Guru Pencetak Wirausaha

0
731

Dalam pertemuan negara G20, 2021 di Roma, kemarin telah menghasilkan   butir-butir kesepakatan antara lain di bidang ekonomi dan produktifitas sepakat bahwa Transformasi digital berpotensi dapat meningkatkan produktivitas, hal ini harus terus didorong dalam upaya  memperkuat pemulihan dan berkontribusi pada kemakmuran berbasis luas dan bersama. Peran teknologi dan inovasi sangat vital sebagai penggerak utama bagi pemulihan global dalam pembangunan berkelanjutan.   Kebijakan untuk menciptakan ekonomi digital  memungkinkan, adanya  aksesibilitas atau inklusif, terbuka, adil, dan tidak diskriminatif. Penerapan teknologi baru, ahrus terus didorong, karena  memungkinkan bisnis dan pengusaha berkembang,  melindungi dan memberdayakan konsumen, sambil terus mengatasi tantangan yang terkait dengan aspek privasi, perlindungan data, intelektual hak milik, dan keamanan.

Mengingat perlunya mendukung inklusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)  yang lebih baik ke dunia digital ekonomi, negara harus berkomitmen untuk memperkuat tindakan   menuju digital transformasi produksi, proses, layanan, dan model bisnis. Dengan mempertimbangkan kebutuhan spesifik UMKM dan start-up maka perlu terus  mendorong persaingan dan inovasi, seperti dalam hal keragaman dan inklusi, dan  mempromosikan penelitian, pengembangan dan penerapan Artificial intelejen.

Peran pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan berbagai aspek pengembangan ekonomi UMKM dengan model bisnis digital. Pendidikan harus dapat menjadi  alat penting untuk inklusif dan berkelanjutan dalam pemulihan ekonomi paska pandemi. Mudah-mudahan pemerintah merespons dengan cepat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi paska pandemi.

Mendorong institusi pendidikan dalam merespon digitalisasi bisnis di UMKM, sepertinya dapat menjadi pilihan. Seperti diketahui tugas pendidikan adalah menyiapkan sumber daya yang berkualitas untuk meneruskan pembangunan, sehingga pemerintah menempatkan pendidikan sebagai prioritas pembangunan yang berkelanjutan yang mampu menciptakan sumber daya manusia yang unggul pada tataran dunia yang semakin mengglobal. Setiap tingkat dan jenis pendidikan diharapkan mampu mencapai fungsi pendidikan nasional dari berbagai aspek. Tingkat dan jenis pendidikan yang sekarang menjadi sorotan adalah pendidikan kejuruan atau SMK. Dimana diharapkan lulusannya sudah siap memasuki dunia kerja.

Lulusan SMK wajib memiliki keterampilan yang mumpuni agar dapat bersaing di dunia usaha dan dunia kerja. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki siswa SMK adalah keterampilan berwirausaha. Keterampilan berwirausaha adalah sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang sebagai bentuk penguasaan pengetahuan dan menerapkan pada kegiatan nyata dalam kehidupannya. Penguasaan keterampilan berwirausaha ini sesuai dengan tujuan Sekolah Menengah Kejuruan.

Dalam rangka menghasilkan lulusan yang memiliki jiwa wirausaha yang tinggi, maka perlu dikembangkan model pembelajaran atau pun sebuah program yang dapat menumbuhkan jiwa wirausaha. Ada beberapa program yang dikembangkan di SMK seperti Technopark, Teaching Factory, Koperasi Sekolah, Sekolah Pencetak Wirausaha, dan sebagainya. Salah satu program di SMK yang cukup mendukung adalah Sekolah Pencetak Wirausaha atau yang sering disingkat dengan sebutan SPW. Program ini berguna sebagai wadah serta sarana untuk menumbuhkan jiwa berwirausaha. Dengan adanya program SPW ini di sekolah diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam berwirausaha.

“Program Sekolah Pencetak Wirausaha ini untuk mengintegrasikan konsep BMW yaitu bekerja, melanjutkan studi, wirausaha,” ujar Kepala Subdirektorat Kurikulum Direktorat Pembinaan SMK, Mochamad Widiyanto, di kegiatan Bimbingan Teknis Bantuan Pengembangan Pembelajaran Kewirausahaan, Bandung (5/6/2018). Pada masa mendatang diharapkan agar rekan-rekan pengajar kewirausahaan dapat memahami potensi siswanya dan mau terus mengembangkan diri. Pola pikir wirausaha harus dibentuk dengan literasi yang baik dan keberanian melakukan atau mempraktekan, dan melakukan terobosan,   dengan memanfaatkan berbagai perkembangan teknologi informasi.  Berbisnis berbasis digital sudah mulai dikenal dalam berbagai level usaha, digital bisnis telah membuat berbagai level usaha memiliki akses yang sama. Hal ini membuat keterbukaan usaha bagi para pebisnis pemula.

Guru SMK, memiliki peran strategis dalam mencetak wirausaha baru,   para guru dapat membangun ekosistem bisnis namun ketika tidak dapat membangun eko sistem bisnis sendiri, guru dapat menggunakan aplikasi yang sudah ada

Ada sebuah startup dengan nama Madaber, sebuah Aplikasi bisnis UMKM  Madaber (Maju Dagang Bersama) dengan merk dagang MdB, adalah usaha rintisan (startup) dalam binaan inkubator LPPM UNJ,  yang membuat aplikasi/platform digital   yang mencoba untuk mengakomodasi semua persoalan pokok dalam membangun ekosistem usaha terutama UMKM.

Seandainya  pandemi covid berakhir, kebangkitan usaha diperkirakan akan terjadi. Para pengusaha akan merajut kembali hubungan  dengan mitra bisnisnya. Namun akibat pandemi, para mitra bisnis  mungkin saja sudah banyak yang bangkrut, kekurangan modal atau berganti usaha. Khusus UMKM dimana memiliki populasi yang sangat besar, memiliki problem yang sama, Kekurangan modal, karena modalnya habis untuk keperluan menutup kerugian bisnisnya, demikian pula dengan penjualan yang sepi akibat berbagai pembatasan operasi usaha.

Secara umum  permasalahan UMKM,   masih tetap berkutat pada   akses pemasaran seluas-luasnya, aksesibilitas terhadap permodalan baik dari sumber perbankan maupun crowd funding, akses kemudahan memperoleh bahan baku dengan harga kompetitif, memerlukan bimbingan yang tepat guna, pengendalian usaha, dan terbukanya kemitraan dengan berbagai pihak.

Paska pandemi, pemerintah berkepentingan membina pengusaha, khususnya kelas Usaha mikro. Pemerintah sepertinya akan berusaha mendorong perekonomiannya,   dengan memberi stimulus permodalan melalui pengglontoran dana kredit usaha, khsusnya untuk usaha UMKM, untuk tahun 2021 sebesar 161 triliun. Namun untuk tahun 2022 hanya dianggarkan 22 triliun.  Untuk  menyalurkan  kredit  secara masif, tepat sasaran dalam waktu singkat tentu saja  pemerintah membutuhkan peran chanelling kredit yang handal, karena tidak dapat mengandalkan bank yang memiliki cakupan terbatas, dengan skala kredit yang sangat mikro atau “printilan”.

MdB adalah aplikasi yang akan menggarap berbagai aspek UMKM secara terintegrasi, mulai dari aspek pasar, manajemen, pengadaan bahan baku, akses kredit, kepada bank atau  Crowd funding, akses kerja sama bisnis dan berbagai informasi bagi UMKM yang berhubungan dengan pembinaan. Dalam platform MdB akan menggandeng beberapa fihak  yang terlibat berkaitan dengan UMKM, sebagai mitra dalam satu ekosistem bisnis yang saling menguntungkan. Nilai tambah dalam ekosistemnya, antara lain

  • UMKM sendiri memiliki kebutuhan perluasan pasar, bahan baku, permodalan,dan
  • Konsumen, sebagai pembeli produk UMKM
  • Perbankan, sebagai pemberi pinjaman dan fintech
  • Kreditor/ventura /angel investor/crowd funding, sebagai calon kemitraan dalam membantu  penyaluran kredit atau permodalannya.
  • Pabrikan, sebagai supplier bahan baku terhadap kebutuhan UMKM
  • Perusahaan Logistic , sebagai pendistribusi fisik arus barang
  • Kalangan Industri yang menginginkan mitra bisnis UMKM
  • Pemerintah, sebagai Pembina UKM berupa pelatihan dan perijinan
  • UMKM menampilkan profile  bisnisnya sehingga  membuka kemitraan dengan pihak-pihak lainnya

Melihat tingkat kompetisi startup aplikasi  yang berorientasi pasar sudah banyak, dari yang besar, sampai yang berskala kecil,  namun aplikasi yang  menggabungkan rantai pasokan, seperti Madaber sebenarnya sangat diperlukan dalam kawasan bisnis terbatas, menjadi aplikasi yang dapat mengkoneksi para pebisnis yang bergabung pada kawasan atau berbasis komunitas tertentu. Peran pemerintah di level daerah (Pemda) sebagai pembina UMKM mungkin dapat mulai menginisiasinya.

Menggunakan guru-guru SMK sebagai motivator usaha di kalangan pelajar  mungkin menjadi salah satu pilihan untuk menciptakan wirausaha baru   dikalangan anak muda, dan memulainya dengan menggunakan aplikasi MDB sebagai media pembelajarannya. Sehingga  guru dapat membantu sekolah SMK dalam mewujudkan sekolah sebagai pencetak wirausaha.

*Penulis adalah dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta