Rempeyek dan Mentalitas Sekolah

0
92

Tukang atau pengasong keripik rempeyek saban hari di lampu merah menjajakan dagangannya, ketika kendaraan berhenti menunggu lampu hijau. Banyak dari kita menyebutnya sebagai pedagang mikro atau kelas nano, karena sering tidak terlihat dan diperhatikan oleh pembuat kebijakan. Padahal jumlahnya ribuan bahkan jutaan orang yang mengais rejeki “recehan”. Bekerja mandiri, tidak membebani siapapun dan tidak mau merepotkan pemerintah.

Dalam era new normal, ketika orang sudah banyak terkena PHK, perusahaan kelas menengah atas “kleyengan”, para “pengasong” tetap berjaya, berkeliaran di lampu merah dan seringkali hanya dianggap sebagai pemandangan yang mengganggu keindahan kota.

Mengasong juga telah diikuti para pedagang kelas besar, kita sekarang dapat melihat para penjaja pizza, dari warung kelas dunia di pinggir jalan. Menjemput bola, menyelami pasar sampai ke dasar. Selain penjualan dengan online.

Pengasong peyek, berdampingan dengan pengasong pizza. Para penjual peyek tidak pernah merasa keberatan, mereka meyakini bahwa rezeki diatur Tuhan.

Pedagang kecil memang tidak pernah neko-neko, menuntut ini dan itu kepada pemerintah. Berbeda dengan pegawai, yang saban tahun mengeluh, minta naik gaji, minta fasilitas. Seperti menjadi orang yang banyak bersandar kepada kebaikan orang lain, dengan ancaman “ngambek” dan berhenti.

Kalau dipikir-pikir, sekolah semakin tinggi bukan semakin mandiri, malah semakin “bersandar” kepada orang lain. Rupanya banyak dari kita belum tamat belajar untuk dapat melakukan sesuatu untuk hidup dan menjadi dirinya sendiri, belum lulus learning to do dan to be, meskipun sederet gelar di depan dan belakang nama kita. Semakin kita bergelar semakin membutuhkan lapangan baru yang sesuai, seperti pesawat terbang yang membutuhkan landasan sesuai jenis pesawatnya. Kalau tidak ada lapangannya, ya silahkan “dimangkrakan”.

Apakah dapat disimpulkan bahwa, dalam soal kemandirian, banyak orang yang sekolah tinggi kalah dengan pengasong rempeyek. Mudah-mudahan saya salah.

Nikmat sekali pagi-pagi makan rempeyek sambil ngopi, merenungi, kapan Covid 19 hancur, dan hidup kembali normal.

BSA/22/8/20