Program bazar buku penerbit lokal mengusung slogan #BeliBukuLokal. Pesta buku ini akan menggandeng empat lokapasar yaitu Tokopedia, Bukalapak, Lazada dan Blibli.
EDURANEWS (Jakarta), IKAPI melakukan soft lauching program #BeliBukuLokal dengan empat lokapasar (7/8). Acara ini menyajikan testimoni dari lokapasar dan penerbit yang saling bekerjasama untuk mendukung program Beli Buku Lokal dari Kemenparekraf.
Kegiatan diawali dengan pembukaan oleh Nia Niscaya selaku Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf RI yang memaparkan adanya kerjasama dengan empat lokapasar yakni; Tokopedia, Bukalapak, Lazada dan Blibli.
Keempat lokapasar inilah yang digandeng untuk memperdagangkan buku baca yang asli/orisinal. Hal itu bertujuan untuk menghindari pembajakan.
Rencananya program #BeliBukuLokal akan dilakukan dari tanggal 7 Agustus- 7 September bekerjasama dengan 82 Penerbit dengan menjual 100.000 judul dengan gratis ongkir. Kegiatan ini mensubsidi harga buku orisinil agar lebih terjangkau.
AVP Public Policy & Government Relations Bukalapak Bima Laga mengatakan bahwa platform-nya telah membuat Bukabuku. Ia juga memberikan campaign guna men-support kerjasama dengan IKAPI tak lupa disertai promo untuk pembelian buku.
Sementara, Budi Primawan dari Lazada mengungkapkan bahwa selama PPDB adanya program ini menguntungkan semua pihak dan mendapatkan produk lebih mudah. Menurutnya membaca buku dari rumah jadi alternatif selama pandemi.
Pernyataan Budi pun diperkuat oleh Wenny Yuniar dari Bibli. “Selama pandemi, karena banyak orang punya waktu luang, penjualan buku mengalami peningkatan yang cukup pesat. Lonjakan peningkatan ini dari 200-400%,” ujar Wenny.
Tak lupa M. Hilmi dari Tokopedia pun sangat antusias dengan adanya kerjasama dengan Kemenparekraf. Ia pun mendukung acara ini supaya bisa terus berkelanjutan.
Arys Hilman, Direktur Republika menceritakan keoptimisannya di awal tahun ini karena semua jenis buku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan hukum dan perundangan dibebaskan dari PPN.
Ia berpesan bahwa semua buku punya peran dan harus terjangkau oleh masyarakat. “Buku itu menjadikan tiga M (bermutu, murah, merata),” kata Arys.
Sayangnya pandemi muncul, ia pun mengeluhkan industri perbukuan mengalami pukulan yang sangat telak.
“Seiring pemberlakuan PSBB di berbagai daerah toko buku tutup, pameran-pameran buku terhenti, cukup banyak rekan penerbit yang menghentikan produksi, menghentikan proses cetak buku baru, mengurangi karyawan, bahkan ada pula penerbit yang tutuptutup,” tambah Arys.
Kehadiran covid-19 mempercepat proses transformasi digital pada industri perbukuan. Penjualan buku fisik secara daring maupun produksi buku digital yang diedarkan melalui platform digital menjadi pintu keluar pada situasi ini.
Republika penerbit menunjukan adanya lonjakan penjualan buku fisik melalui kanal digital hingga lima kali lipat… Akhirnya memperkuat penjualan secara digital, baik melalui webstore kami dan kami juga membuka toko resmi di tujuh lokapasar.
Arys juga menekankan bahwa masyarakat perlu tahu produk original itu penting. “Betapa menyedihkan membeli buku bajakan. Adanya upaya digital untuk segala promosi…Dunia buku, bukan sekedar berjualan kertas atau tinta.
Buku tidak bisa disimplifikasi sekedar berapa jumlah halaman atau bobot kertasnya karena di dalamnya ada cita-cita dan darinya terbentuk peradaban.
Buku adalah cerminan intelektualitas bangsa, dengan demikian tindakan apa pun yang merendahkan ide-ide yang termaktub dalam buku itu dalah perbuatan jahat. Dan pembajakan terhadap hak karya cipta buku itu adalah kejahatan besar yang menyerang intelektualitas dan perabadan.
Terakhir testimony dari M. Rohanudin, Direktur RRI menyampaikan buku bukan hanya mencerdaskan tapi untuk membangun toleransi, untuk mengangkat martabat besar untuk Indonesia. Digitalisasi harus memberikan ruang kepada masyarakat untuk menularkan tulisan-tulisan yang baik untuk mencerdaskan bangsa.