Home Blog Page 10

Tumbuhkan Profesionalisme, Menpan RB Azwar Anas Dorong Reformasi Birokrasi Berdampak

0

EDURANEWS, JAKARTA. Sidang Terbuka Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dalam rangka pembukaan Dies Natalis Ke 59 UNJ menghadirkan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi Abdullah Azwar Anas (16/05). Sidang terbuka ini menjadi awal pembukaan secara resmi Dies Natalis UNJ ke 59. 

Dies Natalis UNJ ke 59 ini menjadi momentum UNJ untuk terus berbenah diri menuju world class university. Dalam pidato pembukaan, Rektor UNJ Prof. Komarudin menjelaskan ikhtiar ini terus dilakukan UNJ dengan membangun ke arah kemajuan. Capaian prestasi terus ditorehkan UNJ mulai dari publikasi ilmiah, penelitian dan pengabdian yang menghasilkan luaran yang berdampak kepada masyarakat. 

“Salah satu kebanggan kita adalah (UNJ) telah  ditunjuk sebagai  sentra latihan olahragawan nasional,” ujar Prof. Komarudin.

Prof. Komarudin juga menyebutkan UNJ menjadi pioner dalam meletakan peta jalan koridor pembangunan pendidikan nasional sesuai dengan pemikiran Soekarno mengenai ‘Kota Mahasiswa’. Kehadiran Menpan RB Azwar Anas memberikan inspirasi mengenai pengalamannya dalam melakukan reformasi birokrasi berdampak. 

Menpan RB Azwar Anas memberikan pidato dengan tajuk “Bergerak Untuk Reformasi Birokrasi Berdampak”. Menpan RB banyak memberikan inspirasi mengenai pengalamannya dalam memberikan reformasi birokrasi berdampak sesuai dengan arahan Presiden Jokowi. 

Sebelum menjadi menteri, Azwar Anas adalah bupati berprestasi di Banyuwangi dan juga kepala LKPP. Segudang pengalamannya dalam birokrasi ini memberikan pengalaman yang berharga dalam mengefisienkan birokrasi yang selama ini menjadi momok dalam mandeknya pembangunan.  

Berkaca dari Banyuwangi

Menurut Menpan RB Azwar Anas, reformasi birokrasi berdampak ini menjadi kuncinya adalah skala prioritas. Berkaca dari apa yang dilakukannya di Banyuwangi, ketika menjabat bupati Anwar Azas menginginkan kemiskinan harus turun, pendapatan daerah harus naik dan inflasi harus turun. 

Azwar Anas juga mengingatkan agar daerah tak melulu mengkopi kerja kota metropolitan yang terkadang tidak sesuai dengan potensi daerah itu sendiri. 

Ketika itu Azwar Anas memilih skala prioritasnya dalam pengembangan pariwisata dengan fokus ekoturisme dengan menggelar pelbagai festival dengan tidak membebankan pada APBN daerah.

“Maka  proyek perubahan yang kami pilih dinas pariwisata,” ujar Menpan RB Azwar Anas. Hal ini karena ia melihat potensi alam yang ada di Banyuwangi karena diapit 3 taman nasional.  Contohnya ia mengadakan World Surfe League 2022, karena Banyuwangi memiliki salah satu ombak terbaik di dunia. Selain itu ia juga mengadakan Tour de Banyuwangi Ijen yang mendapatkan nilai ‘Excellent’ dari federasi sepeda dunia. 

Kecermatan melihat potensi ini yang seharusnya menjadi karakter setiap pemimpin. Bagi Menpan RB Azwar Anas, pariwisata menjadi proyek perubahan dalam mengubah perilaku manusia. Strategi yang dilakukan adalah dengan Triple A yakni Aksesibilitas, Amenitas, dan Atraksi. Dengan pelbagai festival yang digelar di Banyuwangi inilah yang juga melunturkan ego sektoral di setiap dinas yang menyebabkan mereka menjadi cair dan kerja sesuai dengan passionnya. 

Reformasi birokrasi berdampak

Dalam reformasi birokrasi, Azwar Anas menjelaskan mengenai pentingnya dampak dan gesitnya dengan perampingan birokrasi. Misalnya merampingkan proses bisnis layanan di BKN dalam layanan kenaikan pangkat, layanan pensiun, dan pindah instansi.  

Melakukan perubahan dalam birokrasi terutama dalam penyederhanaan untuk jabatan agar bergerak dengan lincah. Perubahan tata kelola ini harus dilakukan dengan memangkas jabatan pelaksana dan fungsional. 

Dalam pendidikan, permasalahan juga terjadi di tata kelola tenaga honorer yang berjumlah 2,3 juta. Yang menyebabkan tarik tambang dilema reformasi birokrasi. Dengan reformasi birokrasi tujuannya adalah profesionalisme akan tumbuh di pelayanan birokrasi seperti perekrutan tenaga dosen dan guru.

“Rekrutmen ke depan kita berharap lebih berkualitas,” ujarnya.

Ke depan layanan harus memiliki data yang terintegrasi dengan mendorong Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (PBSE). Pendidikan dan kesehatan menjadi prioritas ke depan dalam menciptakan  sumber daya manusia yang berkualitas. Ia juga menjelaskan tantangan Indonesia 2050 yang memerlukan peran akademisi dan mahasiswa dalam mengurai permasalahan stunting. 

Setelah memberikan pidato, Menpan RB Azwar Anas dan Rektor UNJ Prof. Komarudin launching buku “Cakrawala Pemikiran 59 Guru Besar Universitas Negeri Jakarta”. 

 

Aldera Wujudkan Demokratisasi Indonesia Lewat Gerakan Politik Mahasiswa

0

EDURANEWS, JAKARTA- 21 Mei 1998 Soeharto turun dari jabatan presiden. Soeharto memimpin Orde Baru selama 32 tahun. Selama menjabat Soeharto melakukan konsolidasi kekuasaan dengan melakukan pembredelan pers, perampingan partai politik, mengontrol media, elemen-elemen peradilan pun kala itu tunduk di bawah kekuasaan Orde Baru. Pemusatan kekuasaan di bawah Orde Baru menjadikan slogan “pembangunan” tidak merata dengan banyaknya ketimpangan. Sejak itu, gerakan-gerakan mahasiswa menentang proses nir demokrasi ala Orde Baru dengan berkumpul dan berorganisasi dengan sembunyi-sembunyi. 

Dalam catatan Pius Lustrilanang, kesadaran mengenai pentingnya demokratisasi Indonesia di mata mahasiswa itu tumbuh di tahun 80-an memunculkan gerakan yang awalnya sporadis dengan banyak mengorganisir perubahan dengan kelompok buruh dan tani. Hingga menyatunya kekuatan kantong-kantong pergerakan mahasiswa yang lebih disiplin dan terorganisir seperti Aliansi Demokrasi Rakyat (Aldera). 

“Aldera adalah organ gerakan yang dibangun khusus untuk menggalang kekuatan rakyat dan mahasiswa,” ujar Pius Lustrilanang mantan Sekjen Aldera yang kini menjabat anggota VI BPK RI. 

Kantong-kantong pergerakan mahasiswa yang banyak tumbuh di kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Bogor, Cianjur, Tasikmalaya inilah yang melahirkan Aldera sebagai salah satu gerakan politik mahasiswa yang menenun benang-benang reformasi membawa proses demokratisasi di Indonesia dengan menentang rezim Orde Baru.

Aldera dihimpun dari mahasiswa yang memiliki kesadaran akan pentingnya demokratisasi di Indonesia. Mereka memupuk diri dengan belajar dari teori-teori perubahan dan membentuk diri dengan lebih disiplin dengan gerakan semi partai kader. 

Kisah-kisah itu pun terhimpun dalam buku “ALDERA Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999”. Buku yang sangat penting untuk melihat perkembangan gerakan mahasiswa di masa Orde Baru. 

Memetik buah perjuangan

Dalam Kuliah umum dan bedah buku “ALDERA Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999” di  Gor UNJ (10/5). Dimoderatori oleh Yasnita Yasin serta dua pembahas Prof. Hafid Abbas dan Abdul Haris Fatgehipon. 

Pius Lustrilanang mengatakan ada 3 hal yang membuat gerakan mahasiswa berhasil yaitu idealisme, militansi dan kolaborasi. Untuk melawan Orde Baru, Pius kala itu menggalang gerakan pemimpin alternatif seperti Amien Rais dan Megawati yang membuatnya diculik pada 4 Februari 1998. 

Apa yang dilakukan Pius Lustrilanang dengan gerakan Aldera, bagi Prof. Hafid Abbas adalah mandat yang harus dilakukan universitas. 

“Refleksi kita sebagai universitas, komunitas masyarakat ilmiah yang segala perjuangannya tidak lain memajukan nilai universal dan ilmu,” ucap Prof. Hafid Abbas sebagai refleksi reformasi dalam menciptakan demokrasi yang diperjuangkan Aldera. 

Dalam amatan Abdul Haris apa yang telah Aldera lakukan mengingatkan akan historia magistra vitae yakni “sejarah adalah guru kehidupan”. 

“Buku yang ditulis Bang Pius mengingatkan kita semua kesalahan pada orde yang lalu,” ucap Abdul Haris yang juga wakil dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS).

Menurutnya buku ini menceritakan perjuangan reformasi yang tidak mengkultuskan nama dan tokoh. Kawan-kawan Aldera menyadari proses demokratisasi harus diperjuangkan secara bersama-sama. 

ALDERA Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999 menjadi buku yang sangat penting dalam memetik buah perjuangan sekaligus membaca lintasan sejarah pergerakan mahasiswa dalam sudut pandang “politik yang membebaskan” dalam proses demokratisasi di Indonesia. 

Academic Orchestra Asal UNJ Gelar Konser Bertajuk Dangdut “Gak Goyang Gak Pulang”

0

EDURANEWS, JAKARTA: Batavia Chamber Orchestra (BCO) dan Badan Eksekutif Mahasiswa Program Studi Pendidikan Musik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menggelar konser Colourchestra 2! bertajuk “Gak Goyang Gak Pulang” di Teater Besar Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Konser ini sekaligus merayakan hari Jadi BCO yang ketujuh.

Konser bertema dangdut ini dikemas dalam musik orchestra yang megah dan mewah. Namun tidak kehilangan kesan dangdut dengan alunan gendang dan seruling, serta ritme yang membuat setiap pendengar bergoyang. BCO ingin memasyarakatkan orchestra dalam bentuk hiburan masyarakat yang menyenangkan dan melestarikan musik asli Indonesia yaitu dangdut.

Alunan gendang yang berpadu dengan instrumen musik orchestra membuat Teater Besar Jakarta bak arena goyang dangdut. Semua penton berdendang mengikuti alunan lagu sambil berteriak mengangkat tangan sambil berjoget ria.

Rektor UNU Prof. Dr. Komarudin, M.Si mengatakan dalam sambutan pembuka konser bahwa universitas turut berbangga dengan prestasi yang diraih BCO dalam setiap kiprahnya. “Ini bukan sekedar omong kosong belaka, BCO selalu tampil memukau di setiap kesempatan,” ujarnya.

Komarudin memuji penampilan BCO yang terakhir dilihatnya ketika pentas di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Di sana, jajaran pimpinan kementerian turut menyaksikan penampilan BCO yang mengesankan.

“Saya berharap mudah-mudahan BCO dapat terus eksis dan berkembang dengan aransemen terbaiknya. Sehingga bisa berkolaborasi terus memandu talenta terbaik,” tutup Komarudin dalam sambutannya.

Dinas Kebudayaan DKI Jakarta yang diwakili oleh Arif Rahman mengatakan sagat terpukau dengan kemeriahan para penonton pada acara itu. “Saya merinding, ini kapasitas gedung ada 1.200 orang, dan semuanya terisi penuh, tepuk tangan untuk BCO!” sambutnya dalam pembukaan acara.

Arif melanjutkan antusiasme yang besar itu harus dibalas dengan apresiasi yang besar juga sebagai bukti bahwa kreativitas kaum muda layak diapresiasi bersama. “Selamat saya ucapkan untuk BCO, penghargaan yang tinggi untuk kalian karena telah membuat karya yang monumental,” katanya.

Colourchestra 2! merupakan judul acara sebagai agenda rutin BCO setiap tahunnya, dengan berkolaborasi dan mengangkat tema yang khas. Tahun ini dengan mengangkat Dangdut dan membawakan karya-karya populer dari musisi Dangdut di Indonesia.

Sesuai dengan namanya, Colourchestra 2! menampilkan kolaborasi dengan musisi ternama di Indonesia. Kali ini dengan Jakarta Serenade Choir, Jakarta Etnik Musik, Jakarta Enam Senar, dan Prodi Pendidikan Tari.

Selain itu, ada juga penampilan spesial dari Didiet Violin, Ika D’Academy, Serenada Voices, Gandung Srimoko & Saryanto.

BCO merupakan academic orchestra di bawah naungan Jurusan Seni Musik, Fakultas Bahasa dan Seni UNJ. Founder BCO R.M. Aditya Andriyanto berperan sebagai conductor sekaligus pembina harian grup musik yang kini beranggotakan 70 orang yang terdiri mahasiswa dan dosen baik dari internal kamus maupun eksternal.

Aditya mengatakan perjalanan BCO sejauh ini berhenti di berbagai “terminal” untuk belajar. Dia menganalogikan “terminal” sebagai tempat persinggahan bagi anggota BCO belajar tentang musik. Karena BCO dibentuk dengan semangat akademik yang kental.

“Kali ini kami berhenti di “terminal” dangdut, musik yang sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia. Dangdut sudah mengakar di budaya Indonesia dan terkenal ke mancanegara,” ujarnya.

Oleh karena itu, BCO berkreasi dengan musik tersebut sebagai momentum yang kami rindukan sejak pandemi hadir. Walaupun ada konser online, tap itu tidak cukup sebagai pengobat.

Lelaki yang akrab disapa Adit ini bersama rekannya Muhammad Reza Ramadhan mendirikan BCO pada 10 Oktober 2014. Tujuan awal dari dibentuknya BCO adalah sebagai wadah bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Musik dalam mengaktualisasikan diri dalam kelompok musik orchestra.

Selain itu, dalam konser ini, BCO juga bekerjasama dengan Yayasan Rhoma Irama Center Indonesia, yayasan milik Raja Dangdut Rhoma Irama dalam menyalurkan bantuan dari pembelian tiket penonton.

Pembelajaran Berbasis Pengalaman dalam Kunjungan Edukatif ke Ekowisata Mangrove Pandang Tak Jemu

0

Pembelajaran menggunakan media alam menjadi pilihan yang selaras dengan kurikulum merdeka. Selain buku, alat peraga, internet dan juga literasi lainnya, alam merupakan media edukasi yang memberikan banyak pembelajaran bagi siswa agar melihat sendiri kondisi dan situasi, dan membandingkannya dengan teori yang diterima. Terjun langsung ke alam dan mempraktikkan teori. Pada dasarnya ini masuk pada model Pembelajaran Berbasis Eksperimen atau Eksperimental Learning.

Model Experiential Learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan, untuk langsung melakukan sesuatu.

Menurut ahli Kolb dalam Silberman (2014) pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) adalah suatu model pembelajaran yang mengaktifkan pembelajaran untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung atau belajar melalui tindakan. Proses belajar secara edukatif, berpusat pada pelajar, dan berorientasi pada aktivitas. Refleksi secara personal tentang suatu pengalaman dan memformulasikan rencana untuk menetapkan apa yang telah diperoleh dari pengalaman sains untuk konteks sains yang lain adalah faktor kritis dalam menjaga efektivitas pembelajaran.

Program Kunjungan Edukatif yang dilakukan Sekolah Islam Nabilah, Batam, setiap semester. Pada semester satu TP 2022-2023 ini dari Sekolah Islam Nabilah mengadakan Kunjungan Edukatif ke Ekowisata Lingkungan Pantai dan Hutan Mangrove, Pandang Tak Jemu, Nongsa, Batam. 

Untuk memasuki kawasan Ekowisata tersebut perlu membayar uang kontribusi kebersihan sebesar Rp10.000,00/tiket sedangkan anak-anak di bawah lima tahun bebas biaya kontribusi. Di tempat itu kita bisa menikmati hamparan hutan mangrove seluas 7 hektar yang membentengi pantai Kampung Tua Bakau Serip, Nongsa. 

Dengan kegiatan menanam pohon mangrove sebagai bentuk kepedulian lingkungan pantai ini dapat menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan khususnya wilayah perairan atau pantai.

Dalam kegiatan Kunjungan Edukatif dengan kegiatan penanaman pohon mangrove ini, sekolah didampingi Gerry D Semet, Pengelola Ekowisata Mangrove Pandang Tak Jemu.

Ciptakan Kepedulian Lingkungan Pada Siswa

Kepedulian terhadap lingkungan sekitar tentu saja harus menjadi usaha dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk kalangan akademisi khususnya siswa dan guru. Sebagai generasi penerus bangsa yang akan mewarisi lingkungan, maka siswa perlu diperkenalkan pada usaha melestarikan lingkungan sekitar.

Pengenalan siswa terhadap lingkungan dan pelestariannya dapat dimulai dari mengenal karakteristik kawasan dari lingkungan tersebut, dalam hal ini adalah hutan mangrove. Juga bagaimana siswa memahami usaha untuk memperbaiki kerusakan lingkungan itu sendiri.

Hingga saat ini telah banyak pihak yang melakukan penanaman mangrove di hutan Mangrove Pandang Tak Jemu mulai dari organisasi masyarakat peduli lingkungan, instansi pemerintah hingga perusahaan-perusahaan besar di Indonesia. Banyaknya pihak yang terjun langsung untuk menyelamatkan daerah mangrove. Pengelola wisata mangrove Pandang Tak Jemu, Hanindar mengatakan, sebelum pandemi pengunjung yang datang ke mangrove Pandang Tak Jemu adalah wisatawan mancanegara dari Tiongkok, Korea, Singapura, dan Malaysia

Sehingga  juga menjadi motivasi bagi siswa dan guru  untuk ikut serta dalam kegiatan pelestarian lingkungan, khususnya lingkungan Hutan Mangrove, Pandang Tak Jemu, Nongas dalam rangkaian pengabdian kepada masyarakat

Adapun manfaat yang dapat diambil dari Kunjungan Edukatif dari Sekolah Islam Nabilah berupa  penanaman pohon mangrove ini adalah: 1. Meningkatkan kesadaran siswa terhadap pentingnya keutuhan ekosistem. 2. Memberikan pengalaman baru pada siswa mengenai tata cara penanaman pohon mangrove 3. Menambah pengetahuan siswa mengenai pengelolaan buah mangrove sebagai sarana pemanfaatan buah mangrove.

Hutan mangrove atau mangrove adalah sejumlah komunitas tumbuhan pantai tropis dan sub-tropis yang didominasi oleh pohon dan semak tumbuhan bunga (Angiospermae) terestrial yang dapat menginvasi dan tumbuh di lingkungan air laut (Setyawan et al, 2002).

Tahapan Kunjungan Edukatif

Dalam kegiatan Kunjungan Edukatif dari Sekolah Islam Nabilah ini ada dua tahapan. Tahapan pertama adalah Persiapan Sebelum Kegiatan: 1. Survei Lokasi Pertama pada Hari Sabtu, tanggal 3 Desember 2022. 2. Berkoordinasi dengan Pengelola Ekowisata Lingkungan Pantai dan Hutan Mangrove, Pandang Tak Jemu, Nongsa, Batam. 3.Menyiapkan Administrasi baik surat permohonan Kunjungan Edukatif dari Sekolah Islam Nabilah, ataupun pembiayaan.. 4. Kesepakatan tentang aturan-aturan yang harus ditaati siswa dalam Kunjungan Edukatif. 5. Menyusun Tahapan Acara-acara yang akan dilakukan pada saat hari pelaksanaan kegiatan Kunjungan Edukatif 6. Memastikan pada hari pelaksanaan Kunjungan Edukatif tidak ada instansi lain yang melakukan Kunjungan senada.

Tahapan Kedua adalah Pelaksanaan di hari Kegiatan Kunjungan Edukatif : 1. Hari Sabtu 3 Desember 2022, pukul 09.00 Wib : Briefing . 2. Pukul 09.15-09.45 wib, Sosialisasi Tentang Pohon Mangrove. 3. Penjelasan Tentang Tata Cara Penanaman Pohon Mangrove. 4. Pukul 09.45 – 10.00 WIB. Penjelajahan menuju lokasi Ekowisata Hutan Mangrove. 5. Pukul 10.00 –  11.45 wib pelaksanaan penanaman pohon Mangrove di Pantai.

Peserta penanaman pohon mangrove sebanyak 150 siswa dan 45 guru Sekolah Islam Nabilah, Batam, Kepulauan Riau. Penanaman pohon Mangrove dibagi menjadi 3 kelompok, sehingga lebih terkoordinir. Siswa 50 anak menjadi satu kelompok didampingi oleh 15 guru. Ada beberapa aturan Ketika menanam pohon mangrove saat masuk ke lahan hutan mangrove yaitu tidak diperbolehkan mengenakan sepatu kecuali sepatu boots. 

Kegiatan penanaman Pohon Mangrove penting untuk mengedukasi siswa dan guru untuk lebih mencintai lingkungan pantai. Kunjungan edukatif dengan kegiatan yang sarat manfaat pembelajaran outdoor akan membuat experiential learning lebih efektif dan efisien. 

Penanaman pohon mangrove adalah salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi potensi abrasi pada daerah pesisir pantai. Dengan semakin tingginya kesadaran akan pentingnya hutan mangrove maka akan semakin tinggi tingkat pelestarian alam yang bisa dilakukan.

Kegiatan pengabdian ini dapat menstimulasi perkembangan individu menjadi pribadi yang konstruktif. Menjadi lebih empatik, kooperatif, dan terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun.

Prof. Yuli Rahmawati: Pendidikan Kimia Transformatif Harus Memperhatikan 5 Prinsip Dasar 

0

EDURANEWS, JAKARTA. Kualitas pendidikan di Indonesia  masih menghadapi permasalahan dasar. Hal itu diucapkan Prof. Yuli Rahmawati dalam orasinya yang bertajuk “Pendidikan Kimia Transformatif menuju Pengembangan Kompetensi Generasi Emas 2045” di Aula Latief Hendraningrat Gedung Dewi Sartika UNJ (20/12).

Tantangan pendidikan di Indonesia masih berada dalam tataran kualitas sumber daya manusia. Terutama ketika pandemi covid melanda pendidikan mengalami permasalahan yang signifikan. Baginya pendidikan menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan global.

Pendidikan kimia pun tak lepas dari tantangan itu. Namun miskonsepsi pendidikan kimia pun sering terjadi dalam pembelajaran. Dalam Pembelajaran kimia seharusnya melibatkan kehidupan sehari-hari. Di sini menurut Prof. Yuli Rahmawati menganggap pendidikan kimia haruslah bermakna. 

Pendidikan Transformatif

Pendidikan kimia juga haruslah kontekstual. Khususnya pendidikan kimia yang mengarah kepada kemampuan kompetensi dasar dan holistik siswa. 

Menurut Prof. Yuli maka diperlukan guru atau dosen yang  juga memiliki identitas sebagai pendidik reflektif dan transformatif. 

Baginya pendidikan kimia transformatif harus mengakomodasi komponen kurikulum yang progresif yang berfokus  pada bagaimana kurikulum diciptakan yang tidak hanya fokus pada penguasaan keilmuan tetapi juga dalam pencapaian kompetensi lulusan. 

Kurikulum tradisional yang dialaminya selama proses pembelajaran kurikulum hanya dipandang sebagai kumpulan materi pembelajaran, perencanaan pembelajaran hanya di kelas, serta tugas yang dilaksanakan dan pemahaman konsep terbatas sehingga tidak terciptanya proses berpikir kritis. 

Amatan Prof. Yuli  ada tiga prinsip mendasar yang dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran transformatif yakni; (1) constructivism as referent, (2) empowering teacher-student relationship, (3) dialectical thinking. Di sini kuncinya adalah adanya ruang partisipasi aktif dalam pembelajaran

Model Pembelajaran Transformatif

Dalam penelitiannya Prof. Yuli menjelaskan model-model pembelajaran transformatif yakni socio emotional learning, dilemma teaching pedagogy, life cycle, green chemistry, cultural responsive teaching, dan STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, Mathematic.

Hal yang menarik ketika siswa mengkonstruksi pemahaman pembelajaran kimia dari latar budaya sehari-hari yang dipahami siswa seperti “padusan” untuk menganalogikan proses ionisasi. Meskipun kurang tepat Prof. Yuli menjelaskan dapat memudahkan siswa memahami konsep ionisasi jika menggunakan analogi kehidupan sekitar. 

Menurut Prof. Yuli Pendidikan Kimia Transformatif harus memperhatikan 5 prinsip dasar yakni cultural-self knowing, relational knowing, critical knowing, visionary and ethical knowing, dan knowing in action. 

Jadi pembelajaran kimia tidak hanya fokus pada pencapaian angka/skor namun pada  perubahan paradigma yang mendasar.

 

Prof. Ari Saptono: Era Digital Mengubah Model Asesmen Pendidikan Ekonomi 

0

EDURANEWS, JAKARTA. Kemampuan menganalisis data untuk mendapatkan data yang berkualitas menjadi tantangan dalam era digital hari ini. Hal itu disampaikan Prof. Ari Saptono dalam orasi ilmiah bertajuk “Model Asesmen Pendidikan Ekonomi di Era Digital” di Aula Latief Hendraningrat Gedung Dewi Sartika UNJ (20/12). 

Abad 21 yang ditandai dengan lahirnya era digital memungkinkan siswa untuk bebas dalam belajar. Guru pun harus mengadopsi metode yang memungkinkan siswa untuk kreatif. Keleluasan ini juga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik dengan penekanan pada proyek kolaboratif. 

Asesmen di era 4.0 dapat mempertimbangkan pendapat siswa dalam mengembangkan pembelajaran. Ini juga berpengaruh pada pendidikan ekonomi dalam perkembangan siswa. Kreativitas menjadi satu bagian yang tidak bisa dipisahkan sehingga dapat disesuaikan dengan literasi digital hari ini.

“Mengingat informasi semakin terstruktur,” ujar Prof. Ari. Tujuannya untuk mengkonstruksi keterampilan siswa dalam meningkatkan literasi digital siswa. 

Tuntutan digital memunculkan alternatif yang dapat digunakan dalam asesmen. Model asesmen harus mampu mengukur kemampuan tingkat tinggi siswa.  Sehingga relevan dengan tuntutan industri 4.o

“Di mana sudah embed dengan platform digital,” ujarnya. 

Sepeda Pembelajaran Abad 21

Menurut Prof. Ari pembelajaran ekonomi seharusnya juga  menyesuaikan kebutuhan peserta didik. Materi pembelajaran ekonomi pada lembaga pendidikan formal dapat memberikan pengetahuan tentang prinsip dan nilai-nilai berekonomi

“Ringkasnya, siswa juga harus memiliki literasi digital agar adaptif,” ujar Profesor Bidang Ilmu Pendidikan Ekonomi kelahiran Karangnyar ini. 

Dengan demikian Prof. Ari kembali menjelaskan pendidikan ekonomi era digital mesti dirumuskan pad model asesmen yang relevan. Namun asesmen pun haruslah disesuaikan agar terhindar dari fokus pada kualifikasi saja. 

Ada 4 model asesmen yang ditawarkan Prof. Ari yang relevan bagi pendidikan ekonomi di era digital yakni; (1) Asesmen Performance melalui portofolio yang berbasis web atau e-portofolio, (2) Asesmen Penugasan yaitu pemberian tugas kepada siswa untuk mengukur dan/atau meningkatkan pengetahuan, (3) Asesmen Praktik, yaitu asesmen yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan aktivitas sesuai dengan tuntutan kompetensi, (4) Asesmen Proyek, yaitu penilaian terhadap kompetensi tertentu yang diberikan dalam bentuk penugasan berbasis riset/produk. 

Prof. Ari menggambarkan keterampilan digital diilustrasikan dengan roda sepeda yang membutuhkan pelbagai lainnya yang saling mendukung proyek pembelajaran.  Menurutnya dengan adanya roda proyek kita membutuhkan rangka untuk menyatukan roda dan mendukung kerja tim yang terkoordinasi. 

Di sinilah ketika siswa menjalankan proyek guru dapat melakukan pembimbingan untuk memastikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Pengalaman siswa pun dapat terasah dalam pembelajaran berbasis proyek ini.

“Tujuannya adalah pengalaman belajar yang kaya yang memadukan pengetahuan, pemahaman dan kinerja yang solid,” ujarnya. 

 

BPIP Lantik Pelaksana Duta Pancasila Paskibraka Indonesia, Wadah Menanamkan Cinta Tanah Air

0

EDURANEWS, JAKARTA- Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi BPIP RI menyelenggarakan Pelantikan Pelaksana Duta Pancasila Paskibraka Indonesia (DPPI) Tingkat Pusat di Gedung Agung, Istana Kepresidenan Yogyakarta (22/11).  

Ketua BPIP Prof. K.H Yudian Wahyudi menjelaskan DPPI harus terus berkomitmen mengawasi dan menjalankan tugasnya untuk proses kaderisasi calon pemimpin  bangsa yang berkarakter pancasila. 

Ia mengingatkan agar DPPI memegang teguh empat konsensus berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. 

“Mudah-mudahan dengan dilaksanakannya pelantikan ini organisasi DPPI semakin siap dalam melaksanakan program-program Paskibraka seperti yang diamanatkan Perpres nomor 51 tahun 2022,” ujarnya.

DPPI ini memang sejalan dengan Peraturan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Nomor 3 Tahun 2022 sebagai amanat menjalankan Perpres Nomor 51 Tahun 2022 yaitu menguatkan pembinaan kepemimpinan, keterampilan dan kedispilinan yang menjunjung nilai kebangsaaan, cinta tanah air, persatuan dan kesatuan, dan peningkatan wawasan kebangsaaan. 

DPPI juga diharapkan mampu menciptakan kader-kader calon pemimpin bangsa yang berkarakter pancasila. 

Tumbuhkan cinta tanah air

Sementara itu, Prof. Henry Eryanto yang juga dilantik sebagai anggota majelis pertimbangan pelaksana DPPI bersama Drs. Gatot S Dewobroto dan Tuti Maryati ini berharap menjadikan DPPI ini wadah dalam menumbuhkan cinta tanah air bagi generasi muda. 

Menurutnya para purna paskibraka ini telah mendapatkan tambahan wawasan pancasila sehingga diharapkan akan menjadi pemimpin masa depan yang berkarakter pancasila.  

Berdasarkan pengalaman Prof. Henry Eryanto, pendidikan nilai-nilai dan wawasan pancasila ini yang betul-betul menumbuhkan sikap cinta tanah air, disiplin dalam bekerja, dan kepemimpinan. 

“Di manapun kita berprofesi akan selalu tertanam cinta tanah air itu,” ujar Prof. Henry Eryanto yang juga merupakan angkatan Paskibraka Nasional tahun 1975. 

 

Pengabdian Masyarakat Harus Memberikan Solusi, Pembangunan, dan Kesejahteraan

0

EDURANEWS, JAKARTA: Universitas Negeri Jakarta (UNJ) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian masyarakat (LPPM) menyelenggarakan Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPM 2022).

Acara tersebut bertajuk Penerapan IPTEKS Dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, bertempat di Gedung Syafei Lantai 8, Kampus A, UNJ (03/11).

Rektor UNJ Prof. DR. Komarudin, M.Si

Rektor UNJ Prof. Komarudin, M.Si mengatakan dalam pengabdian masyarakat perlu kapasitas keilmuan yang mumpuni. Karena itu yang menjadi kunci aplikasi di masyarakat. 

“Untuk konteks IPTEKS maka yang penting juga adalah sesuai dengan kebutuhan dan pembangunan masyarakatnya, bukan kemampuan dari peneliti atau perguruan tinggi,” ujarnya.

Prof. Komarudin menambahkan bahwa riset dengan pengabdian masyarakat harus relevan dan berkesinambungan.

“Untuk dapat melakukan itu, riset harus bersifat kolaborasi dan didukung oleh pendanaan yang maksimal,” tambahnya.

Rektor juga mengapresiasi banyak dosen muda yang ikut, maka penelitian dan pengabdian masyarakat ke depan akan lebih produktif.

Ketua LPPM UNJ Prof. DR. Ucu Cahyana, M.Si

Kepala LPPM UNJ Prof. Ucu Cahyana, M.Si melaporkan peserta seminar nasional dari tahun ke tahun semakin meningkat signifikan. Acara ini sudah berlangsung selama tiga tahun. Untuk tahun ini jumlah peserta sebanyak 190-an orang.

“Jumlah tersebut berasal dari berbagai instansi sebanyak 25 lembaga, baik perguruan tinggi maupun institusi penelitian di luar UNJ,” tambahnya.

Prof. Ucu Cahyana menyatakan kegiatan pengabdian masyarakat sangat berbeda dengan kegiatan riset secara umum, karena biasanya merupakan implementasi.

“Tapi ini penting karena dari sanalah melibatkan masyarakat, sehingga ada komunikasi, transfer knowledge, dan pengalaman dari para dosen dan institusi riset kepada masyarakat,” imbuhnya.

Berfoto bersama, dari kiri ke kanan, Prof. Dr. Agus Dudung, M.Si, Prof Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr., Prof. DR. Komarudin, M.Si, dan Prof. DR. Ucu Cahyana, M.Si

Dia mengatakan ke depan LPPM UNJ akan membuat satu buku dari beberapa topik dalam satu network kerjasama penelitian dan pengabdian masyarakat.

LPPM UNJ merupakan suatu lembaga yang didirikan berdasarkan Hukum Republik Indonesia berkedudukan di Gedung  Ki Hajar Dewantara Lt. 6-7 Jl. Rawamangun Muka Jakarta Timur 13220. 

Lembaga ini diberikan tanggung jawab untuk penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang ditetapkan berdasarkan surat keputusan Nomor: 44 Tahun 2016 tanggal 03 Agustus 2016.

Coaching Clinic, Basri Yusuf Jelaskan Tahap-Tahap Pembinaan Badminton Berbasis Sport Science  

0

EDURANEWS, JAKARTA. Pemahaman pelatih mengenai pembinaan badminton berbasis sport science sejak usia dini mutlak dibutuhkan. Agar pelatih tidak salin tempel program pembinaan dewasa ke anak usia dini. Miskonsepsi pembinaan ini dapat diurai dengan pemahaman pelatih mengenai sport science berbasis kronologis biologis. Basri Yusuf melakukan Coaching Clinic yang  menjadi bagian penting dalam memperkenalkan kepada pelatih dengan pendekatan sport science. 

“Menjelaskan teknik dasar sesuai dengan penulisan buku saya,” ujar Basri Yusuf mengawali Coaching Clinic di GOR Djarum, Kudus, Jawa Tengah (19/10) .

Menurutnya memperkenalkan permainan bulutangkis kepada anak usia dini itu haruslah dengan menyenangkan. Jadi anak harus senang dulu dalam bermain bulutangkis. 

Ia memvisualisasi bermain badminton dengan balon. Di sini, pelatih banyak mengajarkan anak bermain dari atas. Menurutnya itu kurang pas karena jadi condong.

“Yang paling benar dengan kontrol bola dari bawah backhand  jadi anak-anak lebih senang,” ujarnya.

Tahap selanjutnya baru pakai shuttlecock, dan ajarkan anak dengan memegang grip yang benar. Jika diawal terlanjur salah jadi susah merubahnya. 

Selanjutnya ia memperkenalkan teknik dasar yang benar sesuai dengan  pembinaan dalam buku kedua. Teknik dasar itu membantu anak-anak tidak mudah cedera. 

Di tahap pembelajaran ini ia memperkenalkan teknik yang benar.

“Jangan fokus pada kalah menang,” ujar Basri Yusuf

 Teknik servis, netting  itu yang dilatih dengan teknik yang benar. Misalkan ketika servis yang panjang jika diperhatikan  pada saat memukul tangan kirinya ke belakang. 

“Servis itu sederhana fokusnya pada bahu,” ujarnya.

Atlet juga harus  rileks dan konsistensi jangan tegak. Ada 42 pukulan yang  harus dilatih dengan  benar sehingga  menjadi bekal dalam kompetisi  dunia.

Di tahap optimalisasi, ia  menggambarkan fisik dan teknik. Di sini diperagakan dari push up, dilanjutkan dengan hasilnya dengan pukulan smash. Optimalisasi ini menjadi penajaman teknik yang sudah dilatih sebelumnya.

Aplikasi Coaching Clinic ini memang berdasarkan dari 6 jilid buku yang ditulisnya. Basri Yusuf  menjelaskan jika pelatih melakukan pendekatan sport science berbasis kronologis biologis, pelatih akan memiliki visi jangka panjang dalam menciptakan atlet level dunia.

Visi Jangka Panjang, Basri Yusuf Tulis 6 Buku Pembinaan Badminton Berbasis Sport Science

0

EDURANEWS, JAKARTA. Pembinaan Badminton berbasis sport science sejak usia dini sangat diperlukan untuk menciptakan atlet badminton yang berkualitas. Atlet akan mampu mengeluarkan potensi terbaiknya dalam setiap pertandingan. Basri Yusuf menulis 6 jilid buku pembinaan jangka panjang badminton. 

Yoppy Rosimin ketua PB. Djarum mengatakan buku ini menjadi legacy untuk bulutangkis Indonesia dan dunia. Ia menilai buku ini memiliki sudut pandang yang berbeda karena meninggalkan tradisi lama dengan mengedepankan sport science.

Basri Yusuf menulis 6 buku ini karena terinspirasi saat berada di Singapura. Kristalisasi pemikiran dari menjadi pemain nasional, pelatih, dan pembina sport sains di lembaga pelatihan.Miskonsepsi dalam pelatihan sering terjadi karena salin tempel program dewasa kepada anak-anak mendorong Basri untuk menulis buku. 

“Buku ini akan mengupas tuntas pembinaan jangka panjang,” ujar Basri  

Baginya, pelatihan berbasis sport science sangat penting untuk pembinaan atlet jangka panjang. Potensi atlet dapat dimaksimalkan dan mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya (peak performance). Jadi pembinaan atlet itu tidak menjadi instan, butuh proses yang panjang. 

Basri Yusuf menjelaskan program  pelatihan di buku ini dibagi ke dalam enam tingkatan yaitu Tahap Awal, Tahap Fundamental, Tahap Pembelajaran, Tahap Optimalisasi Keterampilan, Tahap Pematangan, dan Tahap Penajaman. 

“Jadi jangka panjang akan berbasis kronologi biologis anak bukan usia,” tegasnya. 

Proyeksi jangka panjang

Basri menegaskan bahwa prestasi tidak dapat diraih dengan cara instan, namun melalui pembinaan jangka panjang. Penggunaan sport science membantu pelatih dan pemain dalam menganalisa lebih banyak hal. Pembinaan berjalan menjadi lebih efektif.

Amatan Sapta Kunto, kronologis biologis akan membantu atlet untuk menghindari cedera yang serius. Pelatih diharapkan memberikan porsi latihan yang tepat.

“Pelatih sering memberikan latihan beban yang membahayakan atlet sehingga jika cedera sangat sulit disembuhkan,” ujarnya. 

Prof. FX Sugiarto menjelaskan jika kualitas atlet menurun seiring usia jika tahap-tahap pembinaan tidak diperhatikan dari awal. Prof. FX Sugiarto juga menilai kebanyakan atlet gagal juga karena gaya hidup. Penjelasan yang disusun sesuai dengan tahap-tahap pembinaan akan membantu pelatih dan atlet menemukan performa terbaik. Buku ini juga dapat memantik penelitian lebih lanjut di dunia akademik. 

“Buku ini tidak hanya terbatas untuk pelatih tetapi juga menjadi referensi para akademisi dalam menulis skripsi dan disertasi,” ujarnya.  

Hariyanto Arbi yang merupakan mantan atlet dunia berprestasi menjelaskan pengalamannya saat dilatih Basri Yusuf.  Tahun 1984-1986, Hariyanto belum mengenal sports science, namun cara melatihnya sudah menerapkan cara-cara sports science. Misalnya ia dilatih belajar untuk memvisualisasikan sebelum main.

“Sambil nonton video mencari kelemahan dan kelebihan lawan,” ujar pemilik smash 100 watt ini. Latihan visualisasi ini terkait dengan Performance Analysis yang menjadi bagian dalam penerapan sport science

Recent Posts