Kita Hanya Seperti Talang Air

0
295

Cepek komplit, itulah sedekah yang saya berikan sebesar cepek atau seratus ribu, dan saya minta didoakan, banyak rejeki, diampuni dosanya, dilancarkan usahanya, dilapangkan kuburnya, diberi kebahagiaan, diberi kesehatan, diberi kebahagiaan, dilimpahkan rejeki dan berbagai hal yang bersifat “kesenangan” dunia akhirat, dan itu terdengar dari speaker rumah ibadah, diaminkan para jemaah yang hadir. Luar biasa sekali. Sangat bernilai sekali uang cepek saya.

Itulah mekanisme yang ada ketika saya berderma, memberi berharap kembali. Saya bersedekah dan minta didoakan. Saya sudah seperti pengusaha yang berinvestasi, menaruh uangnya berharap ROI (Return on Investment).

Apakah pengusaha akan diam saja setelah menaruh uangnya dalam berinvestasi? Pengusaha pasti akan tetap menjaga investasinya tidak hilang, bekerja keras dan fokus setiap hari agar harapannya dapat terwujud. Berupa imbalan yang melimpah atas investasi dan kerja kerasnya.

Berbeda dengan nasib cepek saya. Saya berikan sedekah cepek, saya merasa gembira, bangga dan kalau perlu celingukan agar dilihat orang, kemudian hari-hari selanjutanya, saya hanya pasif.

Anak yatim dan jemaah mendoakan saya. Sayapun senang hati. Ada doa yang akan mengetuk pintu langit, tentang masa depan saya yang gilang-gemillang.Saya pun tinggal menunggu kabar nasib saya. Berharap mendadak berubah. Alhamdulillah nasib saya sepertinya tetap saja, saya tidak tahu nasib saya setelah mati.

Rupanya saya sudah melakukan “akal-akalan” dari sedekah saya. Saya lupa bahwa sedekah adalah kewajiban, bukan investasi yang berharap kembali. Sedekah adalah menyisihkan hak orang lain yang dititipkan kepada saya.

Ketika sedekah dilakukan dengan ikhlas dan ketulusan serta tidak mengharapkan apa apa, malah cara Tuhan yang akan berlaku. Apa yang saya sedekahkan akan berbalik dari arah yang saya sendiri tidak menduga, dengan jumlah yang berlipat ganda. Dan itu saya sering mengalaminya.

Rumus ROI, payback period atau IRR sebagai tolok ukur kelayakan sebuah investasi, hanyalah instrumen buatan manusia, di mana dapat terwujud apabila dikerjakan dengan fokus dan sungguh sungguh. Berbeda dengan instrumen Tuhan, anda berikan sedekah dengan tulus, ikhlas, dan lupakan saja sedekah anda, namun Tuhan tidak akan lupa mencatat dan memberikan imbalannya. Tidak usah diminta. Yakinlah, kalau begitu terbesit ada keinginan minta imbalan, sepertinya akan menjadi “ambyaaar”. Cara Tuhan tidak berjalan. Sedekah kita hanya sekedar mengembalikan titipan orang susah.

Jadi nanti kalau shalat Jumat, jangan lupa sedekah, dan jangan berharap apa-apa. Itu bukan duit kita, duit orang susah yang dititipkan pada gaji atau pendapatan kita. Kita hanya seperti talang air, dan namanya talang air, sebagai penyalur air pasti basah juga ya. Ya nikmati saja air yang melewati dan endapannya. Biarkan yang lain mengalir kepada yang berhak.

Ketika saya melihat gambar Ka’bah, saya pandangi talang air atau istilahnya pancuran mas, di salah satu sisi Ka’bah. Ketika hujan talang itu mengalirkan air, jatuh ke arah Hijir Ismail, tempat banyak orang berdoa dengan khusyu.

Semoga saya diberi kesempatan kembali mengunjunginya.

BSA/3/7/20