Kesesuaian Antara Isi dan Bungkus

0
197

Nasi Jamblang, seonggok nasi dengan aneka lauk pauk, sangat “nikmat” apabila dialasi atau dibungkus dengan daun jati. Gado-gado terasa lebih sedap apabila dibungkus daun pisang, ketupat lebih pas kalau dibungkus dengan daun kelapa muda. Dan masih banyak makanan “terasa” lebih sedap apabila dibungkus dengan “semestinya”. Seperti efek plasebo pada obat. Orang sakit kepala yang diobati dengan kapsul “obat” sakit kepala, meskipun kapsul hanya berisi gula, dan dia “merasa” sembuh. Sugestif.

Bungkus dalam berbagai bentuk atau wujud memang luar biasa, dapat “menipu”, panca indera kita .Ada orang yang mencoba merubah bungkus. Misalnya nasi jamblang yang sama disajikan di piring beling, atau ember, kita belum makan saja sudah hilang selera. Namun ada daun jati namun diisi dengan paketan nasi jamblang yang dimasak “sembarangan” juga, hanya membuat jengkel, karena merasa tertipu dengan bungkus.

Di Bekasi ada klinik yang mempekerjakan “dokter” seorang yang hanya lulusan SMK, diberi bungkus baju putih dan panggilan dokter. Ternyata sudah berpraktek selama 5 tahun tanpa komplain dari pasiennya. Namun ada dokter yang berpredikat dokter asli, pasiennya banyak yang “misuh-misuh” di medsos karena “perlakuan” sang dokter yang hanya sekedar percaya pada perkataan keluhan pasien tanpa memeriksa secara fisik.

Bungkus yang mewakili citra sedangkan tindakan atau isi adalah perwujudan janji dari citra pembungkusnya. Sepertinya mesti “klop” agar orang tidak ada yang “misuh-misuh”.

Jadi kalau seorang yang terbungkus sebagai guru, pemuka agama, profesor, doktor, politisi dan berbagai “bungkus” lainnya akan “terjebak”, dengan bungkusnya. Isi perbuatan atau tindakan harus sesuai bungkusnya.

Saya sedang membaca tentang perilaku seorang “anak penggede”, yang konon mewakili suara rakyat, menjadi penumpang pesawat kelas bisnis, yang berperilaku “semena-mena”, rasanya kok ada pertunjukan “kecongkakan” karena merasa berkuasa, membuat gemes hati saya.

Seperti sesuatu yang buruk dibungkus dengan pembungkus yang indah, tetapi robek dan tercium bau dan terlihat isinya. Setelah saya merenung, mungkin juga apabila saya merasa berkuasa, akan membungkus dan berperilaku seperti itu. Berperilaku dalam bentuk lain yang tidak sesuai bungkus saya.

Sekarang saya mau makan nasi jamblang dulu, nasi jamblang yang benar-benar original, bukan kaleng-kaleng, pas isinya, pas rasanya dan pas bungkusnya, daun jati. Bau daun jati dan isinya, dijamin tidak bikin gemes dan menyesal seumur hidup.

Memang kita terasa nyaman kalau. “membeli” sesuatu yang sesuai antara isi dan bungkusnya.

BSA/15