Setiap bisnis memiliki tantangan dan kreativitas pelakunya. Seperti anda harus menjual sisir ke biara Shaolin, di mana banyak orang yang berkepala botak. Sebagai pebisnis harus tetap memutar otak bagaimana agar tetap dapat menjual sisirnya.
Sebaliknya bagaimana apabila anda berkepala botak namun berjualan sisir. Apakah mungkin anda masih dipercaya bahwa sisir anda baik? Karena kepala penjualnya botak. Namun semuanya harus tetap berjalan, bisnis harus jalan, butuh kreativitas dan kerja keras.
Ada kafe bernama Be Em, singkatan “banyak maunya”. Itulah nama sebuah Kafe tempat nongkrong ngopi di daerah Pondok Kelapa. Dinamakan Be Em, kata yang empunya yang generasi milenial, karena untuk mengakomodir semua keinginan dan kemauan konsumennya. Mau enak, mau banyak, mau santai, mau murah dan berbagai kemauan lainnya.
Itulah kreativitas anak muda dalam membuat nama, yang mungkin tidak akan mampu terpikir oleh saya, sebagai generasi baby boomers. Kafe Be Em dengan segmen market anak muda, atau yang berjiwa muda, orang yang suka nongkrong, yang suka ngupi cantik.
Memang lokasinya strategis di pinggir jalan Pondok Kelapa Raya, yang hampir tidak pernah sepi sepanjang hari. Dan Kafe Be Em ramai pengunjung sebelum dipaksa tutup operasi karena Covid 19. Namun dengan adanya new normal, Be Em mulai diramaikan lagi oleh pembelinya. Itulah bisnis, seperti orang main gitar apabila sudah dapat nadanya, semuanya berjalan lancar dan harmoni.
Model bisnis kafe adalah menarik pembeli. Seperti memasang bubu ikan, bukan memancing yang dapat berpindah-pindah tempat. Maka begitu konsumen diperoleh biasanya akan betah, sepanjang pelayanan masih tetap sesuai dengan selera pelanggannya. Dan sekarang di antara pelanggannya pun malah sudah saling mengenal.
Sekarang malam Minggu, biasanya Kafe Be Em selepas magrib mulai ramai hingga hampir tengah malam. Saya pun berencana ngopi bersama kawan, untuk mengatasi kesumpekan di rumah saja.
BSA/27/6/20