Kini kemudahan dalam transaksi keuangan bisa dilakukan di rumah hanya dengan telepon genggam. Tren digitalisasi mengubah perilaku transaksi yang dilakukan masyarakat dengan tuntutan yang lebih besar pada mobilitas, kecepatan, fleksibilitas dan keamanan
EDURANEWS (Jakarta) Bank Indonesia dan Fakultas Ilmu Ekonomi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mengadakan webinar dengan tajuk “Peran Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral dalam Digitalisasi Ekonomi dan Keuangan untuk Indonesia Maju” (10/7). Menghadirkan Asisten Gubernur Bank Indonesia Aida S. Budiman dan dimoderatori Prof. Harya Kuncara.
Webinar ini adalah bagian dari program Bank Indonesia Mengajar dalam rangka memperingati ulang tahun ke 75 Indonesia dan 65 Tahun Bank Indonesia. Webinar ini menjadi program Bank Indonesia dalam bentuk pendidikan literasi keuangan. Webinar dihadiri 800-an orang dari berbagai daerah di Indonesia serta luar negeri.
Dekan Fakultas Ekonomi UNJ Ari Saptono memulai webinar dengan catatan mengenai tantangan ekonomi digital pada masa pandemi. Pandemi Covid 19 membuat ekonomi digital semakin dibutuhkan.
“Pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia diketahui bahkan diprediksi yang tercepat di kawasan Asia Tenggara,” Ari Saptono menekankan.
Tantangan terkini
Aida S. Budiman memaparkan data yang sangat penting mengenai kondisi ekonomi Indonesia terkini. Perekonomian Indonesia sejak Juli 2020 setelah gelombang kedua covid 19 terus menjaga perekonomian nasional. Dalam keadaan global, walaupun covid 19 cenderung turun, gelombang kedua memberikan ketidakpastian ekonomi dunia. Semua negara mencoba menurunkan dampak ekonomi akibat covid 19.
Di Indonesia tekanan mulai berkurang di Juni sejalan dengan relaksasi PSBB. Aida juga menjelaskan mengenai keadaan terkini mengenai ketahanan sektoral eksternal tetap baik dan inflasi terkendali. Bank Indonesia juga menjaga kelancaran sistem pembayaran.
“Ada lapangan ekonomi yang masih surviving, seperti jasa informasi, jasa keuangan, jasa pendidikan,” kata Aida. Pertumbuhan pertanian di Indonesia juga tumbuh akibat cuaca yang baik.
Masa pandemi membuat masyarakat banyak melakukan transaksi ekonomi non tunai. Sebelum masa pandemi keadaan kegiatan ekonomi di masyarakat memang sedang menuju pembayaran non tunai. Optimalisasi non tunai dilakukan Bank Indonesia di masa psychical distancing dan juga ketersediaan uang yang terjaga higienitasnya.
“Kita pastikan sistem dan layanan Bank Indonesia berjalan lancar sekaligus penyediaan uang layak edar,” ujar Aida yang merupakan Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter.
Oleh karena itu Bank Indonesia memiliki kebijakan Sistem Pembayaran Less Cash Society. Bank Indonesia memastikan instrumen pembayaran elektronik yang digunakan sesuai dengan fungsi, kegunaan dan segmen yang paling sesuai.
Tren digitalisasi
Tren digitalisasi kini semakin mengglobal. Kemudahan dalam transaksi keuangan bisa dilakukan di rumah hanya dengan telepon genggam. Aida menjelaskan mengenai tren digitalisasi ini mengubah perilaku transaksi yang dilakukan masyarakat dengan tuntutan yang lebih besar pada mobilitas, kecepatan, fleksibilitas dan keamanan. Untuk transaksi di level UMKM harus memberikan kemudahan pembayaran transaksi non tunai. Misalnya bagaimana membeli bakso tak perlu lagi membawa uang tunai.
Arah digitalisasi juga dilakukan dalam hal transaksi besar. Elektronifikasi pun dilakukan oleh Bank Indonesia di sektor pemerintah daerah. Transaksi online dapat dilakukan mulai dari bantuan sosial, pangan non tunai, transportasi dan lainnya.
“Transaksi e-commerce juga sangat tinggi,” kata Aida menekankan pada transaksi yang dilakukan oleh pihak non bank.
Ini menjadi tantangan bagi Bank Indonesia terus menjaga dan memberikan kemudahan dalam transaksi non tunai. Bagaimana Bank Indonesia dapat menjamin sekuritas siber, customer protection, regulasi dan lainnya. Ketika ekosistem ekonomi dan sektor keuangan digital terbentuk dengan baik. Ekosistem ekonomi ini tidak hanya memicu sektor keuangan yang bergerak tetapi juga sektor riil juga bergerak. Sektor rill inilah yang menjadi tulang punggung pergerakan ekonomi nasional yang dapat berdampak pada masyarakat.
“Kami harapkan 2025 Bank Indonesia dapat membentuk integrasi ekonomi digital Indonesia,” kata Aida. Digitalisasi perbankan harus dilakukan.
Seperti apa yang diilustrasikan Aida mengenai harapan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo,”Jika pergi ke pasar dan membeli sate cukup hanya dengan telepon genggam,” Aida menceritakan.
Kedepannya dalam transaksi keuangan pedagang cukup menggunakan QRIS. Seluruh aspek mulai dari sektor perdagangan ritel, sosial keagamaan dan kesehatan kedepannya akan menggunakan pembayaran transaksi yang termutakhir.