Pembelajaran Jarak Jauh, antara Peluang dan Tantangan

0
819

Situasi pandemi Covid 19 mengubah struktur pendidikan mulai dari cara menyerap pengetahuan, belajar-mengajar, penilaian dan evaluasi.

EDURANEWS, JAKARTA- Di masa pandemi muncul istilah pembelajaran jarak jauh yang sampai kini masih dicari formula terbaiknya. Ikatan Alumni S3 Manajemen Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ)  mencoba membedah persoalan itu melalui webinar “Peluang dan Tantangan Pembelajaran Jarak Jauh” (26/7)

Webinar ini mencoba menyoroti apa saja isu yang berkembang, peluang dan tantangan selama pembelajaran jarak jauh berlangsung. Prof. Yetti Supriyati memberikan ulasan awal bagaimana pembelajaran jarak jauh memunculkan persoalan mulai dari infrastruktur telekomunikasi (sinyal), masalah kuota, dan bagaimana guru-guru melakukan penilaian dalam pembelajaran. Ketiga masalah itu menjadi masalah mendasar yang sering muncul. 

Dalam amatan Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nahdiana, situasi pandemi Covid 19 telah mengubah cara jutaan orang mendidik. Orang-orang pun mulai mencari solusi baru untuk pendidikan yang inovatif. Namun, permasalahan juga muncul di mana kesenjangan digital semakin nyata terjadi.

Di masa pandemi seperti ini belum ada tanda-tanda sekolah akan dibuka kembali seperti semula. Pembelajaran Jarak Jauh masih menjadi alternatif penyelenggaraan pendidikan. 

“Menyelamatkan nyawa anak menjadi prioritas dibandingkan penyelenggaraan pendidikan,” ujar Nahdiana.

Manfaatkan konten digital

Pandemi Covid 19 telah mengubah struktur pendidikan yang sangat cepat. Dari data yang diungkap Hasan Chabibie, ada 19 persen sekolah belum mendapatkan akses internet. Selain masalah internet, ada 8522 sekolah yang belum mendapatkan akses listrik. Artinya pembelajaran jarak jauh memerlukan kolaborasi pelbagai pihak dalam menyediakan segala akses yang dibutuhkan.

Dalam aktivitas pembelajaran jarak jauh, guru cenderung banyak melakukan pemberian tugas. Jarangnya aktivitas respon antar guru dan murid dalam pembelajaran jarak jauh.

“Lebih dari 85 persen aktivitas yang dilakukan guru hanya memberikan soal,” ungkap Hasan Chabibie yang merupakan Plt Kepala Pusdatin Kemendikbud.

Menurut amatan Hasan Chabibie, hambatan siswa yang paling utama adalah kesulitan memahami, kurangnya konsentrasi dan tidak bisanya murid bertanya pada guru.

Selain masalah insfrastruktur learning system, Hasan Chabib juga memberikan ulasan bagaimana konten digital bisa dijadikan sumber belajar guru-guru. Kemendikbud banyak bekerja sama dengan pelbagai pihak untuk membuat konten digital.

Hasan Chabib meyakini konten digital adalah raja. Konten menjadi bahan bakar dalam proses pembelajaran. Konten-konten tersebut dapat dimasukan ke dalam kanal televisi, radio, youtobe dan lainnya. Anak-anak dapat mengakses konten belajar tersebut dari media belajar yang disediakan.

“Kolaborasi dengan segala pihak untuk mencoba menghadirkan konten-konten digital yang dapat diakses oleh guru dan peserta didik,” ujar Hasan Chabibie.

Adaptasi baru

Najelaa Shihab pendiri Sekolahmu membagikan pengalaman dalam penyelnggaraan pembelajaran jarak jauh. Dalam amatan Najelaa Shihab masalah tidak hanya terjadi di pembelajaraan jarak jauh tapi juga dalam tatap muka. Dari situ apakah siswa mampu menerima pembelajaran dengan baik.

Dampak keadaan darurat ini pada pembelajaran dirasakan semua oleh guru, orang tua, peserta didik dan masyarakat. Menurut Najelaa Shihab, banyak yang menganggap pembelajaran jarak jauh seolah-olah memindahkan aktivitas belajar dari sekolah ke rumah.

“Yang paling penting itu sebetulnya kemampuan untuk adaptasi baru,” kata Najelaa Shihab. Pendidikan harus menekankan pada kompetensi masa depan dan anak mesti mempunyai kemerdekaan belajar.

Menurut Najelaa Shihab ada empat kunci pengembangan guru yaitu kemerdekaan, karier, kolaborasi dan kompetensi. Pendidikan Abad 21 mesti menyentuh aspek merdeka belajar yang terdiri dari merdeka dalam berkolaborasi dan merdeka berkarya yang terintegrasi digital. Seharusnya juga tidak ada lagi simflikasi mengajar daring vs luring

“Ini bukan soal jarak jauh dan tatap muka, tetapi apakah kita betul-betul menyelenggarakan pembelajaran yang baik,” kata Najelaa Shihab.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan pembelajaran jarak jauh memberikan lesson learning. Semua serba mendadak dalam merespon pendidikan di masa pandemi.

“Memanfaatkan 3 bulan ini sebagai bahan yang amat kaya untuk melakukan penelitian bagaimana kita bisa melakukan pembelajaran jarak jauh dengan baik,” ungkap Anies Baswedan.