EDURANEWS, JAKARTA. Tren kecantikan modern tidak hanya memperhatikan penampilan, tetapi juga semakin memperhatikan keberlanjutan dan kesehatan kulit Hal itu Prof. Neneng Siti Silfi Ambarwati uraikan dalam orasinya yang bertajuk “Pengembangan Kosmetika Bahan Alam dari Tanaman Suku Clusiaceae” di Aula Latief Hendraningrat Gedung Dewi Sartika UNJ (22/11).
Penggunaaan bahan alami untuk kosmetika pun banyak dilirik dalam industri kecantikan hari ini. Hal ini tumbuh karena kesadaran dan juga cermin pergeseran penting dalam cara kita melihat perawatan diri.
Dalam pandangan Prof. Neneng, salah satu aspek penting dalam kosmetika bahan alami adalah penelitian mengenai ekstraksi dan penggunaan bahan alami tersebut. Hal ini yang mendorong Prof. Neneng untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai ekstraksi tanaman terutama dari Suku Clusiaceae.
Genus ini terdiri dari sekitar 250 spesies yang tersebar di daerah pan-tropis dengan kekayaan spesies tinggi di Asia Tenggara dan Afrika. Bahan alami dari Suku Clusiaceae memiliki kandungan senyawa alami dan antioksidan, antimikroba, termasuk antibakteri yang memiliki potensi untuk dijadikan bahan senyawa kosmetik.
Prof. Neneng menjelaskan ekstrak tanaman Clusiaceae menunjukan bahwa ekstrak yang mempunyai aktivitas penghambatan enzim elastase lebih tinggi daripada kuersetin sebagai bahan kontrol positif adalah ekstrak metanol kulit batang Garcinia latissima Miq.
Selain itu Prof. Neneng juga mengembangkan metode ekstraksi yang lebih ramah lingkungan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yaitu MAE (Microwave-assisted extraction).
Meskipun kosmetika bahan alam memiliki banyak keuntungan, Prof. Neneng mengingatkan masih ada tantangan yang perlu diatasi seperti pemeliharaan kualitas dan ketahanan produk serta sumber daya yang dibutuhkan untuk produksi bahan alam.