Tribute to H.A.R Tilaar : Jelajah Pemikiran Pedagogik Transformatif Dari Buku Ke Buku

0
838

Siapapun yang mengenal sosok H.A.R Tilaar akan mengenal dunia pendidikan adalah dunia yang begitu ia cintai. Gagasannya mengenai Pedagogik Transformatif adalah hasil telaah pelbagai teori pendidikan dunia yang diantarkannya ke alam pikiran Indonesia. Gagasan cemerlangnya banyak tertuang dipelbagai buku yang ditulisnya.

EDURANEWS, JAKARTA-Edura UNJ dan Taman Pembelajar Rawamangun mengadakan webinar bertajuk “Pedagogik Transformatif Dalam Era Digital : Sebuah Tantangan (2/11). Webinar ini sekaligus launching buku Bunga Rampai Pendidikan Indonesia (2020,UNJ Press) dalam rangka tribute 1 tahun kepergian H.A.R Tilaar. Menghadirkan para pembicara seperti Prof. Hendra Gunawan, Edi Subkhan dan Indra Gunawan. 

Ketua Edura UNJ Prof. Henry Eryanto mengatakan penerbitan dan pendokumentasian pemikiran pendidikan menjadi tugas yang sangat penting. Tilaar bagi UNJ adalah guru yang memberikan banyak pelajaran dan pengetahuan mengenai pendidikan. Sebagai sosok pribadi, Tilaar adalah pengamat dan pemerhati pendidikan.  Total sudah 30-an buku dan 200-an artikel yang sudah ditulisnya.

“Gagasan Pak Tilaar penting untuk dibaca bagi dosen, mahasiswa, pemerhati dan pengambil kebijakan pendidikan,” ungkap Prof. Henry.  

Rektor UNJ Prof. Komarudin dalam sambutannya mengatakan Pak Tilaar adalah pemikir pendidikan yang idenya telah mengakar dari pancasila dan pemikir pendidikan dunia. Penghargaan dan prestasi dan nama besar turut serta mengangkat nama UNJ sebagai kampus pendidikan.

Ada tiga hal yang menjadi perhatian Prof. Komarudin yang dapat diteladani dari pemikiran Pak Tilaar. Pertama, pemikiran yang selalu ada kesinambungan dengan  generasi selanjutnya di UNJ ataupun di Indonesia. Kedua, agar pemikiran Prof Tilaar dapat terjaga relevansi dan kontekstualitasnya. Ketiga, terbangunnya pemikiran bermahzab pedagogik transformatif sebagai warisan penting.

“Ide-ide cemerlangnya dalam dunia pendidikan yang berpusat pada lokalitas,” ungkap Prof. Komarudin. 

Wulan Tilaar memberikan kesaksian terhadap pribadi ayahnya yang penuh kecintaan terhadap dunia pendidikan. Siapapun yang mengenal secara pribadi, bapak selalu datang dengan penuh kecintaan. Kemanapun pergi, ia selalu mencari toko buku. Gagasan-gagasannya pun banyak tertuang dalam buku-buku. Suatu ketika Wulan bertanya kepada sang ayah mengapa menulis buku,

“Buku itu akan tahan dari generasi ke generasi, buah pemikiran saya (Pak Tilaar) itu akan abadi, bisa digunakan terutama bagi Indonesia,” ungkap Wulan menceritakan sosok sang ayah. 

Pedagogi Transformatif

Tilaar telah memberikan sumbangan gagasan pendidikan berupa pedagogik transformatif sebagai jalan pemikiran pendidikan yang khas Indonesia. Tilaar banyak menelaah pelbagai teori pendidikan dunia lalu ditranslasikan ke alam pikiran Indonesia. 

Prof. Hendra Gunawan memberikan pemaparan bagaimana dunia digital telah mempengaruhi di segala lini kehidupan. Dalam dunia pendidikan menjamurnya bimbel menjadikan wajah pendidikan  di ranah daring atau internet didominasi persoalan bimbel. Seolah-olah pendidikan itu bimbel.

Sayangnya di Indonesia terutama dalam matematika hanya bercorak bimbel dan OSN yang menjamur dalam dunia maya. Prof Hendra pun membuat blog anakbertanya.com untuk bersaing konten dalam dunia maya. 

“Tugas kita mengisi dunia maya dengan konten seperti itu,” ungkap Prof Hendra. 

Menurut Edi Subkhan ada dua buku Tilaar yang memiliki gagasan penting dalam telaah Pedagogik Transformatif. Buku itu adalah Pedagogik Teoritis (2017) dan Perubahan Sosial dan Pendidikan Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia (2002).

Tilaar banyak membaca teori pendidikan dunia dan memformulasikannya dengan keadaan di Indonesia. Pendidikan pun dapat diartikan sebagai hal yang praksis. Yaitu Kesatuan antara teori dan praktik. Menurut amatan Edi, inilah yang khas hampir dari semua pemikiran Tilaar terkait dengan telaah pendidikan global. Tilaar juga banyak dipengaruhi oleh pemikiran Ki Hadjar Dewantara dan Mohamad Syafei  serta cerminan dari gagasan Pancasila.

“Elaborasi dengan kontekstual nilai dan tradisi budaya Indonesia dibaca secara kritis,” ungkap Edi Subkhan

Indra Gunawan memberikan pemaparan bagaimana perubahan radikal yang terjadi pada Tilaar. Tahun 80-an Tilaar mengatakan bahwa ilmu pendidikan telah mati. Pendidikan seolah-olah “hilang” hanya menjadi arkeologi. 

Sebab itu Tilaar terus menggaungkan dan menghidupkan kembali ilmu pendidikan. Tilaar juga mengkritik Ujian Nasional sebagai pendidikan yang pasif.  Ujian Nasional juga menihilkan pendidikan di daerah. Dalam amatan Indra, Tilaar juga telah memprediksi masa depan pendidikan yang akan sangat teknologis.

“Sekolah bukan lagi salah satu sumber akses pengetahuan,” ungkap Indra.