Melampaui Kegilaan Orang-Orang Kota

0
49

Apakah hidup di kota begitu menakutkan?

Kesepian kapan saja dapat membunuhmu, baik secara tiba-tiba ataupun dengan segera, walau dengan pelan-pelan. Sleep Call (2023) garapan Fajar Nugros ini menggali akar-akar kekerasan dari hal yang sangat sederhana; kesepian.  

Dina (Laura Basuki) adalah perempuan yang kesepian–tubuhnya penuh luka karena kekerasan yang dialaminya dari sang bapak.  Sleep Call menjadi hal yang begitu ambisius menampilkan realitas kehidupan sehari-hari orang kota yang penuh dengan kekerasan, kemunafikan, dan kegilaan tersendiri. 

Mengapa laki-laki dalam film ini terlihat menjadi sumber kerusakan; bapak, Rama (Bio-One), Bayu (Kristo Imanuell), Tommy (Bront Palarae), Iwan (Rukman Rosadi). Kerusakan yang dilakukan laki-laki ini menyebabkan semesta tubuh Dina menjalani lingkaran kekerasan yang tak henti; ancaman dan manipulasi yang mengganggu jiwanya.  

Fajar Nugros sang sutradara menggali fenomena pinjaman online (pinjol) yang menjadi katalis cerita yang akan menyajikan kekerasan, ketakutan, dan kengerian. Dina yang memiliki hutang banyak harus menjalani bisnis ini menjadi penagih hutang. Tubuh perempuan Dina tak berdaya menghadapi lingkaran kekerasan itu, meskipun hiburan satu-satunya adalah Sleep Call. 

Sketsa-sketsa obrolan sederhana Dina dan Rama terkadang terasa keren dan artistik apalagi saat di danau. Mengingatkan pada penyajian Fajar Nugros pada Inang (2022) yang sangat performatif. Mungkin hal yang mengganggu adalah pengemasan kengerian yang kurang terutama dalam penyajian adegan kekerasan.

Apa yang perlu kita yakini adalah problema data pribadi menjadi isu yang begitu sedikit nampak, padahal data pribadi menjadi hal utama yang harus dijaga dengan baik-baik. Dalam hidup di dunia digital, menjaga data pribadi adalah tameng dalam menghidupi dunia maya dan nyata. 

Hidup yang begitu ‘anjing’ mesti harus dirayakan dengan pura-pura. Inilah yang diyakini Dina dengan segala akrobatik hidupnya yang ngos-ngosan. Yang berbahaya dari segalanya adalah sikap baik nan manipulatif dari orang-orang kota yang ditunjukan oleh Tommy dan Rama. 

Kita ditunjukan sebuah ketamakan atas cinta yang palsu; eksploitasi atas tubuh. Di sinilah kegilaan-kegilaan Dina meresap menjadi kekerasan penuh darah untuk mengakhiri segala manipulasi yang didapati tubuhnya secara bertubi-tubi, berputar tak henti-hentinya. 

Kengerian yang ditawarkan dari hidup Dina melampaui kegilaan orang-orang kota yang selalu mengintip dan mengendap-endap masuk dari kulit kita, ketika sedang bekerja, berkaraoke, di tempat kerja ataupun di kereta komuter. 

Meskipun karakter Dina (Laura Basuki) begitu dominan dalam film ini, secara keseluruhan karakter lainnya terutama kawan-kawan palsunya di perusahaan pinjol itu sangat berkarakter dan menawarkan tragedinya masing-masing.  

Entah aku sangat noticed karakter Bella (Della Dartyan) yang mewakili kita orang-orang kota yang selalu menyinyiri hidup. Ceplas-ceplos Bella–’wahyudi emang gak becus ngurus anak– adalah pengakuan bahwa hidup orang-orang kota emang gak sebaik yang dibayangkan. 

Sepertinya hidup di kota yang penuh kegilaan membutuhkan teman nongkrong seperti Bella, nyinyir lalu dengarkan! 

Atau gak juga sih.