghasilkan inovasi berbasis digital. 

“Kita punya modal untuk  mengembangkan fakultas teknik yang benar-benar menunjukan keilmuan kepada masyarakat,” tutur Dr. Uswatun Hasanah. 

Sepeda listrik dan Kirus

Selain simulasi layanan berbasis digital, Fakultas Teknik juga menampilkan prototype sepeda listrik dan Kirus (Killing Virus).

Drs. Pitoyo Yuliatmojo yang juga Wakil Dekan II Fakultas Teknik menjelaskan inovasi sepeda listrik ramah lingkungan ini adalah kendaraan hybrid dengan menggunakan energi baterai. 

“Yang menjadi konsen penggerak yang ada di gearbox, rantai dipakai pengendara jika ingin pindah ke mode manual jadi sangat baik untuk digunakan di lingkungan kampus,” ujarnya.

Fakultas Teknik juga menampilkan prototype Kirus. Rafiudin Syam menjelaskan Kirus ini didesain untuk menyambut pembelajaran tatap muka. Kirus memiliki moto, ‘Kelas Aman, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Aman’. Kirus bisa digunakan untuk kelas dengan kapasitas 30 orang dalam satu kelas. 

Menurut Rafiudin Syam, Kirus telah dikembangkan dengan standar Kementerian Kesehatan. Kirus juga dikembangkan dengan menggunakan teknologi filter dan UV-C. Teknologi filter ini menggunakan double power untuk menyaring virus dan jika bermutasi bertambah kecil akan disaring UV-C.

“Seluruh virus apapun masuk sini pasti mati,” ujar Rafiudin Syam yang juga dosen Pendidikan Teknik Elektronika ini.

Sejauh ini kirus dalam proses HAKI. Kirus juga akan dikirimkan ke pelbagai fakultas di UNJ. Ke depan alat pembasmi virus ini juga dapat disalurkan ke setiap kelas untuk menunjang perkuliahan tatap muka di UNJ.

Forum Mahasiswa UNJ Peduli Semeru Terjun Langsung Memberikan Bantuan Psikososial, Logistik dan Kesehatan

0

EDURANEWS, JAKARTA– Erupsi Gunung Semeru 4 Desember 2021 lalu telah membuat masyarakat terdampak luluran lahar mengungsi. Menurut data BNPB ada 9.997 pengungsi akibat erupsi Gunung Semeru. Forum Komunikasi Gedung G (FKG) yang terdiri dari pelbagai unit kemahasiswaan di UNJ bergerak cepat dengan melakukan penggalangan dana. 

“Awal mulanya dari penggalangan dana bersama lalu berdiskusi untuk hadir di tempat kebencanaan dan memberikan bantuan secara nyata di bidang psikososial, logistik dan kesehatan,” tulis Cecep Koordinator Forum Mahasiswa UNJ Peduli Semeru ketika dihubungi via Whatsapp.  

Hasil rapat dengan pelbagai ketua unit kemahasiswaan itu akhirnya mereka menamai Forum Mahasiswa UNJ Peduli Semeru. Rektorat UNJ juga menyetujui keberangkatan mereka ke lokasi tujuan. 

Selama 4 hari (17-20 Desember 2021) mereka melakukan kegiatan kemanusiaan seperti mempersiapkan makanan, memberikan bantuan psikososial, penyerahan bantuan obat-obatan serta pemberian bantuan logistik di pelbagai wilayah seperti Kamarkajang, Candipuro dan Desa Penanggal.

“Kami memberikan dukungan psikososial kepada anak-anak di sana, memberikan bantuan obat-obatan dan juga berbagai logistik yang dibutuhkan dari hasil survey dan informasi yang kami dapatkan dari BPBD Sumber Wuluh, warga setempat, dan juga organisasi yang ada di sana,” ujar Cecep.

 

Lokasi Tujuan

  • Desa Penanggal, Lumajang Jawa Timur, Penyerahan obat-obatan kepada PMI Jawatimur
  • Kamarkajang, Lumajang Jawa Timur, Kegiatan Psikosoial
  • Kecamatan Candipuro, Lumajang Jawa Timur, Kegiatan Pembelian Logistik dan Dana

 

Iwan Simatupang, Penerbit dan Tuah Bagi Pengarang Muda

0

EDURANEWS, JAKARTA–  Iwan Simatupang adalah bagian dari mozaik penting pemikiran sastra Indonesia. Hidupnya telah menghasilkan karya sastra yang bernas seperti ‘Merahnya Merah’, dan ‘Ziarah’. Dan selain karya sastra tentu saja buku ‘Surat-Surat Politik’ yang ditulisnya sangat apik nan biografis.

Iwan pemikir ulung sastra yang menghasilkan banyak esai seperti kritik sastra, ulasan mengenai biografi sastrawan, polemik kebudayaan, teater, humor-humor. Mozaik pemikirannya yang paling lengkap dapat ditemui di buku “Kebebasan Pengarang dan Masalah Tanah Air” (Penerbit Buku Kompas, 2004).

Adalah HB.Jassin yang sangat berjasa mengumpulkan pelbagai pemikiran Iwan yang terserak di pelbagai media cetak, kini tulisan aslinya berada di Pusat Dokumentasi Sastra HB. Jassin di Cikini. 

HB. Jassin sang ‘Paus Sastra’ seperti sudah mengendus penyakit lama para penulis/pengarang sastra; mereka adalah arsiparis yang buruk!

“Iwan bukanlah dokumentator yang baik,” tulis Oyon Sofyan dan Frans M. Parera dalam prakata buku. 

Mereka menganggap Iwan tidak pernah mengumpulkan tulisan-tulisannya. Hingga sulit untuk dapat membaca secara utuh membaca pikiran-pikirannya mengenai sastra,  kebudayaan, teater, naskah drama dan lainnya. 

Oyon Sofyan dan Frans M. Parera sangat memikirkan itu.  Mereka pun menyusun keping-keping pikiran dari Iwan menjadi sebuah kumpulan esai yang rapi dan berurutan. Pun tujuan itu untuk memudahkan karena tuntutan zaman jika menghendaki seperti itu.

“Pikiran-pikiran  tentang masalah kebudayaan Indonesia modern yang dia lontarkan dalam begitu banyak kesempatan pada dekade lima puluhan sampai dekade enam puluhan, lama-kelamaan hilang ditelan masa silam. Dan, menjelma menjadi fosil yang tidak dihargai karena kehilangan pemaknaannya bagi manusia dari generasi berikutnya,” tulisnya panjang.

Pembabakan yang dilakukan Oyon dan Parera adalah Periode Penulis Artikel Majalah kebudayaan dan Guru Bahasa di SMU 1950-1955, Periode Penulis Naskah Drama dan Mahasiswa Humaniora di Kampus Universitas Negara-Negara Barat 1955-1959, Periode Penulis Novel, Surat Politik dan Reporter Media Massa 1960-1970.

Dari pembabakan inilah mungkin pembaca dapat mengarungi pemikiran Iwan dari waktu ke waktu, dengan pelbagai nuansa politik dan peristiwa sastra dan kebudayaan yang melekat pada zaman itu. 

Peran penerbit dan pengarang muda

Di bagian kedua, Periode Penulis Naskah Drama dan Mahasiswa Humaniora di Kampus Universitas Negara-Negara Barat 1955-1959, ada satu artikel yang menarik yang sangat relevan sampai sekarang yakni “Kemungkinan-Kemungkinan bagi Para Tunas Muda” (hal 195)

Esai ini berisi tuah Iwan mengenai perkembangan sastra dan para juru bicaranya terutama pengarang muda. Iwan banyak memukakan hal-hal yang penting terutama bagaimana peran penerbit bagi keberlangsungan ekosistem sastra itu sendiri. 

Meskipun banyak melihat dari perkembangan di Netherland (Belanda), Iwan banyak merefleksikan peristiwa-peristiwa yang amat relevan sampai sekarang ini. 

Ketika itu Iwan mengawali esainya dengan  bercerita mengenai Winston Churchill yang menampik anggapan bahwa populernya buku yang ia karang karena sudah terlanjur ia dikenal sebagai negarawan/politikus cum peraih nobel. 

“Bukanlah agitasi bila secara kasar dikatakan bahwa naskah seorang yang sudah mempunyai nama umumnya lebih besar kemungkinannya diterima oleh sang penerbit daripada naskah yang belum mempunyai nama,” tulis Iwan. 

Sikap penerbit yang hanya memikirkan ‘komersil’ bagi Iwan inilah sangat erat hubungannya dengan tampilnya para pengarang baru/muda. 

Ketika itu banyak para penerbit yang enggan menerbitkan sajak, novela, roman, drama, meskipun naskah itu bernilai sastra yang tinggi. 

Akibatnya adalah ‘mutu sastra’ tidak akan dilirik kecuali ‘gema sastra’ ramai dengan pelbagai peristiwa-peristiwa penting seperti simposium, penghargaan sastra dan lainnya. Penerbit perlu pemicu gema sastra yang ramai itu barulah sastra dapat dikerek naik.

Iwan meminta penerbit untuk tidak sekaku itu.

“, kian jelaslah kini gambaran persoalannya bagi kita. Yakni; di keadaan seperti kini, sungguh banyak kemungkinan-kemungkinan terbuka bagi para tunas muda! Para penerbit kini umumnya tak berlaku sekaku dulu lagi terhadap para pengarang muda yang datang menawarkan naskah-naskahnya,” tulis Iwan. 

Sikap penerbit yang tidak kaku itu mungkin saja membuat banjirnya karya pengarang muda. Di sinilah Iwan juga mengingatkan penerbit janganlah membabi buta, masyarakat akan tetap kritis dari setiap karya yang akan diterbitkan oleh pengarang muda. 

Tampaknya bagi Iwan ketekunan harus dipegang bagi para pengarang muda.

“..Bila ketekunannya memang besar dan sungguh demikian, hingga naskah yang dihasilkannya itu bukanlah sekedar hasil serampangan saja, tetapi suatu kesaksian, suatu hasil  kejujuran yang disertai oleh bakat dan ilmu pengetahuan, maka harapan adalah besar bahwa naskahnya itu akan diterima sang penerbit,” tulisnya.

Mahasiswa Pendidikan Seni Rupa Angkatan 2020 Gelar Pameran Virtual “Sekar Abirupa The Chaos Chapter”

0

EDURANEWS, JAKARTA– Pendidikan Seni Rupa UNJ mengadakan pameran virtual bertajuk “Sekar Abirupa The Chaos Chapter”. Pameran virtual ini akan diselenggarakan 16-20 Desember 2021 via Artstep. 

Sekar Abirupa adalah karya pameran akhir semester yang diselenggarakan oleh Mahasiswa Pendidikan Seni Rupa UNJ angkatan 2020,” ujar Fariz Fadillah selaku ketua pelaksana. Pameran ini diikuti tiga kelas dan tiga mata kuliah yang diikuti mahasiswa.

Pameran dikuratori Dr. Rizki Rakhman, S.Sn, Msi dan Eko Hadi Prayitno, M.Pd. Pameran ini menjadi cara mahasiswa 2020 menampilkan karya dalam mata kuliah Desain Komunikasi Visual, Fotografi dan Ilustrasi.

“Sekar Abirupa” berasal dari bahasa sansekerta Sekar yang bermakna puncak terbaik dan Abirupa berarti cantik nan indah.

Dari tajuk itu karya-karya yang dipamerkan merupakan puncak terbaik dari perjalanan mahasiswa dalam satu semester ini. Sekar Abirupa juga wadah mahasiswa menuangkan kreativitas dan mengenalkan potensi terbaik mereka.

Proses kreativitas

Pandemi tidak menyurutkan para mahasiswa Pendidikan Seni Rupa UNJ berkarya. Pandemi memang membuat mereka harus belajar di rumah. Dalam proses pembelajaran terkadang mereka mengalami kesulitan dalam menciptakan kreativitas dalam berkarya.

“Terkadang mispersepsi menjadi penyebab ketidaksesuaian hasil karya,” ujar  Dr. Rizki. yang juga pengampu matakuliah DKV, ilustrasi dan fotografi.

Dalam pembelajaran, Dr. Rizki mengharapkan mahasiswa pun dapat mengeksplor kembali karya yang dibuat.

Eko Hadi Prayitno M.Pd menjelaskan bahwa pameran virtual ini merupakan bagian  dari project based learning. Dalam proses kreativitasnya mereka terkadang hunting ke pelbagai tempat di luar UNJ. Ia juga berharap pameran ini menjadi representasi visual yang baik

Dalam sambutannya, ia juga menyampaikan pesan Dr. Indro Moerdisuroso, M.Sn

“Pak Indro berpesan, ini sesuatu yang luar biasa. Mata kuliah yang memaksa belajar di rumah yang basicnya praktek telah berhasil menyelenggarakan pameran,” ujarnya. 

Dr. Indro Moerdisuroso,M.Sn juga berharap mahasiswa tidak putus sampai di sini semangat berkarya dan berproses. 

“Mahasiswa lulus punya kemampuan profesional sebagai pendidik maupun kewirausahaan,” ujar Eko Hadi M.Pd.

Eva Leiliyanti Ph.D Wakil Dekan I Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) juga mengatakan karya dalam pameran virtual ini dibuatkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). FBS dengan seni rupanya dapat memacu Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi  di bidang seni. 

“Gebrakan ini salah satunya bisa meningkatkan reputasi UNJ,” ujarnya.

 

 

 

Prof. Henry Eryanto: Model Inkubator Bisnis Inti dari Pembinaan dan Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi

0

EDURANEWS, JAKARTA– Prof. Henry Eryanto melakukan orasi ilmiah dengan tajuk “Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi: Dinamika, Tantangan, dan Keberlanjutan” di Aula Latief Hendraningrat Gedung Dewi Sartika Kampus A UNJ (14/12). 

Orasi ini menjelaskan  pentingnya pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi sebagai solusi sekaligus penanaman pola pikir kewirausahaan yang berkelanjutan dengan model inkubasi. Artinya dunia usaha memerlukan ekosistem kampus dan akademisi dalam pengembangan kewirausahaan.

 “Di sanalah pendidikan seharusnya memainkan peran sebagai pencipta para wirausaha,” ujar Prof. Henry.

Kemiskinan dan pengangguran memang menjadi problematik berkepanjangan. Pendidikan pun harus  menjadi kunci ketika menciptakan angkatan kerja yang siap kerja. Pengangguran di sekolah formal termasuk perguruan tinggi sudah menyentuh angka 8 juta. Penyerapan tenaga kerja ke Industri belum maksimal.

“Nampaknya Link and Match masih menyisakan masalah,” ujarnya.

Prof. Henry pun menjelaskan bahwa perguruan tinggi haruslah berbenah dengan melakukan pembelajaran yang konkret dan empiris yang mendorong mentalitas wirausaha kepada mahasiswa. 

Ilmu Manajemen dengan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) telah menjadi landasan dan tantangan baru bagi dunia bisnis di era disrupsi.

Amatan Prof. Henry, pendidikan wirausaha sebetulnya sudah ditanamkan sejak Orde Baru di tahun 1997.

Hal ini ditandai dengan pelbagai kebijakan dan program seperti Kegiatan Kuliah Kewirausahaan (KKW), Magang Kewirausahaan (MKU), Kuliah Kerja Usaha (KKU), Program  Pengembangan Budaya Kewirausahaan (PPBK) perguruan tinggi, Inkubator Wirausaha Baru (INWUB), Konsultasi Bisnis dan Penempatan Kerja, dan Inkubator Wirausaha Baru (KBPK).

“Sebetulnya pendidikan kewirausahaan ini difasilitasi oleh peraturan menteri pendidikan termasuk magang dan praktik kerja,” ujar Prof. Henry. Namun pengembangan pendidikan usaha  harus menyentuh aspek kesinambungan. 

Kritik dilontarkan Prof. Henry, di mana proses pembelajaran harus langsung menyentuh kepada yang dibutuhkan oleh industri dan dunia usaha. Pemagangan dan pola pembelajaran juga harus triple helix.

Yang tidak hanya terbatas pada pembelajaran tetapi juga menyentuh aspek teknik manajemen dan pemasaran industri serta menumbuhkan spirit kewirausahaan.

Model Inkubator Bisnis

Rekomendasi diarahkan kepada keberlanjutan usaha. Prof. Henry pun mengajukan inkubator bisnis sebagai gagasan implementatif pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi. 

“Banyak ditemukan kelemahan-kelemahan terutama diseleksi bisnis dan monitoring,” ujar Profesor bidang Ilmu Pendidikan Ekonomi ini.

Menurut Prof. Henry tindak lanjut pendidikan kewirausahaan harus menggunakan inkubator bisnis. Pengalaman mengatakan bahwa 80% usaha yang diinkubasi lebih berhasil dari yang tidak sebanyak 33%. Hal itu didapat dari hasil evaluasi lima tahun setelah lepas dari inkubator bisnis. 

Proses yang dapat dijalankan adalah transfer teknologi, komersialisasi teknologi, diversifikasi sumber daya ekonomi, revitalisasi SDM, investasi modal usaha, peningkatan pelaku bisnis, dan berakhir pada pemberdayaan ekonomi. 

Bagaimana sebetulnya inkubator bisnis itu dapat berjalan?

Prof. Henry menjelaskan ada tahapan yang perlu dilakukan. Pertama, Tahapan Input berkaitan dengan usaha yang diinisiasi dan merupakan usaha rintisan. 

Kedua,Tahapan Proses yang setelah dilakukan analisis terhadap aspek manajemen maka proses pembinaan harus diperjelas lagi tentang aspek bisnisnya termasuk proses inkubasi dan klasifikasi usaha pendamping, 

Ketiga, Tahapan Output peserta harus dapat menjalankan bisnis secara mandiri yang bercirikan pada keberlanjutan bisnis, efisiensi  pengelolaan dan efektivitas usaha

“Dengan demikian terjadi simbiosis mutualisme antara dunia pendidikan, dunia industri dan proses pendidikan menghasilkan manusia unggul,” ujar Prof. Henry.

Prof. Budiaman: Menemukan Pendidikan Lingkungan Sociopreneur yang Implementatif dan Kurikulum

0

EDURANEWS, JAKARTA– Prof. Budiaman melakukan orasi ilmiah dengan tajuk “Model Pendidikan Lingkungan Berkelanjutan Berbasis Sociopreneurship” di Aula Latief Hendraningrat Gedung Dewi Sartika Kampus A UNJ (14/12). 

Tema ini dilandasi oleh pentingnya nilai-nilai pendidikan lingkungan secara berkelanjutan yang dapat diinternalisasikan dalam bentuk kesadaran dan perilaku peserta didik.

Prof. Budiaman mengingatkan pentingnya mengembangkan kemampuan individu dalam mengantisipasi permasalahan lingkungan. Kecerdasan individu ini merujuk pada  peran strategis dalam menciptakan sinergitas hubungan dengan ekosistemnya.

“Fokus saya pada pendidikan di SLTP,” ujarnya.

Perubahan masyarakat yang cepat menjadi dilema lingkungan terutama di masa pandemi. Prof. Budiaman menjelaskan bahwa dilema lingkungan berpusat  pada kelebihan penduduk, ketidakadilan serta konsumerisme.

“Dalam orasi ini saya mengangkat khusus hal konsumerisme,” ucap Profesor kelahiran Indramayu ini. 

Penelitian Nurhati (2020) memaparkan dampak PSBB dan WFH membuat  belanja online berbentuk paket naik 62%. Untuk layanan antar makanan melonjak 47%. Hasil survei 20 April hingga 5 Mei 2020 menunjukan angka aktivitas belanja online masyarakat Jakarta dan sekitarnya. 

“Dalam konteks ini banyak sampah di rumah kita,” ujarnya penuh prihatin.

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di masa pandemi menjadi tantangan pendidikan lingkungan bagi anak SLTP. Sehingga pendidikan lingkungan harus lebih praktis dengan meningkatkan pemikiran kritis peserta didik, kepemimpinan, kompetensi, pemecahan masalah, keterlibatan akademik dan gaya hidup sehat.

Prof. Budiaman juga menjelaskan ada tiga bagian penting yang perlu dibedah dalam pendidikan lingkungan di Indonesia. Pertama, peraturan menteri lingkungan hidup No. 05/2013 pedoman pelaksanaan program Adiwiyata. Stimulus hadiah dari pemerintah sepertinya masih diperlukan dalam memicu masyarakat peduli terhadap lingkungan hidup. 

Kedua, Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS). Muara gerakan ini secara sadar menciptakan aksi kolektif secara sadar.

Ketiga, skema dukungan pelaksanaan gerakan dari pelbagai institusi terkait.

“Saya berkesempatan mengikuti program sociopreneurship,” ujar Prof. Budiaman yang ketika itu berkesempatan mengembangkan bank sampah di kota Bekasi. 

Sociopreneur secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah model bisnis dengan strategi untuk hasil yang berkelanjutan.

Intinya haruslah sederhana, persuasif dan menarik. Di sekolah hal yang paling sederhana yang dapat dilakukan ditanamkan adalah memilah sampah non organik yang memiliki nilai ekonomis.

Dari sinilah Prof. Budiaman menemukan langkah-langkah praktis dalam implementasi socialpreneurship yang berkaitan dengan implementatif dan kurikulum. 

Langkah-langkah itu adalah; kepala sekolah memberi pengarahan tentang pengelolaan sampah di lingkungan sekolah, pembentukan relawan peduli sampah dan membuat sistem tabungan sampah yang ada pada setiap kelas, siswa memilah sampah non organik dari seluruh kelas dikumpulkan pada karung khusus, relawan peduli sampah memilah berbagai jenis sampah setiap sabtu, kepala sekolah dan relawan peduli sampah menimbang sampah non organik,  pemantauan rutin program Green School, setiap selesai jam belajar sekolah, program diinternalisasikan melalui lomba kebersihan kelas setiap sebulan sekali.

“Pada akhirnya saya teringat catatan Prof. Emil Salim bahwa kesadaran lingkungan akan menumbuhkan rasa cinta alam, ketaqwaan, dan  pembentukan watak bangsa Indonesia,” ujarnya.

Prof. Muchlas Suseno: Proses Asesmen Diwujudkan dengan Keterlibatan Aspek-Aspek Afeksi

0

EDURANEWS, JAKARTA– Prof. Muchlas Suseno melakukan orasi ilmiah dengan tajuk “Literasi Asesmen Bahasa: Urgensi dan Implikasinya pada Pemberdayaan Guru Bahasa Inggris” di Aula Latief Hendraningrat Gedung Dewi Sartika Kampus A UNJ (13/12). 

“Orasi ini membahas tentang Evaluasi Pendidikan yang diberi penekanan dan fokus pada konteks pendidikan bahasa,” ujar Prof. Seno mengawali orasi ilmiahnya.

Orasi ini mendedahkan pentingnya literasi asesmen bahasa. Prof. Suseno membagi orasinya menjadi tiga bagian; definisi Literasi Asesmen Bahasa (LAB), LAB dan Model-model baku tes Bahasa Inggris serta kilasan sejarah tentang beberapa tes terstandar bidang bahasa Inggris. 

“LAB juga diperlukan oleh stakeholder yang lebih luas,” tutur Prof. Seno.

Dalam kurun waktu dua dekade terakhir, produk asesmen terutama mengenai data sangat dibutuhkan. Maka LAB juga perlu diajarkan kepada guru.

Berkaitan dengan guru, secara sederhana Prof. Suseno menjelaskan bahwa Literasi Asesmen Bahasa berkaitan dengan guru yang melek asesmen yang mampu menerjemahkan program dan standar kerja dari sekolah tempat mereka mengajar, serta mampu memilih dan menyesuaikan jenis-jenis asesmen agar sesuai dengan konteks pembelajaran.

Prof. Seno menginginkan asesmen lebih operasional. Pembahasan perlu rinci dan kesinambungan. Asesmen berkaitan dengan berbagai elemen terus berkembang.

“Asesmen menjadi salah satu dari enam pengetahuan dasar,” ujarnya. 

Di sini kompetensi terkait dengan pengetahuan dan keterampilan yang perlu ditingkatkan bagi individu, guru dan kepala sekolah.

Popham mengatakan literasi penilaian menjadi hal yang klise dalam pengajaran bahasa. Namun justru pernyataan Popham inilah yang disambut meriah para ahli evaluasi terutama di bidang pengukuran pendidikan.

“Hal ini, barangkali, menjadi salah satu bukti penyebab mengapa laju jalannya aktivitas pembelajaran terseok-seok, limbung,” ujar Prof. Seno menegaskan.

TPD juga  disepakati merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan karena dipercaya meningkatkan proses pembelajaran. Prof. Suseno mengatakan sulitnya menelusuri  permasalahan pelaksanaan TPD melalui analogi kupas bawang.  

Alternatif pun diajukan dengan mengedepankan self talk yang dapat diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran diri. Serta harus ditekankan kepada kesadaran diri. 

Model-model baku alat asesmen seperti TOEFL dan IELTS dapat dapat disajikan sebagai pengukuran keterampilan berbahasa Inggris. Guru juga tampil sebagai konsultan di bidang asesmen.

Melibatkan proses afeksi dalam asesmen menjadi penting. Terutama terkait dengan kesadaran, keyakninan dan percaya diri terhadap unsur-unsur di tiap komponen kunci; pengetahuan, keterampilan dan prinsip asesmen bahasa.

“Prinsip harus dikumandangkan pada unsur afeksi,” ujarnya.

Prof. Seno pun mengatakan beberapa hal yang penting dalam orasi ini  yaitu; LAB sebagai komponen penting dalam mendukung tegak dan kokohnya aktivitas pembelajaran,terdapat perbedaan yang cukup tajam antara kebutuhan LAB dengan pelaksanaan kegiatan (seminar/pelatihan), pasang surut perbedaan sudut pandang, dorongan motivasi menjadi faktor penentu keberhasilan TPD, tiga komponen penting; pengetahuan, keterampilan, prinsip mendasari LAB, guru bahasa inggris perlu dan harus cermat dalam memilih alat ukur, teknik ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi) model-model tes baku, serta transisi metodologi dari struktural ke  metodologi baru yang berfokus kepada keterampilan komunikasi.

 

Prof. Corry Yohana: Program Kewirausahaan Diperlukan Komitmen Terhadap Keberlanjutan

0

EDURANEWS, JAKARTA– Prof. Corry Yohana melakukan orasi ilmiah dengan tajuk “Peran Perguruan Tinggi dalam Penerapan Kampus Merdeka Program Kewirausahaan” di Aula Latief Hendraningrat Gedung Dewi Sartika Kampus A UNJ (13/12). 

“Kewirausahaan sangat penting bagi ketahanan negara,” ujar Prof. Corry di awal orasinya.

Prof. Corry menjelaskan pentingnya tautan antara program kewirausahaan sebagai peluang mahasiswa menjadi wirausaha di kampus merdeka sesuai dengan program Mendikbud Nadiem Makarim.

Secara sederhana wirausaha  dapat diartikan sebagai seorang inovator dan penggerak pembangunan.

“Ini berarti bahwa kewirausahaan sangat erat kaitanya dengan pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.

Prof. Corry dalam orasinya juga menyoroti permasalahan ketenagakerjaan. Ini dibuktikan data BPS tingkat pengangguran terbuka yang menyentuh angka 8 juta di tahun 2021.

Permasalahan ini tentu dapat diurai jika program kewirausahaan dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam hal wirausaha, Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) diperlukan link and match.

Menurut Prof. Corry kunci keberhasilan program MBKM adalah adanya keberanian dalam mengubah pola pikir dari pendekatan kurikulum berbasis konten yang kaku menjadi kurikulum berbasis capaian pembelajaran yang adaptif dan fleksibel. 

Salah satu yang dilakukan UNJ misalnya melakukan program magang yang berorientasi kepada praktik kerja bersifat kompetensi. Sertifikat kompetensi ini dapat menjadi modal dasar dalam memasuki dunia kerja.

Komitmen Keberlanjutan

Pola pikir komitmen keberlanjutan juga harus ditanamkan kepada mahasiswa. Pola pikir ini muncul dari respon positif dari mahasiswa terhadap pendidikan kewirausahaan. 

“Jadi mahasiswa yang magang ada komitmen ketika lulus menjadi entrepreneur,” ujarnya. 

Prof. Corry juga mengajukan langkah-langkah strategis yang dapat ditempuh dalam menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan di perguruan tinggi. 

Pertama, membentuk inkubator bisnis yang menjadi simpul dari jaringan perusahaan. Kedua, memberikan mata kuliah wajib kewirausahaan Best Practice perlu ditampilkan pada mahasiswa yang memiliki kontributor di masyarakat. Ketiga, mengadakan ‘entrepreneur awards’ untuk merangsang mahasiswa berwirausaha. Keempat mengadakan kompetisi wirausaha dengan mendatangkan para pakar dan para wirausaha terkini.  

Mahasiswa/Dosen UNJ, Cek Segera Bantuan Kuota Data Internet Di Bulan Desember Ini

0

EDURANEWS, JAKARTA– Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi kembali menggulirkan program bantuan kuota untuk pembelajaran jarak jauh (pjj) di bulan Desember. 

Mendikbudrstek Nadiem Makarim melihat program ini memiliki manfaat dalam mendukung prose pembelajaran yang berlansgung secara kombinasi antara tatap muka terbatas dan PJJ. Program ini tentu sangat membantu dosen dan mahasiswa dalam proses perkuliahan daring.

“Kami memutuskan untuk memberikan tambahan bantuan di bulan Desember,” ujar Mendikbudristek Makariem (8/12).

Jumlah yang didapat pada periode ini terutama mahasiswa dan dosen akan mendapatkan tambahan bantuan kuota data internet sebesar lima gigabit perbulan. 

Kapusdatin M. Hasan Chabibie menyampaikan juga bahwa nomor ponsel yang mutakhir dan sudah dipertanggungjawabkan dalam surat Pertanggungjawaban Mutlak (SPTJM) pada bulan november secara otomatis akan mendapatkan kuota data internet. 

“Akan langsung disalurkan kepada nomor ponsel yang mendapatkan bantuan kuota data internet pada bulan November 2021.” ujar Hasan. 

Kuota data internet juga merupakan kuota umum yang dapat digunakan mengakses seluruh laman dan aplikasi. Jadi dosen dan mahasiswa dapat mengoptimalkan kuota untuk kegiatan belajar dan mengajar. 

Sumber: Kemdikbud

Recent Posts