Pandemi Covid-19, Perguruan Tinggi Dituntut Tingkatkan Kualitas

0
76

EDURANEWS, JAKARTA – Penyelenggaraan pendidikan masih menjadi kendala dalam menghadapi Pandemi Covid-19, tidak terkecuali bagi perguruan tinggi (PT). Di tengah kesulitan itu, pihak universitas tetap dituntut meningkatkan kualitas pendidikannya.

Implementasi tridharma perguruan tinggi masih terbatas dengan protokol kesehatan. Hal itu justru memberikan kesempatan untuk dosen dan mahasiswa untuk berkolaborasi dengan jaringan internasional. Melalui berbagai platform digital, yang dilangsungkan secara online, pihak kampus dapat dengan bebas melakukan kerja sama dengan PT luar negeri.

Guru Besar dan Direktur Center for International Higher Education (CIHE), Boston College, USA, Prof. Hans de Wit menjelaskan pentingnya perspektif global dalam pembelajaran di PT. Hal itu akan mendorong iklim yang positif, terutama dalam ranah riset dan analisis, publikasi dan informasi, serta pendidikan dan pelatihan.

“Kesempatan sangat terbuka bagi negara berkembang untuk melakukan kolaborasi dengan negara maju,” tutur Hans de Wit dalam seminar pendidikan internasional secara daring di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Acara itu mengambil tema “Higher Education Internationalization Strategies in the Covid-19 Pandemic” (13/08).

Di negara maju penawaran terhadap pendidikan tinggi sangatlah besar sementara permintaannya tidak lebih banyak dibandingkan dengan negara berkembang. Sebaliknya di negara berkembang justru penawaran terhadap pendidikan tinggi lebih sedikit dibandingkan dengan permintaannya.

INTERNASIONALISASI PENDIDIKAN

Hans sendiri mengartikan internasionalisasi PT sebagai proses mengintegrasikan dimensi internasional mulai dari aspek budaya atau dimensi global dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian untuk dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat.

Dalam konsepnya, internasionalisasi tidak harus pergi ke luar negeri (internationalization abroad), akan tetapi dengan #DiRumahAja kita bisa menjalankan pendidikan internasional (internalization at home). Sehingga sangat lebih kontekstual dengan kondisi Pandemi Covid-19.

Saat ini internasionalisasi tidak lagi diartikan sebagai westernisasi atau kebarat-baratan. Lebih lanjut, internasionalisasi tidak dapat dilakukan satu arah. Hans menekankan perlu adanya konteks, yaitu kelembagaan, lokal, nasional dan regional. Hal itu akan memberikan ciri khas Tersendiri antara satu dengan yang lainnya.

Konteks berubah seiring waktu, jadi ini adalah sebuah proses yang membutuhkan jangka waktu cukup panjang. Untuk menemukannya perlu dicari keunggulan dan keunikan dari suatu entitas. Hal itulah yang kemudian akan menjadi daya saing di era internasionalisasi PT.

POST-PANDEMIC COVID-19

Hans menyatakan bahwa setelah pandemi akan terjadi perubahan. Kondisi tidak serta merta kembali kepada periode sebelumnya. Belajar dari pandemi adalah kata kuncinya, yaitu bagaimana mewujudkan pembelajaran global untuk semua, memanfaatkan keterampilan dalam memanfaatkan platform daring, bukan sekedar mengganti pembelajaran dari offline ke online semata.

Kesadaran akan sesuatu yang lebih besar menjadi global citizenship akan mendorong pembelajaran lebih berkualitas. Masuk ke dalam ekosistem ilmu pengetahuan yang lebih luas menuntut siapapun yang terlibat dalam PT memacu diri untuk meningkatkan kompetensinya.

Hans menutup kuliahnya dengan kesimpulan bahwa internasionalisasi adalah cara untuk dapat bertukar ilmu pengetahuan dengan apa yang kita miliki masing-masing. Sekaligus menjawab tantangan di era disrupsi yang serba cepat dan kompleks di dunia kontemporer.

Hans de Wit, dalam kuliah umum yang disampaikan dalam bahasa inggris, memberikan pencerahan kepada dosen dan mahasiswa akan pentingnya memperdalam kapabilitas dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam era internasional, penting kiranya setiap warga civitas akademika menyadari bahwa setiap individu adalah bagian dari global citizenship.

Ia memberikan kuliah online kepada lebih dari 200 lebih peserta yang dihadiri oleh akademisi, mahasiswa, dan kalangan tenaga kependidikan. Seminar ini juga dihadiri oleh peserta dari Malaysia dan Nepal. Peserta sangat antusias menyimak penjelasan Hans, terlihat dari sesi tanya jawab yang sangat aktif.