EDURANEWS, JAKARTA: Di tengah tantangan disintegrasi bangsa yang saat ini semakin marak di kalangan masyarakat, perlu adanya upaya dalam melakukan persemaian toleransi sosial.
Sejatinya, upaya itu bertujuan untuk membangun kesadaran kehidupan bersama di tengah masyarakat yang multietnik dengan perbedaan keyakinan agama dan preferensi politik.
Professor Komarudin, yang sudah hampir sepuluh tahun meneliti tentang toleransi sosial ini, mengatakan bahwa saat ini risetnya sedang menjalani pembakuan dengan mengujicobakan sebanyak mungkin pada berbagai kelompok masyarakat, baik di perkotaan maupun pedesaan dengan berbagai demografi masyarakat.
“Ke depan, penelitian ini dapat diproyeksikan sebagai instrumen pengukur indeks toleransi masyarakat di Indonesia,” ujarnya dalam acara pelatihan ini Guru PPKN di Kabupaten Indramayu (02/10//2021).
Dari hasil riset tersebut, kemudian Profesor Komarudin melakukan Pengabdian Masyarakat (P2M) bertajuk “Pelatihan Penggunaan Instrumen Pengukuran Toleransi Sosial Sebagai Bagian Dari Penilaian Afeksi Pada Guru PPKN di Kabupaten Indramayu”.
P2M tersebut mendorong para guru SMP dalam menjadikan instrumen pengukuran toleransi sosial sebagai penilaian dalam pembelajaran PPKn. Diharapkan dengan akurasi penilaian afektif pada siswa, guru dapat objektif melakukan evaluasi.
Instrumen toleransi sosial merupakan penelitian yang dikembangkan Profesor Komarudin sejak 2012/2013. Diskursus ini terus mengalami penyempurnaan dan pembakuan dengan melakukan survei pada kelompok masyarakat. Baik di perkotaan maupun pedesaan dengan berbagai demografi masyarakat.
Ada tiga dimensi sosial yang ditemukan yaitu agama, etnik dan politik. Pengukuran toleransi sosial pun dilakukan agar mengetahui indeks toleransi sosial. Terutama pengukuran mengenai afektif.
Professor Komarudin telah menjadi Guru Besar Tetap UNJ di bidang Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Sewaktu dilantik, beliau menyampaikan orasi ilmiah dengan judul, “Toleransi Sosial: Persemaian dan Pengukurannya dalam Pembelajaran PPKn”.
Ada tiga sintesis penting yang diungkapkan dalam penelitiannya. Pertama, konstruksi dimensi dan indikator toleransi sosial. Kedua, instrumen baku mengukur toleransi sosial. Ketiga, aplikasi pengolahan data mengukur indeks toleransi sosial. Ketiga sintesis inilah menjadi kunci serta kebaruan atau novelty yang didapatkan Professor Komarudin dalam penelitiannya.
BACA JUGA: Orasi Ilmiah, Prof. Komarudin : Pembelajaran PPKn Kunci Persemaian Toleransi Sosial