EDURANEWS, JAKARTA– Prof. Muchlas Suseno melakukan orasi ilmiah dengan tajuk “Literasi Asesmen Bahasa: Urgensi dan Implikasinya pada Pemberdayaan Guru Bahasa Inggris” di Aula Latief Hendraningrat Gedung Dewi Sartika Kampus A UNJ (13/12).
“Orasi ini membahas tentang Evaluasi Pendidikan yang diberi penekanan dan fokus pada konteks pendidikan bahasa,” ujar Prof. Seno mengawali orasi ilmiahnya.
Orasi ini mendedahkan pentingnya literasi asesmen bahasa. Prof. Suseno membagi orasinya menjadi tiga bagian; definisi Literasi Asesmen Bahasa (LAB), LAB dan Model-model baku tes Bahasa Inggris serta kilasan sejarah tentang beberapa tes terstandar bidang bahasa Inggris.
“LAB juga diperlukan oleh stakeholder yang lebih luas,” tutur Prof. Seno.
Dalam kurun waktu dua dekade terakhir, produk asesmen terutama mengenai data sangat dibutuhkan. Maka LAB juga perlu diajarkan kepada guru.
Berkaitan dengan guru, secara sederhana Prof. Suseno menjelaskan bahwa Literasi Asesmen Bahasa berkaitan dengan guru yang melek asesmen yang mampu menerjemahkan program dan standar kerja dari sekolah tempat mereka mengajar, serta mampu memilih dan menyesuaikan jenis-jenis asesmen agar sesuai dengan konteks pembelajaran.
Prof. Seno menginginkan asesmen lebih operasional. Pembahasan perlu rinci dan kesinambungan. Asesmen berkaitan dengan berbagai elemen terus berkembang.
“Asesmen menjadi salah satu dari enam pengetahuan dasar,” ujarnya.
Di sini kompetensi terkait dengan pengetahuan dan keterampilan yang perlu ditingkatkan bagi individu, guru dan kepala sekolah.
Popham mengatakan literasi penilaian menjadi hal yang klise dalam pengajaran bahasa. Namun justru pernyataan Popham inilah yang disambut meriah para ahli evaluasi terutama di bidang pengukuran pendidikan.
“Hal ini, barangkali, menjadi salah satu bukti penyebab mengapa laju jalannya aktivitas pembelajaran terseok-seok, limbung,” ujar Prof. Seno menegaskan.
TPD juga disepakati merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan karena dipercaya meningkatkan proses pembelajaran. Prof. Suseno mengatakan sulitnya menelusuri permasalahan pelaksanaan TPD melalui analogi kupas bawang.
Alternatif pun diajukan dengan mengedepankan self talk yang dapat diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran diri. Serta harus ditekankan kepada kesadaran diri.
Model-model baku alat asesmen seperti TOEFL dan IELTS dapat dapat disajikan sebagai pengukuran keterampilan berbahasa Inggris. Guru juga tampil sebagai konsultan di bidang asesmen.
Melibatkan proses afeksi dalam asesmen menjadi penting. Terutama terkait dengan kesadaran, keyakninan dan percaya diri terhadap unsur-unsur di tiap komponen kunci; pengetahuan, keterampilan dan prinsip asesmen bahasa.
“Prinsip harus dikumandangkan pada unsur afeksi,” ujarnya.
Prof. Seno pun mengatakan beberapa hal yang penting dalam orasi ini yaitu; LAB sebagai komponen penting dalam mendukung tegak dan kokohnya aktivitas pembelajaran,terdapat perbedaan yang cukup tajam antara kebutuhan LAB dengan pelaksanaan kegiatan (seminar/pelatihan), pasang surut perbedaan sudut pandang, dorongan motivasi menjadi faktor penentu keberhasilan TPD, tiga komponen penting; pengetahuan, keterampilan, prinsip mendasari LAB, guru bahasa inggris perlu dan harus cermat dalam memilih alat ukur, teknik ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi) model-model tes baku, serta transisi metodologi dari struktural ke metodologi baru yang berfokus kepada keterampilan komunikasi.