Home Blog Page 12

UNJ Meraih Juara Umum di Ajang Pesta Olahraga Antar Perguruan Tinggi 2022

0

EDURANEWS, JAKARTA. Universitas Negeri Jakarta (UNJ) telah menyelenggarakan acara “Pemberian Penghargaan dan Penutupan Pesta olahraga Antar perguruan Tinggi Se-Indonesia Tahun 2022 di Lantai 8 Gedung UTC (19/7). Acara ini merupakan rangkaian dari Dies Natalis UNJ yang ke 58. 

Rektor UNJ Prof. Komarudin berharap acara pesta olahraga antar perguruan tinggi ini menggairahkan kembali olahraga di perguruan tinggi pasca pandemi covid 19.  Prof. Komarudin juga berharap pesta olahraga ini menjadi ajang UNJ untuk terus membina mahasiswanya menjadi atlet profesional. 

“ Kita (UNJ) ingin menggiatkan kembali kegiatan mahasiswa khususnya di bidang olahraga,” ujar Prof. Komarudin yang juga menginginkan munculnya bibit-bibit atlet berprestasi di perguruan tinggi.

UNJ menjadi inisiator dalam penyelenggaraan pesta olahraga antar perguruan tinggi. Acara ini merupakan ajang pertama kalinya pesta olahraga antar perguruan tinggi. Pesta olahraga ini diselenggarakan pada 1 Juni-2 Juli 2022. Mempertandingkan 12 cabang olahraga dan diikuti 113 perguruan tinggi se-Indonesia dengan peserta mencapai 1950 mahasiswa. 

Wakil Rektor 3 UNJ Abdul Syukur menjelaskan acara ini memang secara khusus diadakan agar mahasiswa dapat kembali mengukir prestasi di ajang olahraga bahkan diharapkan mahasiswa dapat mengukir prestasi di ajang olahraga mahasiswa internasional.  

“Sehingga prestasi mahasiswa kembali membanggakan bisa mengangkat perguruan tingginya,” ujarnya. 

Dalam pesta olahraga antar perguruan tinggi ini Universitas Negeri Jakarta (UNJ) juga meraih juara umum disusul Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Universitas Negeri Surabaya (UNESA). 

Prof. Agus Dudung: Three-E Berpengaruh Positif Pada Prestasi Mahasiswa

0

EDURANEWS, JAKARTA. Prof. Agus Dudung melakukan Orasi Ilmiah bertajuk “Prestasi Lulusan Mahasiswa Perspektif Peran Three-E (E-Readiness, E-Learning dan E-Book)” di Aula Latief Hendraningrat (18/7). Orasi Ilmiah ini sekaligus mengukuhkan Prof. Agus Dudung sebagai guru besar tetap bidang Ilmu Evaluasi Pembelajaran Kejuruan Fakultas Teknik UNJ. 

Prof. Agus Dudung menjelaskan tema ini dilandasi oleh pentingnya pendidikan dalam perkembangan teknologi informasi secara berkelanjutan. Terutama ketika pendidikan dihadapkan pada era digital yang mengharuskan pendidikan beradaptasi pada perubahan digital.

Teknologi memiliki 3 prinsip dasar yaitu pendekatan sistem yang lebih mudah dan efisien, berorientasi hasil pada mahasiswa, dan pemanfaatan teknologi pada sumber belajar.

Menurut Prof. Agus Dudung, pembelajaran menggunakan Three-E benar-benar memberikan prestasi pada mahasiswa. Mahasiswa juga dapat mengembangkan metode Three-E ini. 

“Peran teknologi dalam dunia pendidikan sangat besar karena dapat membantu pendidik dan peserta didik untuk mendapatkan materi pembelajaran,” ujarnya.

Pengembangan Three-E

Three E secara sederhana adalah pembelajaran elektronik yang memanfaatkan paket informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. 

Three E merupakan hybrid dari pembelajaran tatap muka dan pembelajaran berbasis komputer atau learning online

Studi yang dilakukan Prof. Agus Dudung dilakukan dengan pendekatan explanatory dengan pendekatan kuantitatif menggunakan analisis structural equation modeling (SEM) dengan berbasis varians. 

Hal yang perlu diperhatikan lebih jauh adalah dosen harus memenuhi dan meningkatkan kompetensinya dengan memperhatikan perencanaan kuliah, komunikasi dengan mahasiswa, metode dan strategi perkuliahan berbasis teknologi dan informasi untuk menciptakan suatu proses perkuliahan yang inovatif.

Serta peningkatan infrastruktur perkuliahan, memfasilitasi, dan mendukung dosen dan mahasiswa untuk meningkatkan kompetensinya.

“Hasil analisis dapat disimpulkan Three-E berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi lulusan mahasiswa,” jelasnya.

Prof. Agung Purwanto: Pembelajaran Lingkungan Berbasis EM-SETS Membantu Siswa Belajar Mandiri

0

EDURANEWS, JAKARTA. Prof. Agung Purwanto melakukan Orasi Ilmiah bertajuk “ EM-SETS: Integrasi Pendidikan Lingkungan dan Teknologi dalam Pembelajaran Sains” di Aula Latief Hendraningrat (12/7). Orasi Ilmiah ini sekaligus mengukuhkan Prof. Agung Purwanto sebagai guru besar tetap bidang ilmu Pendidikan Lingkungan Hidup Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNJ. 

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terutama dalam pengembangan internet telah semakin maju. Apalagi Covid 19 telah mendorong pembelajaran daring yang membutuhkan teknologi dalam menciptakan pembelajaran. Di Indonesia sendiri pengguna internet berdasarkan data BPS sebesar 53,73%. Namun jika dilihat dari tujuan penggunaan internet untuk keperluan belajar masih sangat sedikit yakni sekitar 39%.

Padahal menurut Prof. Agung Purwanto penggunaan internet sangat menunjang dalam pembelajaran pembelajaran sains dan lingkungan. Sains merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa dan gejala alam berdasarkan pengamatan. Dalam prosesnya pembelajaran sains dapat menciptakan sikap ilmiah pada siswa. 

“Pembelajaran sains dilakukan dengan pengamatan bukan dengan hafalan,” tegas Prof. Agung Purwanto.

Abad 21 dengan kemajuannya berkembang cepat menuntut kualitas dan keterampilan hidup. Penggunaaan teknologi menjadi kunci dalam menghadapi Abad 21. 

“Salah satu penelitian yang kami lakukan yaitu pembelajaran dengan E-Modul menggunakan pendekatan SETS,” ujar Prof. Agung Purwanto.

Masalah lingkungan

Untuk mengatasi masalah lingkungan Abad 21 maka penting untuk mengembangkan bahan ajar yang digunakan di sekolah. Prof. Purwanto pun mengembangkan pendidikan lingkungan yang terintegrasi dengan pembelajaran sains Abad 21 yakni dengan pendekatan science, environment, technology, and society (SETS). Pendekatan SETS ini bertujuan membantu pembelajar tentang sains terutamapeserta didik dalam memahami pendidikan lingkungan.

Dari pelbagai penelitian E-Modul ini sangat membantu siswa dalam belajar lingkungan. Karena mereka memiliki modul yang komprehensif dengan visual yang baik. E-modul berbasis SETS ini sangat layak sebagai bahan ajar. Ujungnya membantu belajar siswa secara mandiri dan meningkatkan kompetensi siswa.  

Prof. Purwanto menjelaskan pendidikan lingkungan mutlak dibutuhkan dengan E-modul berbasis EM-SETS. Keunggulan dan kebaruan yang muncul di EM-SETS dilengkapi dengan topik lengkap, gambar, video yang divisualisasi dengan baik, petunjuk dan soal-soal. 

Hasil penelitian menunjukan ada peningkatan 22% dari uji coba yang dilakukan. Penilaian menunjukan modul elektronik ini sesuai dengan kompetensi dasar, tujuan pembelajaran berdasarkan kurikulum  serta indikator pencampaian kompetensi dasar.

“Pemanfaatan modul dengan EM-SETS perlu diperluas sebagai solusi permasalahan lingkungan,” jelas Prof. Agung Purwanto. 

 

Prof. Muhammad Zid: Kampung Migran Berdaya (KMB) Bentuk Implementasi Soft Skill bagi Perempuan Eks Migran Internasional

0

EDURANEWS, JAKARTA. Prof. Muhammad Zid melakukan Orasi Ilmiah bertajuk “Kampung Migran Berdaya: Kajian Teoritis dan Praktis Terhadap Pemberdayaan Migrasi Internasional Perempuan Pedesaan Indonesia” di Aula Latief Hendraningrat (7/7). Orasi Ilmiah ini sekaligus mengukuhkan Prof. Muhammad Zid sebagai guru besar tetap pertama bidang ilmu Sosiologi Pedesaan Fakultas Ilmu Sosial UNJ. 

“Saya pun berasal dari desa se desa-desanya,” ucap Prof. Zid mengawali orasi ilmiahnya yang ketika itu mengingat masa sekolah dulu di kampung Panggarangan Lebak.

Migrasi Internasional menjadi kajian yang diangkat Prof. Zid. Menurutnya fenomena Migrasi Internasional adalah fenomena dunia. PBB menaksir tahun 2020 ada sekitar 281 juta orang migran internasional atau memawikili 3,6 persen populasi global.  

Amatan Prof. Zid bahwa seseorang yang melakukannya Migrasi Internasional ke luar negeri atau pergi dari negara asalnya memiliki berbagai tujuan secara spesifik. Di Indonesia faktor ekonomi menjadi faktor yang dominan. Rata-rata dari mereka yang melakukan Migrasi Internasional  berharap untuk dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik.  

Migrasi Internasional Perempuan Indonesia

Dalam orasinya Prof. Zid secara spesifik memaparkan hasil penelitian mendalamnya pada masyarakat Desa Panyingkiran, Kabupaten Karawang, dan Desa Ciherang Kabupaten Purwakarta. 

Kedua desa ini masyarakatnya masih mengandalkan sektor pertanian. Kemiskinan dan kemelaratan mengakibatkan perempuan ikut bekerja dan menjadi tumpuan ekonomi bagi keluarga. Jika ada yang sukses di luar negeri, cerita sukses mereka bisa menular ke perempuan lain dan keinginan untuk ke luar negeri menjadi tinggi. 

“Betapa mereka menjadi berdaya setelah menjadi TKW dan mampu mengakumulasikan remitennya,” ujar Profesor Zid yang juga ketua LP3 UNJ.

Potensi remiten dari Migrasi Internasional memiliki dampak yang signifikan bagi keberlangsungan keluarga maupun desa. Remiten pun tidak hanya dipahami sebagai uang dan barang yang dikirimkan oleh migran, tetapi juga mengenai ide dan kreativitas. 

Dalam penelitiannya Prof. Zid juga menemukan local wisdom tipe penggunaan remiten yakni Rik rik gemi bari jeung dagdag degdeg dan Mangpang meungpeung. Tipe Rik rik gemi bari jeung dagdag degdeg remiten digunakan untuk kegiatan produktif seperti membeli tanah, rumah dan pendidikan. Sedangkan tipe Mangpang meungpeung remiten digunakan untuk hal yang konsumtif seperti pemenuhan gaya hidup. 

Prof. Zid juga menginisiasi Kampung Migran Berdaya (KMB) sebagai bentuk implementasi soft skill bagi eks migran internasional dalam pandangan Prof. Zid ada tiga aspek yakni Pertama, eks migran perempuan pedesaan memiliki keahlian. Kedua, KMB hadir untuk menjawab peluang dan potensi. Ketiga, pendampingan KMB menjadi sangat penting agar tujuan dari program pemberdayaan tetap berjalan sesuai rencana.

Melalui KMB ini perempuan eks migran dapat menyalurkan pengetahuaanya seperti kuliner, mendidik anak, kesehatan kepada warga lainnya secara terintegrasi.

 “Aras mikronya kecamatan dan desa harus menginisiasi Kampung Migran Berdaya,” ujar Prof.Zid menutup orasinya.

Pembinaan Profesi Guru Berkelanjutan Jadi Kunci Tata Kelola Guru Nasional

0

EDURANEWS, JAKARTA: Peran guru dalam pendidikan sangat penting. Namun, pembinaan guru sebagai pendidik yang ada pada tata kelola guru belum sepenuhnya maksimal. Sampai saat ini nasib guru masih di bawah pengaturan undang-undang belum bisa mewakili aspirasinya.

Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd. mengatakan solusi kunci dari  Tata Kelola Guru Nasional adalah Pembinaan Profesi Guru Berkelanjutan.

“Bila pemerintah tidak memprioritaskan kesejahteraan guru maka profesi ini tidak akan tertarik di mata anak-anak muda generasi penerus. Situasi ini akan mengkhawatirkan bila terjadi di masa depan. Terutama nasib pendidikan karena akan kehilangan masa depan yang potensial.”

Apalagi Indonesia akan dihadapkan dengan bonus demografi. Pendidikan menjadi penting karena akan menentukan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

Lebih lanjut, Profesor Unifah mengatakan kritiknya pada RUU Sisdiknas yang pelan-pelan mengesampingkan peran Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dari pusaran pendidikan nasional.

“Padahal muara mutu pendidikan adalah perhatian dan pengaturan yang jelas dan komprehensif terhadap LPTK dan Guru.”

Profesor Unifah, yang juga guru besar Universitas Negeri Jakarta, mengatakan dalam RUU SIsdiknas hal itu belum jelas dan gamblang diatur, bahkan tidak mendapat tempat.

Hal itu disampaikan ketika menjadi pembicara pada Webinar Nasional Dies Natalis ke-41 Universitas PGRI Semarang. Tajuk diskusi bertema “Menakar Sistem Pendidikan Nasional”.

Prof. Robinson Situmorang: Peran Desain Pembelajaran Sangat Penting di Era MBKM

0

EDURANEWS, JAKARTA. Prof. Robinson Situmorang melakukan Orasi Ilmiah bertajuk “Aktualisasi Teknologi Pendidikan di Era Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka” di Aula Latief Hendraningrat (6/7). Orasi Ilmiah ini sekaligus mengukuhkan Prof. Robin  sebagai guru besar tetap bidang ilmu Desain Pembelajaran Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ. 

Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di bidang pendidikan mengubah pembelajaran dan implementasinya di Abad 21. Kreativitas, berpikir kritis dan keterampilan karakter menjadi keterampilan yang mesti dimiliki peserta didik di abad 21. Termasuk keterampilan dalam bidang teknologi, media dan informasi.

Aktualisasi Teknologi Pendidikan dengan (MBKM) harus menjawab tantangan dan beradaptasi untuk mempersiapkan lulusan di era Revolusi Industri 4.0. MBKM menjadi instrumen anak muda untuk berdaya saing di masa depan. Perguruan tinggi dituntut untuk berperan memantik mahasiswa di MBKM. Kebijakan ini menjadikan mahasiswa menjadi subjek utama dengan keleluasan belajar yang  sesuai minat bakat.

Kebijakan MBKM, esensinya berpusat pada mahasiswa, di mana mahasiswa memenuhi target pembelajaran. Aktivitas perlu diselaraskan dengan kurikulum program studi. Maka MBKM seharusnya menjadi solusi atas tuntutan dan perubahan yang sangat cepat terjadi di dunia karir serta kesenjangan dengan dunia perkuliahan di Perguruan Tinggi. 

“Namun tidak mudah untuk implementasi,” ujar Prof. Robinson yang juga menekankan pada fungsi dosen dalam pembelajaran.

Amatan Prof. Robinson maka harus dilakukan pemetaan kurikulum yang harus memfasilitasi MBKM terkait dengan program studi. Melakukan kajian mata kuliah apa saja yang menjadi unggulan dan dapat dikembangkan dalam MBKM lalu dikonversi ke dalam SKS mata kuliah.

Desain Pembelajaran

MBKM menjadi tantangan bagi keilmuan Teknologi Pendidikan dan para praktisi teknolog pendidikan yang ada di Indonesia. Teknologi Pendidikan terkait dengan Inovasi terbaru dan bagaimana memproduksinya dengan program, jasa, konsultasi dan kegiatan lain dalam kaitannya dengan proses belajar.  Prof. Robinson memaparkan ada 5 Aspek Kawasan penting Teknologi Pendidikan yakni Perencanaan, Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan dan Penilaian. 

“Perencanaan menjadi aspek yang sangat penting,” ujarnya. 

Desain Pembelajaran bertolak pada kehidupan nyata sekaligus teoritik empirik. Menurutnya pembelajaran dapat didesain dengan sistemik. Prosedur juga dapat menjabarkan secara analitik, perencanaan, pengembangan, pelaksanaan atau aplikasi dan penilaian proses penilaian ketepatan pembelajaran. 

Dapat dilihat potensi yang besar yang dapat dilakukan teknologi pendidikan di era MBKM, khususnya dalam lima kawasan Teknologi pendidikan. Dosen dan guru menjadi keharusan memiliki kompetensi desain pembelajaran yang akan mampu dalam rekayasa pembelajaran. 

“Peran desain pembelajaran dalam teknologi pendidikan sebagai proses rencana rinci sangat penting,” ujarnya.

Prof. Anan Sutisna: Rumah Kewirausahaan Mewujudkan Masyarakat  yang Mandiri dan Maju

0

EDURANEWS, JAKARTA. Prof. Anan Sutisna melakukan Orasi Ilmiah bertajuk “Membangun Desa Peradaban Melalui Rumah Kewirausahaan Berbasis Pendidikan Masyarakat” di Aula Latief Hendraningrat (6/7). Orasi Ilmiah ini sekaligus mengukuhkan Prof. Anan Sutisna sebagai guru besar tetap Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ. 

Isu pembangunan manusia sangat strategis untuk dilakukan pengkajian yang komprehensif. Ada peran perguruan tinggi yang dapat memajukan sumber daya manusia. Perguruan tinggi adalah  gudang inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat.

“Salah satunya adalah peran dosen,” ucap Prof. Anan mengawali orasi ilmiahnya. Baginya dosen memiliki peran sentral dalam  pendidikan dan penelitian kepada masyarakat.

Dosen memiliki tugas mengajar dan membimbing mahasiswa serta tanggung jawab pengetahuan melalui penelitian di bidang keahliannya. Jalan hidup dosen menjadi syarat mutlak adalah berjiwa pendidik sekaligus peneliti.

Prof. Anan menginginkan inovasi dari penelitian dosen  menjadi jembatan pemberdayaan kepada masyarakat. Melalui implementasi yang  tepat guna penelitian  dosen sebagai roda perekonomian yang dapat menggerakan perekonomian desa.

Masyarakat Indonesia yang berbeda setiap geografis dan pedesaan yang masih dianggap bottom up atau partisipatif dalam pembangunan desa. Aspirasi merupakan syarat penting agar pembangunan berjalan. Prof. Anana percaya, masyarakat bukanlah objek tapi sebagai subjek yang berperan dalam pembangunan. 

Masyarakat desa harus menjadi aktor utama yang harus ditekankan. Pembangunan masyarakat harus mewujud kepada pemberdayaaan. Di sinilah  letak Program Desa Peradaban merupakan desa yang maju dalam ekonomi, pendidikan, politik dan kinerja aparatur desa.

Pendidikan Masyarakat menjadi kunci dalam menciptakan desa yang berdaya. Ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi menjadi aspek penting dalam pendidikan. 

Amatan Prof. Anan Model Rumah Kewirausahaan yang telah digelutinya selama 10 tahun memberikan dampak pada kesempatan pendidikan formal yang tidak selalu dimiliki masyarakat. Maka pemberdayaan masyarakat melalui Pendidikan Masyarakat menjadi kunci.

“Agar pendidikan dapat diperoleh bagi masyarakat yang tidak memiliki kesempatan,” ujarnya. 

Rumah Kewirausahaan

Di setiap daerah community learning center didirikan dari masyarakat untuk masyarakat: keaksaraan, kesetaraan, dan program vokasi terutama dalam keterampilan wirausaha. Program pendidikan masyarakat menjadi aksesibilitas terutama  integrasi dengan pendidikan dan keterampilan wirausaha sehingga  outputnya manusia cerdas terampil dan mandiri. 

“Fokus pada kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan tujuan agar mampu memecahkan masalah sehingga tercipta masyarakat madani,” jelasnya.

Prof. Anan mengembangkan Model Rumah Kewirausahaan menemukan fakta di lapangan belajar sambil berwirausaha bagi masyarakat desa penting dilakukan. Konsep ini telah teruji dalam 5 tahun terakhir. Pengalaman belajar bukan hanya di kelas tapi lebih luas yakni di lingkungan rumah peserta didik. Rumah sebagai fasilitas tinggal juga menjadi rumah belajar. 

“Model ini membantu peningkatan pengetahuan keterampilan dan ekonomi keluarga di pedesaan” ujarnya.  

Terbatasnya pusat belajar, maka pemberdayaan masyarakat desa dapat dilakukan melalui Rumah Kewirausahaan pada komunitas belajar pada pedesaan. Komunitas belajar yang mampu meningkatan pengetahuan keterampilan dan pendapatan warga masyarakat desa. 

Pengabdian Masyarakat Kolaboratif FIS UNJ lewat Edukasi Masyarakat Bidara Cina

0

 

EDURANEWS, JAKARTA— UNJ diwakili Fakultas Ilmu Sosial melaksanakan Pengabdian Masyarakat Kolaboratif di Aula Kelurahan Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur (05/07).

Dosen Pendidikan Geografi dan Pendidikan Agama Islam terjun ke masyarakat untuk memberikan edukasi tentang penguatan peran masyarakat dalam membangun ketahanan lingkungan masyarakat Bidara Cina dalam adaptasi dan mitigasi bencana banjir.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini juga berkolaborasi dengan dosen Teknik Lingkungan Institut Kesehatan dan Teknologi Jakarta (IKTJ DKI).

Pelibatan masyarakat pada kegiatan ini berjumlah 30 orang meliputi ketua RT dan RW serta masyarakat terdampak banjir.

Kegiatan ini dibuka oleh Lurah Bidara Cina, Suhartono, S.Ap., dalam sambutannya, Suhartono menyampaikan bahwa peran perguruan tinggi dibutuhkan oleh masyarakat Bidara Cina.

“Masyarakat Bidara Cina membutuhkan peran perguruan tinggi untuk dapat memberikan edukasi dan inovasi serta pendampingan berkelanjutan,” ujarnya.

Kegiatan dilanjutkan dengan edukasi oleh dosen Pendidikan Agama Islam, Sari Narulita. Ia menyampaikan materi tentang penguatan literasi iklim melalui pendekatan agama.

Dosen Pendidikan Agama Islam UNJ lainnya, Rihlah Nur Aulia, juga menyampaikan materi dengan metode brainstorming tentang apa dan bagaimana peran masyarakat Bidara Cina dalam mitigasi dan adaptasi bencana banjir.

Penyampaian edukasi dilanjutkan oleh Faisal M. Jasin, dosen Teknik Lingkungan Institut Kesehatan dan Teknologi Jakarta (IKTJ DKI). Ia menyampaikan materi tentang upaya meningkatkan ketahanan lingkungan masyarakat bantaran sungai ciliwung dalam menghadapi perubahan iklim.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini ditutup dengan materi pemetaan partisipatif jalur evakuasi banjir di wilayah Bidara Cina oleh Rayuna Handawati, Dosen Pendidikan Geografi. Sekaligus pengesahan hasil produk peta jalur evakuasi banjir karya dosen dan mahasiswa Pendidikan Geografi FIS UNJ.

Prof. Usep Suhud: Narcissism dan Self Esteem Berdampak pada Perilaku Konsumen

0

EDURANEWS, JAKARTA. Prof. Usep Suhud melakukan Orasi Ilmiah bertajuk “We Are Cyborgs: Peran Media Sosial dalam Membentuk Narsisme Ekonomi” di Aula Latief Hendraningrat (5/7). Orasi Ilmiah ini sekaligus menjadi orasi yang mengukuhkan Prof. Usep Suhud sebagai guru besar tetap bidang ilmu Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi UNJ. 

Cyborg adalah metafora yang digunakan Prof. Usep Suhud dalam menggambarkan perilaku manusia dalam media sosial. Prof. Usep Suhud menjelaskan penduduk Indonesia adalah pengguna aktif media sosial. Narsisme pun muncul dalam penggunaan media sosial. Namun di sini Prof Usep melihat perspektif lain dalam pandangan narsisme di media sosial.

“Pengguna handphone lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk Indonesia,” ucap Prof. Usep. Selain itu penduduk Indonesia juga pengguna media sosial aktif.  

Praktisi periklanan Jepang menjelaskan konsep AISAS yang menggambarkan langkah-langkah konsumen berkaitan dengan media sosial yakni Attention, Interest, Search, Action, Share. Sosial media menjadi tempat  Self-Esteem mencari perhatian dan juga aksi untuk mencari sesuatu. Di sini ada gambaran jelas mengenai perilaku konsumen.

Narcissism dan Self Esteem

Prof. Usep Suhud banyak melakukan riset mengenai narcissism dan Self Esteem dalam sosial media dan juga kaitannya dengan tourisme. Dalam pemasaran Narcissism dan Self Esteem memiliki peran dalam mempengaruhi perilaku konsumen.

Semakin narsis seseorang, semakin tinggi self esteem seseorang. Semakin tinggi self esteem berdampak pada addiction; social media, tourism. Prof. Usep Suhud menduga narsisme adalah sumber segalanya yang mempengaruhi tahap-tahap perilaku konsumen.

“Kami para pemasaran selalu bilang ayo gunakan media sosial dan belanja,” ucap Prof. Usep Suhud yang menekankan pentingnya media sosial dalam membentuk perilaku konsumen.

Penelitian-penelitian Prof. Usep Suhud sering terinspirasi dari Istrinya yang sering menggunakan media sosial untuk belanja. Contohnya perilaku istri yang senang menonton desainer pakaian terkenal yang berdagang secara live di Instagram.

Prof. Saparuddin: UMKM Penyangga Tatanan Ekonomi Indonesia

0

EDURANEWS, JAKARTA.  Prof. Saparuddin M, melakukan Orasi Ilmiah bertajuk “Desain Model Pengembangan UMKM di Indonesia” di Aula Latief Hendraningrat (5/7). Orasi Ilmiah ini sekaligus menjadi orasi yang mengukuhkan Prof. Saparudin sebagai guru besar tetap bidang ilmu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi UNJ.   

Promotor menyarankan Prof. Saparuddin untuk membaca buku pemikiran Amartya Sen, juga saran dari Prof. Edi Swasono untuk memperdalam pemikiran Hatta. Pengalaman itu yang memperkuat pemikiran Prof. Saparuddin dalam bidang ekonomi kerakyatan terutama UMKM.

Dalam orasinya Prof. Saparuddin menjelaskan pentingnya UMKM sebagai penyangga tatanan ekonomi Indonesia. Jumlah UMKM di Indonesia memang mengalami peningkatan dari 61,65 juta unit (2006) menjadi 64,92 (2020). UMKM telah berkontribusi dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) 60-65 %. 

Meskipun sebagai penopang perekonomian, UMKM memiliki permasalahan dan tantangan dalam pengembangan UMKM. Prof. Saparudin menuliskan di Orasi Ilmiahnya salah satu penyebabnya adalah bidang manajemen, organisasi, teknologi, permodalan, operasional dan teknis di lapangan, terbatasnya akses pasar, kendala perizinan, serta biaya-biaya non teknis di lapangan yang sulit terhindarkan. 

Pemberdayaan dan pengembangan UMKM

Menurut Prof. Saparuddin  diperlukan pemberdayaan dan pengembangan UMKM. Pemberdayaan dan pengembangan UMKM menjadi kunci agar UMKM mampu berkembang dan peningkatan nilai tambah ekonomi.  

Ada 5 strategi yang diungkapkan Prof. Saparuddin dalam penguatan kewirausahaan UMKM yaitu; Pertama, perlu didukung melalui penyediaan insentif fiskal yang berorientasi produk unggulan, ekspor, dan substitusi impor, Kedua, adanya modal alternatif seperti investor, impact investor, modal ventura, Ketiga, penciptaan peluang usaha dan start up, Keempat, nilai tambah usaha sosial ditingkatkan melalui pendampingan, Kelima, fasilitasi akses kepada pengadaan barang dan jasa pemerintah dan kemudahan untuk mengakses infrastruktur publik sebagai tempat pengembangan usaha dan tempat promosi UMKM.

Prof. Saparuddin menjelaskan berbagai perkembangan model UMKM di negara lain seperti Thailand, Vietnam, Cina, Malaysia. 

“Yang membedaknnya hanya rule of statenya,” ucap Prof. Saparuddin mengenai peran pemerintah di setiap negara yang berbeda-beda.

Di beberapa negara peran pemerintah dalam intervensi ekonomi sangat kurang sedangkan di Indonesia para pelaku UMKM menginginkan intervensi pemerintah haruslah kuat. 

“Para pelaku UMKM menyarankan peran pemerintah haruslah kuat,” jelasnya.

Ringkasnya desain pengembangan  model UMKM di Indonesia diarahkan untuk memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan serta dukungan mengembangkan sentra-sentra ekonomi. 

Recent Posts