Prof. Muhammad Zid: Kampung Migran Berdaya (KMB) Bentuk Implementasi Soft Skill bagi Perempuan Eks Migran Internasional

0
145

EDURANEWS, JAKARTA. Prof. Muhammad Zid melakukan Orasi Ilmiah bertajuk “Kampung Migran Berdaya: Kajian Teoritis dan Praktis Terhadap Pemberdayaan Migrasi Internasional Perempuan Pedesaan Indonesia” di Aula Latief Hendraningrat (7/7). Orasi Ilmiah ini sekaligus mengukuhkan Prof. Muhammad Zid sebagai guru besar tetap pertama bidang ilmu Sosiologi Pedesaan Fakultas Ilmu Sosial UNJ. 

“Saya pun berasal dari desa se desa-desanya,” ucap Prof. Zid mengawali orasi ilmiahnya yang ketika itu mengingat masa sekolah dulu di kampung Panggarangan Lebak.

Migrasi Internasional menjadi kajian yang diangkat Prof. Zid. Menurutnya fenomena Migrasi Internasional adalah fenomena dunia. PBB menaksir tahun 2020 ada sekitar 281 juta orang migran internasional atau memawikili 3,6 persen populasi global.  

Amatan Prof. Zid bahwa seseorang yang melakukannya Migrasi Internasional ke luar negeri atau pergi dari negara asalnya memiliki berbagai tujuan secara spesifik. Di Indonesia faktor ekonomi menjadi faktor yang dominan. Rata-rata dari mereka yang melakukan Migrasi Internasional  berharap untuk dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik.  

Migrasi Internasional Perempuan Indonesia

Dalam orasinya Prof. Zid secara spesifik memaparkan hasil penelitian mendalamnya pada masyarakat Desa Panyingkiran, Kabupaten Karawang, dan Desa Ciherang Kabupaten Purwakarta. 

Kedua desa ini masyarakatnya masih mengandalkan sektor pertanian. Kemiskinan dan kemelaratan mengakibatkan perempuan ikut bekerja dan menjadi tumpuan ekonomi bagi keluarga. Jika ada yang sukses di luar negeri, cerita sukses mereka bisa menular ke perempuan lain dan keinginan untuk ke luar negeri menjadi tinggi. 

“Betapa mereka menjadi berdaya setelah menjadi TKW dan mampu mengakumulasikan remitennya,” ujar Profesor Zid yang juga ketua LP3 UNJ.

Potensi remiten dari Migrasi Internasional memiliki dampak yang signifikan bagi keberlangsungan keluarga maupun desa. Remiten pun tidak hanya dipahami sebagai uang dan barang yang dikirimkan oleh migran, tetapi juga mengenai ide dan kreativitas. 

Dalam penelitiannya Prof. Zid juga menemukan local wisdom tipe penggunaan remiten yakni Rik rik gemi bari jeung dagdag degdeg dan Mangpang meungpeung. Tipe Rik rik gemi bari jeung dagdag degdeg remiten digunakan untuk kegiatan produktif seperti membeli tanah, rumah dan pendidikan. Sedangkan tipe Mangpang meungpeung remiten digunakan untuk hal yang konsumtif seperti pemenuhan gaya hidup. 

Prof. Zid juga menginisiasi Kampung Migran Berdaya (KMB) sebagai bentuk implementasi soft skill bagi eks migran internasional dalam pandangan Prof. Zid ada tiga aspek yakni Pertama, eks migran perempuan pedesaan memiliki keahlian. Kedua, KMB hadir untuk menjawab peluang dan potensi. Ketiga, pendampingan KMB menjadi sangat penting agar tujuan dari program pemberdayaan tetap berjalan sesuai rencana.

Melalui KMB ini perempuan eks migran dapat menyalurkan pengetahuaanya seperti kuliner, mendidik anak, kesehatan kepada warga lainnya secara terintegrasi.

 “Aras mikronya kecamatan dan desa harus menginisiasi Kampung Migran Berdaya,” ujar Prof.Zid menutup orasinya.