Prof. Muktiningsih: Diperlukan Metode Cepat, Akurat dan Efisien dalam Penanganan Keracunan Makanan

0
225

EDURANEWS, JAKARTA- Prof.Muktiningsih menilai kasus keamanan makanan terutama  keracunanan makanan dari tahun ke tahun marak terjadi. Kasus keracunan makanan juga masuk ke dalam Kasus Luar Biasa (KLB) mengingat korbannya dalam jumlah besar. 

Fenomena keracunan makanan dan cara penanganan dipaparkan Prof. Muktiningsih dalam orasi ilmiah “Potensi Kit Pendeteksi Bakteri Penyebab Keracunan Pangan dalam Memperkuat Kemandirian Bangsa” di Aula Latief Hendraningrat (7/10).

“Sangat diperlukan kolaborasi dan penanganan yang efisien,“ ucap Prof. Muktiningsih menekankan pada kolaborasi antar lini dalam mengurai masalah keracunan makanan. 

Keracunan makanan adalah penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan berbahaya/toksik atau terkontaminasi. Kini ada 31 jenis bakteri penyebab keracunan makanan diantaranya yang sering ditemukan adalah Salmonella enterica spesies. shigella spesies, Campylobacter dan lainnya. 

“Karena Karakteristik yang dimiliki bakteri sangat diperlukan metode deteksi yang tepat,“ ujar Prof. Muktiningsih agar mendapatkan akurasi dalam penanganan.

Di negara berkembang seperti Indonesia, kasus keracunan makanan diakibatkan karena faktor sanitasi, fasilitas, pengetahuan masyarakat serta pola hidup. Keracunan makanan yang marak dan berulang kali terjadi diperlukan cara metode detektif yang mampu mengurai masalah ini. 

Mengembangkan Metode Baru

Metode deteksi yang cepat mutlak harus dilakukan dalam menangani keracunan makanan. Metode deteksi yang digunakan sangat berpengaruh dalam kecepatan  sensitivitas, spesifisitas dan kesesuaian sampel uji.

“Dalam proses deteksi korban keracunan, industri pangan, terutama untuk menentukan bakteri patogen pada olah makanan,” ucap Prof. Muktiningsih yang merupakan guru besar bidang Ilmu Biokimia FMIPA UNJ. 

Prof. Muktiningsih mengatakan metode deteksi yang ideal memiliki 5 ciri yaitu ;  spesifisitas tinggi yang hanya mendeteksi bakteri uji, sensitivitas tinggi yang mampu mendeteksi pada konsentrasi yang sangat rendah, memberikan hasil uji pada waktu yang singkat, dapat dilakukan  secara sederhana yang tidak memerlukan teknik sampling yang rumit dan menngunakan special instrumen yang kompleks, dan biayanya murah. 

Prof. Muktiningsih bersama Tim Salmonella UNJ telah mengembangkan metode deteksi bakteri penyebab keracunan pangan berbasis Nucleic acid-based methods (genomik). 

“Nucleic acid-based methods memiliki sensitifitas tinggi sehingga menghasilkan kualitas deteksi yang baik,” papar Prof. Muktiningsih.  

Sejak tahun 2016 Prof. Muktiningsih dan Tim Salmonella UNJ telah melakukan pelbagai tahap pengembangan Kit mulai dari Analisis in silico Genome sampai dengan pengembangan model Kit Deteksi Foodborne Pathogen. Salah satu hasil pengembangan prototype adalah Kit pendeteksi bakteri Salmonella typhi. 

Kit Deteksi bakteri S. typhi ini telah terdaftar dalam inkubator Bisnis LLPM UNJ. Prototype itu terdiri dari Master diagnostik Salmonella typhi (10 reaksi berwarna kuning), Kontrol Positif Salmonella typhi (10 reaksi berwarna merah muda), Kontrol Negatif Salmonella typhi (10 reaksi berwarna biru), Nuclease free water (berwarna hijau).

Sejauh ini Prof. Muktiningsih dan Tim Salmonella UNJ  telah menghasilkan empat publikasi dan satu buah paten. 

Prof. Hafid Abbas mengapresiasi hasil penelitian Prof. Muktiningsih dan Tim Salmonella UNJ yang telah melakukan penelitian Kit. 

“Hemat saya temuan ini pantas dan dapat diajukan untuk nobel di bidang kimia,” ucap Prof. Hafid Abbas.