“Jangan-jangan”, ini kata berulang yang membuat kita selalu siap-siap. Kita menduga-duga yang akan terjadi, dalam arti menduga hal negatif tentang apa yang akan terjadi. Hidup penuh prasangka, bersiap-siap terus seperti selalu siap perang untuk bertahan bukan untuk kemenangan.
Apakah cara berpikir tersebut sudah menjadikan suatu bangsa atau kelompok atau seseorang akan mengalami “kemajuan” dalam kehidupannya. Kalau ada silahkan disharing di sini.
Kata orang pandai, bagaimana kita dapat maju, kalau kita hanya berpikir bertahan, membuat musuh “imajiner”, seolah-olah kita akan diserang, disudutkan, dikerdilkan dan dimusnahkan. kemudian kita sibuk membuat prasangka berbagai “jangan-jangan”, prasangka yang hanya membuat kita semakin inferior, semakin lama semakin paranoid, frustasi, depresi, tidak berbuat apa-apa, dan menjadi pecundang.
Masih kata orang pintar, “Janganlah kita selalu berprasangka buruk apalagi kepada Tuhan, “ kata ahli agama, Tuhan juga akan bertindak sesuai dengan prasangkamu.
Para orang sukses, kaya, penemu dan penjelajah ulung, umumnya tidak pernah memiliki pola pikir “jangan-jangan” gagal, jangan-jangan diserang dan sibuk membuat barikade diri, dan membuat opini sendiri, akhirnya hanya menunggu, berpikir yang tidak-tidak dan serba negatif. Hampir semua, mereka adalah orang yang selalu berpikir positif.
Tuhan memberi kebebasan kepada kita, mau berpikir secara apa? Kalau hidup kita sekarang “nelangsa” mungkin perlu dicek lagi cara berpikir kita atau orang sekolahan menyebutnya sebagai mindset.
Siang ini, saya dengan 2 sahabat saya sedang menikmati, nasi putih, pepes peda, sayur asem, lalap Pete, jengkol muda, dan tidak pernah berpikir “jangan-jangan” ini dan itu. Kita hanya berpikir ini pasti enak. Ternyata terbukti, warung Betawi H. Masa, di Pondok Jaya Bintaro memang dahsyat dan harus, wajib, kudu diserang dan diserbu sebelum kehabisan. Nyem..nyem..nyem.
Saya sekarang mengantuk, “jangan-jangan” kekenyangan ya.
BSA/20/8/20