EDURANEWS, JAKARTA – Kondisi pasar modal sangat terpuruk akibat Pandemi Covid-19. Hal itu tidak dapat dipungkiri, terlebih perekonomian nasional dan global mengalami kontraksi cukup dalam.
Namun hal itu tidak berarti berhenti berinvestasi. Justru peluang terbuka sangat lebar. Langkah-langkah yang dilakukan pemerintah dalam kebijakan kesehatan, stimulus moneter, dan upaya di ranah fiskal memberikan harapan untuk bertumbuh.
Kepala Divisi Riset PT BNI Sekuritas Damhuri Nasution mengatakan kinerja pasar modal diperkirakan akan cenderung membaik seiring dengan prospek pertumbuhan ekonomi secara makro.
“Saat krisis, harga saham murah, terutama ditopang ritel, sementara institusi dan asing masih wait and see. Jika institusi dan asing masuk, potensi kenaikan sangat besar,” tutur Damhuri dalam Seminar Strategi Investasi di Masa Pandemi: Peluang dan Tantangan (07/10).
Namun, ia mencatat tidak semua sektor akan mengalami perbaikan yang signifikan. Selain itu, prospek setiap sektor berbeda, misalnya dalam jangka pendek transportasi, hotel, dan resto masih sulit diharapkan. Namun, di sisi lain telekomunikasi, e commerce akan semakin menarik. Demikian pula consumer goods.
“Perlu saya ingatkan, ada faktor risiko, yaitu infeksi virus Covid-19 gelombang kedua yang bisa saja mendorong direalisasikannya PSBB jilid berikutnya,” tambah Damhuri.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan BEI Jakarta Marco Poetra Kawet mengatakan di masa pandemi, ketika masyarakat memegang uang, kemudian pembelanjaannya cukup terbatas karena pemberlakukan PSBB. Kecenderungan untuk menginvestasikan uangnya cukup meningkat.
“Banyak investor yang mencari instrumen apa yang bisa memberikan keuntungan lebih terhadap pendapatan mereka,” ungkap Marco.
Hal itu bisa saja ditimbulkan dari kondisi sulit di mana masyarakat mengalami pemotongan gaji dan PHK, investasi dianggap menjadi alternatif pendapatan di luar gaji.
Pandemi mengakibatkan resesi terjadi, namun ada harapan setelahnya untuk mengalami perbaikan.