Politisi, pengusaha, guru, dokter, guru ngaji, beragama apa saja, ada juga preman pasar dan berbagai suku dan elemen masyarakat, bersama, bergabung, “mengangkat” senjata melawan penjajah dengan satu tekad, memerdekakan tanah airnya Indonesia.
Ketika tujuannya sama, maka kita menjadi kompak bahkan sampai “nekad”, mengorbankan jiwa dan raga untuk mencapai tujuan bersama. Tidak ada satupun yang berhak mengklaim bahwa dirinya orang satu satunya yang berjasa. Kemerdekaan adalah usaha kolektif.
Para pejuang kemerdekaan, bukanlah kelompok yang disebut “putch”, istilah yang diberikan Tan Malaka, untuk menyebut segerombolan orang membuat suatu gagasan untuk melakukan perubahan secara radikal, orang yang melakukan pergerakan dengan “angan angan kosongnya” sendiri, tanpa memperhatikan perasaan dan kesanggupan massa.
Para pejuang Kemerdekaan, berpikir tentang kebebasan negeri, dengan harapan kehidupan masyarakat akan lebih baik. Adil dan makmur.
Yang penting merdeka dulu, 75 tahun merdeka, beberapa kali NKRI, ada gerakan dari kelompok “putch”. Namun Tan Malaka membuat tesis dalam bukunya bahwa kelompok putch, tidak akan mendapatkan simpati rakyat, selama pergerakannya tidak menyentuh hal mendasar rakyat.
Artinya begundal begundal putch perongrong negeri, hanya menawarkan “angan-angan kosong”. Sepenuh hati menjaga negeri dari gerombolan putch, yang mulai bermunculan lagi akhir-akhir ini.
Hajjarrr…jangan kasih kendor..!
MERDEKA..!!!
DIRGAHAYU INDONESIAKU,
JAYALAH NEGERIKU
BSA/16/8/20