Mental Dhuafa dalam Wabah

0
147

Miskin memiliki definisi yang berbeda, tetapi tetap satu rasa, yaitu susah hati. Katanya miskin dalam buku sosiologi adalah ketika kita sudah tidak memiliki alat pokok yang dipergunakan untuk mencari penghasilan. Seperti petani tidak punya cangkul, atau tukang gado gado tidak punya cobek. Artinya orang yang tidak punya di mana seharusnya dia punya.

Apakah dapat dikatakan miskin orang yang kaya harta, tetapi ketika tidak memiliki sebutir beras pun ketika ada bencana? Atau ketika ada kerusuhan? Dalam bahasa Indonesia ada istilah lebih luas dengan istilah kata dhuafa untuk orang yang miskin seluas-luasnya. Secara istilah, kaum dhuafa merujuk kepada golongan orang-orang yang hidupnya berada dalam keadaan miskin, tertindas, tidak berdaya serta mengalami penderitaan. Termasuk orang kaya yang tidak punya beras.

Dalam pandemi Covid 19, hampir 5 bulan orang bertahan tanpa pekerjaan, tanpa penghasilan, yang berusaha tidak ada modal. Yang pekerja tidak ada pekerjaan, yang memiliki aset tidak punya uang. Sepertinya jumlah dhuafa semakin meningkat.

ASN atau pegawai negeri termasuk, kelompok orang yang “alhamdulilah”. Masih ada gaji setiap bulan. Sedangkan pengusaha sebagian besar masih “gelagepan” mencari dana tunai untuk modal kerja usahanya. Mereka tidak miskin aset, mungkin dhuafa.Termasuk tukang mie ayam di komplek saya, Bang Kempot, nama pemiliknya Soleh asli Wonosobo. Sepertinya Bang Kempot dalam kesulitan untuk membangun usahanya kembali. Seperti kebanyakan pengusaha mikro, hasil sehari dimakan sehari, kalau ada tabungan setahun habis dimakan paling lama 2 bulan. Terus sisanya?

Memang wabah penyakit memberikan efek perusak yang luar biasa. Tetapi tetap saja banyak yang santuy, sepedahan dan kar fri deyan, bergerombol seperti tanpa rasa takut. Jumlah korban Covid 19 diumumkan 3x sehari seperti minum obat, tetapi kita santuy saja.

Akhirnya kita kembali ke statement awal, yang dahulu kita tertawakan, seperti ungkapan mati sudah ada yang atur, atau nanti juga sembuh dengan sendirinya. Saya nikmati pecak lele Betawi dulu yak daripada kepala pusing belum nyarap.

BSA
24/6/20